*Happy Reading*
"Saya pegang ucapan kamu barusan, Mi. Kebetulan, panthouse hadiah dari Pak Arjuna dan Dokter Karina, sudah siap kita tempati hari ini. Dan ... tentunya tidak akan ada yang bisa mengganggu kita di sana."
Waduh!
Wajahku auto merona mendengar ucapan Alan barusan. Dengan hati yang kebat-kebit saat sebuah bayangan nakal melintas di kepalaku.
Aduh ... aduh ... padahal aku cuma becanda loh, nantangin dia. Tapi kayaknya Alan sangat serius menanggapinya. Lalu, aku harus bagaimana sekarang? Haruskah aku pesan lingerie satu kodi untuk persiapan? Atau ... ah, kayaknya gak usah. Sarungan aja udah biar cepet kalau pengen.
Astaga! Mikir apa aku barusan?
"Siap dah, Pak Bos! Mau sekalian tujuh musim pun, Hasmi ikhlas, kok. Tapi ... dengan satu syarat lagi." Aku mengikuti permainan Alan.
"Apa?"
"Bilang cinta dulu sama Hasmi. Sekarang juga!"
Wajah Alan tiba-tiba berubah. Seakan apa yang aku ucapkan barusan adalah voni
*Happy Reading*Author povAlan berusaha berlari sekuat mungkin mengejar para pengendara motor itu. Meski kakinya terasa mulai kebas karena terus di paksakan berlari, namun Alan tidak ingin berhenti sama sekali.Hatinya merepih dan takut diwaktu yang sama, saat melihat istrinya terseret mengenaskan di depan matanya sendiri.Sialan!Siapa mereka? Berani-beraninya mencari masalah dengan Alan!Namun, siapa pun mereka, Alan pastikan akan membuat mereka menyesal karena berani mencari ribut dengannya.Alan lalu mengerahkan usaha terakhirnya. Menambah lagi laju larinya, hingga akhirnya berhasil meraih besi bagasi motor tersebut. Alan mencoba menahan laju motor itu sekuat tenaga. Meski tangannya manjadi sakit, bahkan hampir ikut terseret. Alan tidak menyerah dan terus menahan motor itu sekuat yang dia bisa. Alan lalu dengan sengaja mencoba menggulingkan motor itu, agar oleng dan terjatuh.Dia berhasil!Motor itu benar-
*Happy Reading*Dimas benar. Cidera Hasmi memang serius. Selain benturan keras di kepala yang mengkhawatirkan. Sebelah tulang wajahnya retak, hidungnya pun patah. Serta memar pada seluruh tubuh akibat aksi terseret itu.Hasmi memerlukan pengobatan intensif ditangan tenaga medis yang mumpuni. Itulah kenapa, seperti rujukan Dimas pula, Alan langsung meminta Hasmi di pindahkan ke Rumah Sakit Setiawan Healthy.Beruntung baik Hasmi atau pun Alan memiliki akses spesial ke rumah sakit tersebut. Hingga saat Alan menghubungi Dokter Karina dan memberitahukan apa yang terjadi, istri bosnya itu langsung mengirim helipad untuk menjemput Hasmi."Alan, Umi, Putra?" Bahkan, Dokter Karina sendiri yang langsung menyambut mereka saat mendarat di atap gedung.Ya, Alan memang membawa turut serta Umi yang tidak mau berjauhan dari Hasmi. Dan Putra, ditugaskan A' Jaka untuk menemani Umi."Jangan khawatir. Kami akan melakukan yang terbaik unt
*Happy Reading*"Haruskah seperti itu? Apa tidak bisa dengan hukum saja?" Alan meragu, membalas usulan Arjuna"Inilah kenapa saya selalu bilang kamu lemah, Alan," ucapan Arjuna menohoknya. "Hanya karena kamu tahu perihal hukum, kamu kira bisa membuat dunia seimbang? Tidak, Alan. Di dunia ini ada beberapa hal yang tidak bisa disentuh hukum. Perlu kelicikan dan kekejaman yang bisa membereskannya. Kamu bekerja dengan saya bukan setahun, dua tahun, Alan. Kamu tentu bisa menilai sendiri bagaimana dunia bisnis itu. Yang kuat, yang bertahan sudah menjadi hukum rimba dalam bisnis. Terkhusus untuk pengguna bisnis licik seperti Densu. Dia bisa menggunakan berbagai cara untuk menutup mata hukum."Alan kembali terdiam. Lagi-lagi merasa tertohok dengan ucapan Arjuna. Bertemu dengan pelaku bisnis kotor bukan hal aneh lagi baginya. Hanya saja ... ah, sekali lagi Arjuna benar. Hanya karena dia seorang pengacara. Alan kira bisa membuat dunia seimbang dengan hukum yang dia miliki
*Happy Reading*"Siapa pun kamu dan bagaimanapun masa lalu kamu. Tidak akan pernah Umi permasalahkan, Nak. Selama kamu bisa membuat Hasmi bahagia, itu cukup buat Umi."Umi pun menutup obrolan malam itu dengan kalimat yang sukses membuat Alan terharu sekaligus ragu waktu yang sama.Membahagiakan Hasmi? Mampukah Alan?Meski sebenarnya Alan tahu pasti, hal apa yang bisa membuat Hasmi bahagia. Tetapi .... entah kenapa Alan masih berat melakukannya.Kata cinta. Itukan, yang sangat ingin Hasmi dengar? Juga, akan sangat membuatnya bahagia. Tapi .... bagaimana mengatakannya? Hatinya sendiri masih terasa berat mengucapkan kalimat sakral itu lagi.Katakan Alan masih trauma dengan kalimat sakral itu. Dan ya, memang itulah yang sebenarnya terjadi. Alan pernah menjadi seorang pecinta yang loyal akan kata sakral itu. Sebelum akhirnya hatinya di hancurkan hingga lebur. Hingga ... Alan mengharamkan tiga kalimat itu keluar dari mulutnya lag
*Happy Reading*Kiranya, setelah mendengar keputusan Alan. Arjuna akan menyambutnya dengan suka cita. Ternyata, Daddy si kembar itu terdiam cukup lama, sebelum berkata, "Kamu tidak harus memaksakan diri mengotori tangan kamu Alan, jika memang tidak ingin."Tak ayal, Alan pun jadi bingung sekarang pada sikap Arjuna. Kenapa tanggapan Arjuna malah seperti itu? Bukannya dia sendiri yang mengusulkan?"Saya tidak merasa terpaksa kok, Pak. Saya serius ingin menerima usulan Bapak. Soalnya, saya tidak ingin ada korban lagi dari kegilaan Pak Densu dan anaknya," terang Alan sungguh-sungguh.Arjuna kembali terdiam. Seperti menimang sesuatu yang sangat penting."Pak, saya Serius!" Alan kembali meyakinkan. "Saya benar-benar ingin melenyapkan mereka, karena saya sudah muak dengan kegilaan mereka. Pagi ini, selain kabar rumah Umi yang hampir dibakar dan Mama saya yang hampir di celakai. Saya juga mendengar, jika kantor saya pun sudah mereka retas. Bahk
*Happy Reading*Sebelum ke kantor dan menemui dua orang penting hari ini. Alan memutuskan pulang ke apartement terlebih dahulu, mandi dan berganti pakaian dengan yang lebih bersih dan rapi.Setelah mengambil laptop cadangan di ruang kerjanya, dan beberapa file yang mungkin saja nanti diperlukan. Alan pun sudah siap berangkat ke kantornya, serta bertemu Mr Raid dan Frans seperti yang sudah di jadwalkan.Mr Raid yang datang terlebih dahulu. Alan pun menyambutnya ramah, dan berbincang hangat sejenak sebelum menjelaskan kronologi yang dia alami pada bule bernetra hijau itu."I like u, Alan. Karenanya aku akan membantumu. Apalagi kau melakukan ini demi istrimu. Dengan senang hati aku akan ada dipihakmu," pungkas Raid kemudian. Membuat Alan senang sekali.Dari pembicaraan singkat antara dirinya dan Raid barusan. Alan bisa menilai jika Raid ini bukanlah orang sembarangan. Dia cerdas dan wawasannya luas sekali.Tentu saja, it
*Happy Reading*"Bu, kalau mau photo bilang-bilang, dong! Rina kan juga mau pamer sama temen-temen di kampung. Eh, ya ampun, ada bule ganteng juga! Minta photo bareng, ah!"Seakan kurang kekesalan Alan akan kehadiran mertua Gito yang menyebalkan. Istri Gito, Rina, ikut hadir di sana. Masuk begitu saja tanpa ijin atau pun menyapa Alan sebagai tuan rumah.Benar-benar ibu dan anak yang kompak."Gito?!" Alan berdecis kesal, melirik tajam pria yang masih ngos-ngosan di hadapannya saat ini. "Jelaskan. Apa maksud ini semua?" Alan melirik tajam istri dan mertua Gito yang kini mencoba merayu Raid untuk meminta photo.Betapa malunya Alan pada Raid. Takut jika bule itu nanti marah, dan mengambil semua bantuannya lagi. Bisa kacau semuanya."Ma-maaf, Pak. Ta-tapi mertua saya bilang ingin menjenguk Bu Hasmi di sini. Makanya minta ikut," jelas Gito dengan kikuk."Kalau memang itu tujuannya, kenapa tidak kamu langsung an
*Happy Reading*"Yosh! Akhirnya selesai," seru Raid. Setelah beberapa saat fokus dan sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Mengabaikan Frans dan Alan yang tengah menyusun rencana untuk mengeksekusi target."Bagaimana?" Alan bertanya penasaran."Sudah aman. Selain aku, tidak akan adalagi yang bisa meretas komputer perusahaanmu," terang Raid dengan jumawa.Syukurlah. Satu masalah terselesaikan dengan baik."Bagaimana dengan kalian? Sudah menemukan cara seru melenyapkan mereka?" Raid bertanya balik. "Kau jadi ikut turun langsung?" Kini Raid mengalihkan fokus pada Alan.Yang ditanya hanya diam. Masih belum memutuskan untuk turun langsung atau jadi penonton saja."Tidak usah dipaksakan kalau tidak sanggup." Seakan tahu apa yang Alan pikirkan. Raid kembali berucap. "Arjuna saja sekarang sudah jarang terjun langsung untuk eksekusi. Dia sibuk dengan para bayi," lanjut Raid kemudian.Alan masih belum menjawab. Masih menim