Share

Bab. 5. Awal

"Apa? Maksud Kakak Ular Putih, Raja Ular suka pada wanita itu, mana mungkin, wanita itu begitu jelek, mana bisa dibandingkan dengan kita, mana mungkin Raja Ular bisa suka padanya."

"Iya, iya, mana mungkin Raja Ular bisa suka pada manusia yang rendah itu."

Kata para ular itu, mereka tidak percaya Raja Ular bisa suka pada seorang manusia.

"Kurasa Ular Putih ada benarnya juga, kita semua tahu bagaimana sifat Raja Ular, kalau dia tidak suka pada wanita itu, bagaimana mungkin dia tidak membunuhnya, malah membawanya pergi."

Kata Ular Belang menyetujui ucapan Ular Putih, pandangan matanya sangat dingin, ia menatap ke arah ular-ular betina lainnya, sekelompok ular-ular betina yang bodoh, wanita tidak cukup kalau hanya punya wajah yang cantik saja, yang paling penting harus punya otak.

"Kalau Raja Ular suka pada wanita itu, bukankah itu berarti kita sudah tak ada harapan lagi."

Yang mengatakan itu adalah seekor ular hijau, dia sama seperti ular-ular betina lainnya, ingin menjadi permaisuri Raja Ular, dan kalau sekarang Raja Ular suka pada wanita itu, mereka pasti tak akan bisa menjadi permaisuri, bukan hanya Ular Hijau yang berpikir seperti itu, semua ular betina pun berpikir demikian.

"Iya, iya, kalau Raja Ular suka pada wanita itu, kita harus bagaimana?"

"Iya, kita harus bagaimana?"

Kemudian, hutan itu pun dipenuhi dengan suara-suara para ular betina itu, suara mereka terdengar sangat marah dan kesal, ingin sekali rasanya mereka menelan wanita itu hidup-hidup, siapa yang tidak ingin menjadi wanita kesayangan Raja Ular, menikmati kekayaan yang berlimpah, kemunculan wanita itu menjadi sebuah bahaya besar yang mengancam ular-ular itu.

"Tutup mulut kalian."

Kata Ular Kuning dengan dingin, dasar ular-ular tak berotak, manusia jelek saja sudah membuat mereka ribut-ribut seperti ini, benar-benar payah.

Ular-ular itu pun terdiam, menunggu Ular Kuning membuka mulutnya dengan tenang, Ular Kuning adalah kepala mereka.

"Menurut Kakak Mei, apa yang harus kita lakukan?"

Tanya Ular Belang dengan hati-hati, kalau Ular Kuning bukan kepala mereka, ia juga tidak harus menuruti semua keputusan yang dibuat oleh si Ular Kuning.

Kalian harus tahu, mereka semua sangat suka pada Raja Ular, dan siapapun tak ada yang mau orang lain memusuhi diri sendiri.

"Tak usah melakukan apa-apa, kembali ke istana dulu dan tunggu Raja Ular pulang."

Setelah mengatakannya, Ular Kuning pun menghilang di kegelapan.

"Kakak Hua, apa maksud Kakak Mei?"

Tanya ular-ular lain, Raja Ular sudah membawa seorang wanita pergi, untuk apa lagi mereka kembali ke istana.

Ular Belang tak berkata apa-apa, ia pun juga pergi dari sana.

"Kenapa mereka pergi?"

Setelah Ular Kuning dan Ular Belang pergi, yang tersisa hanyalah Ular Putih dan ular-ular betina cantik lainnya.

"Kakak Mei menyuruh kita kembali ke istana dan menunggu di sana pasti ada maksudnya, Raja Ular sudah mengetahui keberadaan kita, kalau kita tetap saja mengikuti Raja Ular terus, Raja Ular pasti akan sangat marah dan kesal pada kita, bahkan mungkin kita juga bisa kehilangan nyawa kita, lebih baik kita tunggu saja Raja Ular di istana, soal masalah Raja Ular suka pada wanita itu atau tidak, kita akan mengetahuinya kelak."

Sambil berkata, Ular Putih pun menghilang dari sana.

"Benar yang dikatakan Ular Putih, kenapa kita tak bisa berpikir sampai ke sana ya."

Setelah mendengar perkataan si Ular Putih, para ular betina itu pun mengerti, dan mereka pun menghilang dari hutan itu juga.

Tak tahu berselang berapa lama, aku pun terbangun, mungkin karena terlalu lama mendekap di dalam hutan, saat aku membuka mataku, aku sedikit tidak terbiasa dengan cahaya yang sangat terang yang menyoroti mataku, beberapa saat kemudian, barulah aku terbiasa.

Udara di sini sangat bagus, di telingaku terdengar suara-suara aliran air dan kicauan-kicauan burung, aku melihat keadaan di sekelilingku sejenak, aku sedang terbaring di atas rerumputan, banyak bunga bermekaran di sekitarku, banyak kupu-kupu yang beterbangan, pemandangan di sini sungguh cantik bak surga.

"Di mana aku ini? Di mana ular-ular itu? Kok tidak kelihatan?"

Waktu itu aku terjatuh dari jurang dan jatuh ke tubuh ular python raksasa, makanya aku tidak mati, tapi kali ini? Aku ini masih hidup, atau sudah mati dan naik ke surga, karena pemandangan di sini sungguh cantik seperti di gambar-gambar, neraka pasti tak mungkin seperti ini.

Aku mencubit lenganku sendiri dengan keras lagi, ini adalah cara terbaik untuk membuktikan aku masih hidup atau sudah mati.

Kalau bukan karena rasa sakit yang kurasakan dari lenganku, aku sendiri tidak akan percaya kalau nyawaku ini benar-benar masih ada.

Bukankah seharusnya aku sudah ditelan habis oleh ular python raksasa itu? Bagaimana mungkin aku masih hidup?

Aku membelalakkan mataku dan melihat sekelilingku dengan bingung, aku takut ada sesuatu yang terlewatkan, atau mungkin ular-ular itu masih ada di sana.

Mengingat ular-ular tadi, jantungku pun berdegup kencang, aku membuka mataku lebar-lebar dan melihat ke semua arah, tanganku pun juga mengepal dengan sendirinya, aku berpikir, kalau sampai ular-ular itu datang lagi, aku pasti akan melawannya.

Haha, kalau benar-benar ada ular yang datang, mana mungkin seorang wanita lemah bisa mengalahkan ular itu dengan kepalan tangan yang kosong itu saja?

Tengok kiri, tengok kanan, hadap depan, hadap belakang, sama sekali tidak ada ular, kejadian tadi malam terasa seperti mimpi buruk saja.

Aku tahu mimpi ini pasti bukan mimpi biasa, mungkin saja malam nanti ular-ular itu akan bermunculan kembali, mati sekarang atau mati nanti, tetap saja pada akhirnya aku harus mati.

Ingin mencari jalan keluar, tapi aku sudah capek dan kakiku terluka parah, sulit rasanya untuk melangkahkan kaki, apa aku hanya bisa berdiam diri dan menunggu mati di sini? Meskipun surga itu indah, tapi aku tetap saja tak ingin mati secepat ini, kalau aku mati begini saja, bukankah semua keinginan pasangan pria dan wanita brengsek itu malah terkabul, aku tak rela, aku mau balas dendam.

"Aku tidak mau mati, tolong, apa ada orang di sini yang bisa menolongku, aku akan membalasnya dengan apapun.."

Setelah meneriakkannya, hidungku pun terasa gatal, lalu air mataku mengalir deras.

Mana ku tahu, sebenarnya saat ini ada dua orang yang berdiri di balik semak-semak, lebih tepatnya dua orang pria, lebih tepatnya lagi dua orang pria tampan, salah satunya mengenakan jubah panjang, pria itu tidak hanya terlihat sangat tampan, dia juga memiliki sebuah aura yang tak biasa, tak semua orang memiliki aura itu, dan satu pria yang lain berdiri di belakang pria tadi, sikapnya terlihat sangat menghormati pria tadi, kalau dibandingkan, pria ini kedudukannya terlihat lebih rendah daripada pria tadi, sepertinya mereka adalah seorang majikan dan bawahannya.

"Raja Ular, apa Anda benar-benar tidak ingin membunuhnya?" Tanya pria yang berdiri di belakang dengan penuh hormat pada pria tampan yang berdiri di depan.

Pria yang dipanggil dengan sebutan Raja Ular itu tidak berkata apa-apa, kedua matanya memandangi wanita yang sedang menangis tersedu-sedu di atas rerumputan itu, ujung bibirnya terangkat ke atas, lalu ia pun berjalan keluar dari semak-semak itu menuju ke arah sang wanita.

Pria yang berdiri di belakang pun kebingungan, ia tak mengerti apa yang sedang dipikirkan Raja Ular, namun ia juga tak berani bertanya lagi, ia segera mengejar dan mengikuti Raja Ular, sepertinya, Raja Ular memperlakukan wanita ini dengan spesial.

"Nona, apa yang kau tangisi?"

Saat aku sedang sibuk menangis, tiba-tiba, aku mendengar suara seorang pria di telingaku.

Apa itu hanya imajinasiku saja, mana mungkin bisa ada orang di tempat terpencil seperti ini?

"Nona?"

Aku yakin aku tidak salah dengar, memang benar ada orang yang berbicara padaku, aku pun segera mengusap air mataku, lalu mengangkat kepalaku dan melihat ke arah suara itu berasal, wah, sosok pria tampan di depan mataku itu sungguh membuatku terpesona.

Ia mengenakan jubah panjang berwarna hijau abu-abu yang sangat elegan, lekuk tubuhnya terlihat sangat sempurna, wajahnya putih dan terlihat sedikit dingin, bagiku Jason sudah sangat tampan, tapi kalau dibandingkan dengan pria tampan di depan mataku ini, dia benar-benar bukan apa-apa, bagai bumi dan langit, sama sekali tidak bisa dibandingkan, aku yakin pria setampan ini pasti bukan berasal dari dunia manusia.

Apa mungkin karena Tuhan merasa kasihan padaku, Ia mengutus seorang bidadari pria untuk menolongku, pikirku dalam hati.

"Ka, kau siapa?"

Meskipun aku baru saja disakiti oleh seorang pria tampan, tapi melihat pria sempurna di depanku ini aku tetap tidak bisa menahan air liurku, aku memandanginya, wajahku memerah seketika, mulutku juga terbata-bata, entah dia berasal dari dunia manusia atau dari surga, aku tetap ingin mengetahui namanya.

'Isabelle, Isabelle, kau benar-benar tak berguna, pria itu semua sama, apalagi pria yang rupanya tampan, apa kau sudah lupa.'

Aku menampar wajahku sendiri dalam pikiranku, aku tak berani menatapnya langsung, sekarang aku hanya ingin keluar dari tempat ini, yang lainnya, lupakan saja.

"Namaku Austin, kalau kau? Kenapa kau bisa ada di sini?"

Austin mengulurkan tangan kanannya yang putih dan panjang, matanya terlihat seperti punya kekuatan tembus pandang, wajahnya tersenyum dengan sangat khas, semua wanita yang melihatnya pasti akan terpesona padanya, dia tidak percaya, wanita ini bisa menolaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status