Boleh kali ya dukung Serayu dengan mengirimkan GEM. Butuh moodbooster banget ini aku hihi ... Yang sudah baca sampai bab ini pastikan couple ini sudah masuk di pustaka kalian ya ...
Gelisah kian membuncah, Abra akhirnya meminta seseorang untuk melacak keberadaan sang istri. Namun ponsel Serayu selalu dalam keadaan mati, membuat pelacakan menjadi sulit. Hingga akhirnya, angin segar datang saat orang suruhannya memberi kabar terbaru tentang lokasi Serayu.Abra yang saat itu berada di ujung desa terpencil, tak mengenal lelah. Ia langsung mengemudi kembali menuju kota.Pertemuan Abra dengan kedua mertuanya memang singkat, namun meninggalkan jejak hangat di hatinya. Berbagai pesan dan nasihat ia kantongi—termasuk harapan pasangan itu agar Abra menjaga dan memperhatikan anak semata wayang mereka.Kedua orang tua itu tak tahu saja kalau hubungan putri mereka dan sang menantu sebenarnya sedang berada di ujung tanduk.Dan kini, di sinilah ia berdiri—di hadapan Serayu yang tampak pucat dan kelelahan.“Mas Abra?” lirih Serayu, melangkah mundur spontan saat Abra masuk ke dalam kamar. Tak sempat memperhitungkan jaraknya, tubuh Serayu tersentak saat punggungnya membentur dind
Hari ini, Serayu masih belum juga terlihat batang hidungnya. Kabar bahwa wanita itu sedang sakit membuat Abra kelimpungan.Entah apa yang mendorong Abra, hingga ia datang ke kampung terpencil ini. Ia masih betah duduk di dalam mobil, menatap bangunan kecil di hadapannya. Jujur saja, ia merasa serba salah untuk turun. Bagaimana jika sang istri tak ingin menemuinya? Atau bahkan, jika Serayu memang tidak ada di sini?Segala kemungkinan sudah ia pikirkan. Abra tersentak ketika melihat seorang lelaki paruh baya keluar dari rumah, memasukkan barang-barang ke dalam mobil tuanya. Ia pun akhirnya turun dari mobilnya.Melihat Abra berjalan mendekat, lelaki itu mengerutkan kening, sempat melirik sekeliling sebelum bersuara, “Dokter Abra?”Dengan raut wajah yang berusaha terlihat senatural mungkin, Abra tersenyum lalu menyalami lelaki di hadapannya.“Dokter datang sendiri? Serayu?”Pertanyaan itu saja sudah cukup menjawab gundah di hati Abra yang semakin tak karuan. Kini ia menyesal datang ke sin
Pagi itu Abra langsung berangkat ke rumah sakit, tetapi ia tidak menemukan Serayu. Hingga jam poli berakhir, wanita itu tak juga terlihat. Ponselnya pun tak bisa dihubungi. Beberapa rekan Serayu juga sempat mencarinya, sampai akhirnya menjelang siang, Serayu baru menghubungi salah seorang rekan kerja. Ia mengaku seluruh tubuhnya sakit dan demam tinggi. Serayu meminta izin untuk beristirahat di kos.“Kesian banget tuh anak,” ujar salah satu rekannya.“Dia kecapekan. Kapan hari lanjut jaga dua hari, gila, mana full day. Kita kan hectic seharian. Serayu… Serayu…” sahut rekan lain.Kedua wanita itu tersentak saat langkah salah satu dari mereka tertahan karena ujung lengan seragamnya ditarik seseorang dari belakang. Mereka kompak menoleh, mendapati Abra berdiri dengan wajah datar.“Ke mana Serayu?” tanyanya datar, ia sempat mendengar penggalan cerita keduanyanya—membuat dua wanita itu saling pandang, panik.“Se—Serayu sakit, Dok. Barusan telepon, izin nggak masuk hari ini,” jawab salah sat
Mendengar kalimat Serayu, entah mengapa hati Abra terasa tercubit. Ia berbalik menatap punggung Serayu yang mantap melangkah keluar dari ruangannya tanpa sedikit pun menoleh.Begitu tiba di luar, Serayu menekan dadanya. Ada rasa sesak yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Meski hubungan mereka singkat, Abra selalu memperlakukannya dengan baik. Namun, kini ia sadar—semua itu tidak lepas dari sebuah kepentingan.Serayu cepat mengusap pipinya, menghapus jejak air mata yang sempat jatuh, lalu melanjutkan langkahnya menyusuri lorong menuju IGD. Dari kejauhan, ia melihat seorang lelaki berdiri sambil merentangkan tangan seolah hendak memeluknya.“Rugi sekali nggak mau dipeluk,” goda Sedanu saat Serayu hanya berdiri di hadapannya. “Are you okay?” tanyanya, kali ini dengan nada khawatir melihat mata Serayu yang sembap. Serayu hanya mengangguk. “Kamu sudah lihat fotonya? Mau lihat dulu sebelum pulang?” tanya Sedanu sambil menyamakan langkah.“Saya mau ambil yang itu saja, Dok. Sekarang,” jaw
Sejak kembali tidur bersama malam itu. Kini giliran Abra yang menghindar dari Serayu. Lelaki itu menyibukkan diri seolah tak pernah kehabisan pekerjaan dari hari ke hari. Siang itu, Serayu melihat Abra keluar dari ruang operasi. Belum sempat ia menyapanya, Aileen sudah lebih dulu berlari mendekat, membawa rantang berisi makanan–memamerkannya. “Bagaimana operasinya lancar?” tanya Aileen berusaha menyamakan langkah Abra. Lelaki itu hanya mengangguk membenarkan. “Aku masak lho hari ini. Kita makan siang bareng, ya,” katanya riang. Tapi Abra hanya menatap sekilas, lalu melangkah pergi tanpa sepatah kata pun. Saat Abra menjauh, Aileen menghentak kesal kakinya. Melihat arah langkah Abra menuju ruang pribadi, Serayu pun berniat menyusul. Sudah beberapa hari ini mereka tidak berbicara dan ia ingin tahu sejauh mana Abra memproses perceraian mereka. Namun baru saja ia hendak memegang gagang pintu, seseorang menarik lengannya kasar. Serayu tersentak. Aileen berdiri di hadapannya dengan ta
Serayu masih di depan meja belajarnya, tumpukan laporan menutupi hampir separuh permukaan meja. Lampu meja yang redup hanya menerangi wajah lelahnya yang tertunduk di atas kertas. Ia sempat berniat menyelesaikan satu berkas lagi, tapi matanya tak kuat menahan kantuk. Pulpen masih tergenggam di tangannya sementara kepalanya sudah bersandar di lengan dan ia pun tertidur. Sesaat kemudian, Abra keluar dari kamarnya. Ia berencana mengambil air di dapur, tapi langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar Serayu terbuka sedikit. Ia mengetuk perlahan. “Rayu?” panggilnya. Tak ada jawaban. Ia mendorong pintu pelan, lalu menemukan Serayu tertidur di kursi dengan posisi yang tampak tak nyaman. Rambutnya berantakan, menutupi sebagian wajahnya. Abra mendekat, menatap lama wajah lelah itu. Ada sesuatu yang menyesak di dadanya—perasaan yang bahkan tak ia pahami. Ia akhirnya menunduk, lalu dengan hati-hati mengangkat tubuh Serayu ke pelukannya. Ia membaringkan Serayu di atas kasur, merapikan se