Share

Bab. 6. Apa Yang Kau Sembunyikan

Aku mengelap-elapkan tangan kotor ku di bajuku dengan sekuat tenaga, barulah aku mengulurkan tanganku dan bersalaman dengan tangan putih itu dengan hormat.

Saat menyentuh tangannya, rasanya seperti tersetrum aliran listrik, aku pun segera menarik tanganku kembali, wajahku memerah seketika.

'Isabelle, Isabelle, pantas saja kau dibohongi oleh laki-laki, kau sama sekali tidak tegar, benar-benar payah.'

"Namaku Isabelle, itu, kalau kuceritakan kau juga pasti tak akan percaya, aku terjatuh dari jurang, lalu aku terjatuh ke atas tubuh seekor ular python hitam raksasa, kau tak tahu ular itu sebesar dan sepanjang apa, dia juga membuka mulutnya lebar-lebar dan akan memakanku."

Untuk menutupi wajah merahku, aku menceritakan semua yang kualami padanya, aku mengatakannya sambil menggambarkannya dengan tanganku, aku takut dia tidak tahu ular itu sebesar apa.

Lalu, aku meliriknya sejenak, pria itu hanya tersenyum saja.

"Itu semua benar, kau jangan tak percaya padaku."

Aku tak mengerti apa arti senyuman itu, apa dia mengira omonganku ini lucu, atau dia sudah tahu kalau mukaku memerah karena ketampanannya, jantungku terus berdebar kencang, rasanya aku sama sekali tak bisa berkutik di hadapan pria tampan ini.

"Aku percaya padamu, tapi, kenapa kau tidak dimakan oleh ular itu?"

Tanya Austin sambil melihatku yang berpura-pura tenang, sebenarnya dari tadi ia sudah menangkap setiap ekspresi dari wajahku, dia sangat puas melihat ekspresi-ekspresiku ini.

Iya, benar yang dia tanyakan, kenapa aku tidak dimakan oleh ular itu, aku sendiri juga tidak mengerti, tapi siapa tahu sebenarnya aku ini sudah terpancing oleh seekor ular.

"Mungkin, mungkin karena aku kotor."

Kataku sambil menggaruk-garuk kepala menutupi rasa malu setelah kulihat bajuku dan sekujur tubuhku yang kotor, tak heran ular itu tak mau memakanku.

"Oh?"

'Dia memang terlihat sedikit kotor, tapi itu bukanlah alasan mengapa aku tidak memakannya, ucapannya itu sungguh lucu.'

Kalau dari awal aku tahu pria tampan di depanku ini adalah jelmaan dari ular python tadi, aku pasti tak akan berbicara panjang lebar dengan pria ini.

"Haha, itu, apa kau bisa mengeluarkanku dari sini?"

Semua sudah tak penting lagi, aku hanya ingin keluar dari sini saja, rasanya tempat ini bukan tempat yang biasa.

"Membawamu keluar ya, hmm, aku harus memikirkan bagaimana caranya."

Kata Austin sambil menatap ke arahku, rasanya aku pernah melihat mata ini, tapi aku tak ingat di mana aku melihatnya.

Sebagai Raja Ular, membawa seorang wanita keluar dari sini sungguh sangat mudah, namun tak mungkin ia mau membiarkan wanita yang sangat menarik ini pergi, ia tak pernah merasa setertarik ini pada seorang wanita, ini adalah pertama kalinya.

"Kalau begitu kumohon padamu untuk memikirkan cara secepatnya, aku rela menjadi budakmu untuk membalas kebaikanmu."

Tak perlu menjadi budak, yang dia inginkan adalah hatinya.

Sebenarnya boleh juga kalau dia menginginkan hatiku, tapi aku takut dia yang tak mau padaku.

"Eh, kalau begitu begini saja, rumahku ada di dekat sini, kau ikut aku pulang ke rumah dulu, lalu barulah aku memikirkan cara bagaimana memulangkanmu, bagaimana?"

Katanya sambil tersenyum kepadaku, rupanya itu terlihat seperti bunga yang bermekaran di bawah cahaya matahari, aku sama sekali tak bisa mengalihkan pandanganku darinya.

Aku benar-benar bertemu dengan orang yang sangat baik hati, setelah beberapa saat, barulah aku menarik pandanganku darinya, ada orang yang menolongku jelas lebih baik daripada terus berdiam diri di sini, hatiku penuh dengan harapan, aku sungguh berterimakasih padanya, dan aku sama sekali tidak menyadari kalau ini semua sebenarnya adalah bagian dari rencananya.

"Kalau begitu, ayo ikut aku."

"Iya, terima kasih banyak."

Kataku, baru saja aku mau menegakkan badanku, kedua kakiku pun mulai terasa sakit.

"Kugendong kau."

Mungkin karena melihat kakiku yang terluka, Austin pun menyuruhku naik ke punggungnya.

Ini, mana mungkin aku berani naik ke punggung orang lain, tapi sebelum aku menolaknya, Austin sudah mengangkatku ke punggungnya dan berjalan pergi dari ladang rumput itu, dan pria tampan yang dari tadi berdiri di belakang Austin itu juga berjalan pergi.

"Austin, di mana rumahmu?"

"Austin, melihat dandananmu, apa kau ini seorang artis yang datang ke sini untuk syuting?"

"Austin?"

Jangan-jangan dia benar-benar turun dari surga?

Sepanjang perjalanan, aku bersandar pada punggungnya, terus bertanya padanya seperti burung kecil yang tak berhenti berkicau, telinga kedua pria itu tak pernah tenang sedetikpun.

Austin tak seberapa suka bicara, ia hanya menjawab pertanyaanku dengan senyumannya saja, aku tak peduli, aku ingin menanyakan semuanya.

"Sudah sampai, di situ rumahku."

Begitu sampai di tempat yang paling indah, Austin pun menunjuk ke arah depan.

Aku melihat ke arah yang ditunjuk olehnya, sebuah istana yang besar dan megah berdiri di antara pepohonan yang hijau dan air-air sungai yang mengalir, kelihatannya seperti istana kerajaan, cantik sekali.

"Wah! Itu rumahmu!"

Seruku dengan penuh kekaguman, aku benar-benar terkejut melihat istana yang sangat mewah dan megah itu.

Di tempat ini tak ada mobil sama sekali, seperti di surga saja.

"Iya, itu rumahku."

Kata Austin lagi, ia menoleh sedikit dan melihat ke arah wajahku, ekspresiku terlihat sangat lucu baginya.

Kemudian, ia pun memberikan sebuah isyarat pada pria yang berjalan di belakang kami dengan matanya, pria itu pun langsung berjalan ke depan pintu istana, mengatakan sesuatu dengan orang-orang yang berbaris dengan rapi di depan pintu, lalu mereka pun mengangguk-anggukkan kepala, dan dua orang di antara mereka pun berjalan masuk ke dalam istana, yang lainnya berdiri dengan rapi di luar.

"Kugendong kau masuk ke rumah."

"Aku jalan sendiri saja."

Melihat orang yang sebanyak itu, aku merasa sedikit malu kalau digendong, aku ingin berjalan sendiri saja.

"Tidak usah, kugendong kau."

Tanpa mempedulikan keinginanku, Austin pun menggendongku berjalan sampai ke depan pintu, aku hanya bisa berdiam diri di belakang punggungnya dengan wajah yang sedikit memerah, ini pertama kalinya aku digendong pria dengan seperti ini, walaupun karena kakiknya terluka, aku tetap saja merasa malu.

"Paduka."

Orang-orang bawahannya itu pun membungkukkan badan dan memberi hormat padanya, seperti pengawal-pengawal yang bertemu dengan rajanya, tadi Penjaga Bai sudah memerintahkan mereka untuk tidak memanggilnya dengan Raja Ular langsung, ia takut wanita yang digendong Raja Ular itu terkejut, orang-orang itu pun mematuhi perintahnya.

Austin merubah ekspresi wajah lembutnya tadi, ia menganggukkan kepalanya pada bawahan-bawahannya itu dengan wajah yang dingin, aku pun digendong memasuki pintu istana yang besar, dan sampai ke halaman besar yang penuh dengan bunga dan rumput-rumputan.

"Orang-orang tadi itu siapamu?"

Aku tak bisa menahan rasa ingin tahuku.

"Bawahan."

Balas Austin ketus.

Di samping halaman itu, berdiri sebuah rumah yang sangat megah, banyak sekali pria dan wanita yang berlalu-lalang di sana, mereka semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ada yang menggunting rumput, ada yang menyirami bunga, dan lain-lain.

"Paduka."

Melihat Raja Ular menggendong seorang wanita asing masuk ke dalam istana, orang-orang itu pun segera menurunkan semua tulisan dan gambar "ular" yang ada di sana, lalu membungkukkan badan dan memberinya hormat, tidak ada yang tahu mengapa Raja Ular bisa membawa seorang manusia perempuan datang ke dalam istana, tapi tak ada seorang pun yang berani bertanya, mereka hanya bisa melihat kalau Raja Ular sangat peduli pada wanita itu.

Aku heran, bisnis apa yang dilakukan keluarga Austin sampai mereka bisa sekaya ini, membangun istana semegah ini, lalu memiliki pelayan dan pembantu yang tak terhitung jumlahnya, benar-benar tidak bisa disebut dengan empat huruf K-A-Y-A saja, dia benar-benar tampak seperti pangeran di dalam negeri ini, menurutku sih.

"Hai semua, namaku Isabelle."

Untuk menunjukkan kesopananku, aku pun menyapa mereka dari balik punggung Austin, namun orang-orang itu tetap saja berdiam diri seperti patung dan membungkuk di samping kami, tak ada yang mau berbicara denganku, membosankan sekali.

Setelah melewati halaman besar itu, kita memasuki halaman kecil, halaman besar itu mengelilingi halaman kecil, halaman kecil ini juga tersambung dengan halaman besar tadi, halaman per halaman, Austin membawaku ke sebuah kamar yang sangat amat mewah, orang yang dipanggul Penjaga Andrew Bai itu juga mengikuti kita di belakang, seperti bodyguard saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status