Share

4. Penjelasan

Author: Camaraderie
last update Last Updated: 2022-09-01 16:51:37

Tangan Lakshmi bergetar hebat, matanya terus menerus menatap tak percaya lelaki yang ada di hadapannya. Merasa seperti terlempar ke jurang gunung berapi yang meletup-letup lavanya.

Jantungnya bagai ditusuk hebat dengan panah beracun.

Lelaki itu … lelaki yang selalu dia andalkan untuk menceritakan mimpi-mimpinya selama ini. Lelaki dengan mata sepekat zamrud dan hidung mancung dibingkai dengan rahang yang tegas yang amat dia percayai.

“Pak … Hendra?” Suaranya spontan lolos bak desahan lemah. Tak bisa dirinya berkata-kata lagi. Dia ingin menangis saat ini juga.

Amat sangat ingin menangis. Namun, tubuhnya seakan terhipnotis untuk memasangkan cincin di jari manisnya tapi tenaganya sudah tak bersisa. Cincin yang seharusnya terpasang di jari laki-laki itu tergelincir ke tanah.

Trak!

Semakin sesak dadanya sampai napasnya terengah-engah. Rasa sakit yang dihasilkan oleh keluarganya baru saja ingin ia kubur kini bertambah. Lelaki yang begitu baik padanya dan begitu membimbingnya di universitas ikut menorehkan luka baru.

Digigitnya bibir bagian dalam sekencang-kencangnya, tak peduli jika harus terasa perih sedang ia tengah mencoba menahan tangis dan marahnya sendiri. Dia tak mau menjadi orang gila di hadapan para tamu.

“Lakshmi, kenapa kamu jatuhkan cincinnya?” Purwanto mendesis, seakan menyaksikan putrinya tengah melakukan provokasi terhadapnya.

Pria bernama Darius itu pun mencoba mengendalikan keadaan. Ia sudah bisa melihat bagaimana keosnya Lakshmi saat tahu siapa pria yang menikahinya.

“Tidak apa Pak, mungkin Lakshmi gugup.”

Seketika gemuruh tawa bermunculan saat Darius beralasan begitu.

“Ada-ada saja, haha, pengantin wanita gugup melihat Mas tampan ya?” Bahkan wali nikah pun ikut berkelakar.

Tangan Darius mengambil kembali cincinnya dan memasangnya sendiri. Mereka masih harus duduk di sana untuk mendengar ceramah, petuah dan doa dari wali nikah dan ustadz. Semua berjalan hening, terkadang timbul bisikan-bisikan.

Lakshmi masih diam membisu. Dia terus menundukkan kepalanya, enggan untuk melihat sekitarnya. Bahkan sekelilingnya terasa memuakkan sampai-sampai sistem pernapasannya bingung yang mana oksigen untuknya.

Dadanya terasa begitu nyeri. Bahkan kini perutnya terlilit hebat di saat dia mengabaikan sarapan. Sial. Ia sudah menjadi orang jahat tak punya hati. Hati untuk mempedulikan tubuhnya sendiri. Menyesakkan!

“Kenapa diam saja?” Kali ini Darius mulai angkat bicara begitu mereka duduk di kursi pelaminan.

Dia cemas, mencemaskan kondisi Lakshmi. Menghela napasnya pelan, ia meraih tangan Lakshmi yang terasa begitu dingin.

“Lakshmi,” panggilnya dengan nada lembut.

Di pendengaran wanita itu, Darius memanggilnya dengan begitu mengerikan. Dia pun mengangkat pandangannya, menatap bengis Darius yang masih mengenakan peci putih di kepalanya. Jas putihnya bahkan begitu pas membalut tubuhnya sampai nampak gagah di mata orang lain. Namun, bagi Lakshmi, pria itu menjadi iblis yang sudah berhasil menghancurkan mimpi yang sering ia gaungkan pada pria itu.

Plak!

Dia menepis tangan Darius kencang. “Jangan sentuh aku,” desisnya penuh penekanan. Sama sekali tak bisa menerima sentuhan fisik. Dia bahkan merasa jijik.

Darius terdiam. Bibirnya terkatup rapat membentuk garis lurus menipis. Dia mencoba mengontrol emosi yang tiba-tiba menguar akibat penolakan itu. Menghembuskan napasnya perlahan nan panjang agar hatinya bisa tenang.

Dia juga tahu kondisinya. Ditonton oleh banyak tamu.

“Saya akan menjelaskannya padamu nanti,” bisiknya lirih.

Lakshmi membuang muka, tak sudi dirinya untuk bicara dengan pria itu agar menemukan jawaban. Tak akan pernah. Detik itu juga, Darius bukanlah sosok yang diidamkan olehnya, bukan lagi sebagai supporter untuk mimpinya. Dia hanyalah pria yang tak memiliki hati sampai berani mengobrak-abrik hatinya.

Lakshmi sama sekali tak tersenyum di saat para tamu menyalaminya dan mengucapkan selamat. Dia memang tak senang dan tak munafik untuk nampak bahagia padahal hatinya tengah menangis.

Lakshmi masih tak memperhatikan siapa saja tamu-tamu yang sudah berjumpa dengannya.

Sampai satu wanita dengan rambut disanggul menyalaminya dan mencium pipinya. “Wah, selamat ya Lakshmi, duh enggak menyangka kamu menikah.” Wajah semringah penuh haru sahabat SMA Lakshmi pun terlihat jelas.

Iris Lakshmi membesar melihatnya. Dia semakin sesak. Bahkan sahabatnya dulu tak tahu apa yang menjadi masalahnya saat ini.

“Ningsih, kamu datang,” lirihnya. Ia sebenarnya ingin memeluk wanita itu jika bisa dan meraung-raung di pelukannya.

Ningsih tersenyum dan mengangguk. Lantas dia berbisik, “semoga kehidupan pernikahanmu bahagia ya, kamu sukses menggaet cowok tampan terus kaya raya lagi,” kekehnya.

Lakshmi kali ini mau tak mau tersenyum kecil, demi memperlihatkan pada sahabat yang sudah lama tak dia jumpai itu kalau dirinya masih bisa berdiri dan terlihat baik-baik saja.

“Iya terima kasih, Ning. Kamu makanlah dulu, bayi dalam perutmu akan protes nantinya.”

 Mata Lakshmi bisa melihat jelas perut yang menonjol. Ah, bahkan dia ingat, Ningsih langsung menikah dengan pria yang dijodohkan oleh orangtuanya setelah tiga hari kelulusan. Sama nasibnya, terpaksa menerima. Namun, Ningsih lebih lapang dada.

Ingin rasanya Lakshmi menyudahi acara bersalaman itu. Orangtuanya tega melihat ia menderita dengan mengundang banyak orang. Lebih dari puluhan!

Kakinya meronta, jari kelingking kakinya sudah lecet akibat bergesekan dengan heels yang dia pakai. Semuanya terasa menyakitkan. Nyeri karena luka di tubuh dan hatinya begitu menganga.

Darius pun sedari tadi hanya tersenyum, melirik dari sudut matanya ke arah Lakshmi. Wanita itu begitu enggan untuk bicara dengannya. Bahkan hanya kata-lata pedas yang terlontar tadi. Dia bingung namun ia juga tak bisa membiarkan gadis itu salah paham padanya.

“Ayo pengantinnya istirahat dulu, mesti ganti baju.” Sang MUA mengajak pengantin itu untuk turun dari pelaminan.

Lakshmi bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, sama sekali tak protes.

Di dalam kamar yang sudah dihias sebagai kamar pengantin pun sudah mereka tempati. Lakshmi sudah duduk di depan cermin lagi. Matanya masih menatap kosong, bak zombie tanpa kehidupan. Binar di matanya seakan menyusut dengan cepat.

Darius berbisik pada perias dan meminta privasi untuk mereka berdua.

Perlahan pintu ditutup tanpa suara, hanya sunyi di ruang itu saja yang hadir sementara suara musik dangdut yang bertalu kencang sampai memekakkan telinga bercampur suara para tamu terus menyerbu ke pendengaran mereka.

Darius berdiri di samping Lakshmi, menatap wanita ayu itu dari pantulan cermin. Ia tersenyum syahdu, bahkan ia tak bisa menyembunyikan perasaan hatinya.

“Lakshmi,” panggilnya lembut.

Kali ini Lakshmi diam, tak merespon. Darius semakin tegang. Seharusnya dia bisa menjelaskannya saat ini, namun diamnya Lakshmi menyerang rasa percaya dirinya.

Tangannya perlahan menggapai tangan Lakshmi yang masih dingin seperti sebelumnya, membawanya ke bibirnya dan mengecupnya lembut.

Merasakan lembap dari kontak benda lembut di punggung tangannya, Lakshmi terkesiap. Matanya melebar, segera ditariknya tangannya sekuat tenaga. Bahkan dibersihkannya tangan itu dengan usapan kasar dengan kain baju yang dikenakannya.

Darius terdiam. Amat sangat jelas melihat penolakan gadis itu.

“Ada yang harus aku jelaskan padamu, Lakshmi,” ucap Darius, berusaha tenang. Meskipun sebenarnya dia ingin meledak kala Lakshmi menolaknya dua kali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   32. Ciuman Panas!

    “Kamu mau ke mana hari ini?” tanya Darius sambil berusaha mengancingi lengan kemejanya.Glek.Lakshmi harus berusaha menelan salivanya kasar, matanya tak berkedip normal dan terlalu memandangi Darius lama.Entah kenapa, setelah berusaha tidur satu kamar dengan pria itu, dia yakin kalau Darius adalah pria tampan nan gagah.Dilihat dari bagaimana kemeja hitam itu membalut polos tubuhnya yang tinggi menjulang. Bahu yang lebar dan punggung tegapnya sudah simetris dengan dada bidangnya yang tercetak jelas di balik kemejanya. Matanya berlari melihat jakun yang menonjol dan juga rahang tegasnya bernaung mata pekat dan alis yang tebal dan bergaris simetris.Bahkan kini dia hanya fokus pada bibir pria itu.Darius yang tak mendapatkan jawaban pun mengangkat pandangannya. Dia bisa melihat tatapan penuh kagum dan intens dari mata coklat milik istrinya itu.Dia tersenyum. Tahu betul kalau dia memiliki pesona yang tak bisa ditolak.Tanpa sebuah rasa segan lagi, Darius mendekati istrinya yang masih

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   31. Tidur Satu Kamar

    Bab 31 --Darius kebingungan sendiri saat melihat Lakshmita yang malah berdiri kaku di balik pintu yang tertutup.“Apa ada yang mau dibicarakan?” tukasnya sambil meletakkan ponsel miliknya.Lakshmita semakin melarikan pandangan matanya ke segala arah sambil terus saja menggigit bibirnya gugup.Tak mendengar jawaban dari mulut Lakshmi, Darius pun menghampirinya dan berdiri di belakangnya. Tangannya menepuk pelan bahu gadis itu.“Laksshmi,” panggilnya sekali lagi.Lakshmita berjengit terkejut, dia berbalik dan mundur dengan cepat. “Y--ya Mas?”Darius menghela napasnya, merasa aneh dengan tingkah istrinya itu.“Ada apa? Apa ada yang mau dibicarakan? Ini sudah malam dan seharusnya kamu tidur.”“I--itu …” Ucapan Lakshmita menggantung, merasa bingung untuk menuturkannya dan dia masih memikirkan ucapan Si Mbok, ART yang tadi menyarankan sesuatu padanya.“Ada apa? Katakan saja, kamu jangan memendamnya begitu dan malah berdiri tidak jelas,” desak Darius masih dengan nada lembutnya.Lakshmita s

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   30. Beri Saja Servisan

    Lakshmita bangun dengan senyum di bibirnya. Sudah beberapa hari ini dia tidur dengan nyaman tanpa mimpi buruk yang menyambangi alam bawah sadarnya lagi. Menyadari kalau hatinya melunak karena kebaikan Darius, dia berniat melakukan sesuatu yang sudah semestinya. Menerima Darius. Masih saja dia termenung sendiri di belakang rumah, melempari pelet ikan ke kolam penuh ikan mas. Pikirannya terus menerus menerawang. “Loh, kok Non di sini?” Lakshmi berbalik, mendapati Si Mbok yang menghampirinya. “Iya, Mbok.” “Kenapa Non? Biasanya Non di ruangan Den Darius kalau siang begini.” “Lagi bete aja, Mbok.” “Kenapa? Tadi masih bisa ketawa tuh saat sarapan? Kangen sama Aden ya?” goda Si Mbok yang sengaja ingin membuat Lakshmi malu. Lakshmi tersentak, dia menggeleng gelagapan. “Ti tidak, Mbok! Mbok jangan mengarang begitu dong.” Dia malah panik. Si Mbok malah cekikikan. “Hihi, ya kalau kangen dengan suami tidak ada salahnya kok. Memangnya kenapa sih? Tumben bengong di belakang rumah begini.”

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   29. Pemberian Mahal Darius

    Deg!Lakshmi terkesiap saat tangan Darius menahannya, matanya bahkan terbelalak saat mendapati perlakuan sang suami.“Ma Mas,” panggilnya gagap.Darius mendesah, dia berbisik sensual dengan tatapan matanya yang begitu dalam. “Kamu sengaja mau menggodaku ya?”Sontak Lakshmi menarik tangannya dengan cepat. “Ti tidak!” semburnya, menunduk karena merasakan wajahnya begitu memanas.Mereka saling diam, keduanya memang merasakan atmosfer yang berubah cepat. Apalagi Lakshmi yang bingung, entah dia harus berbuat apa saat ini.Darius kembali ingat pandangan tubuh Lakshmi yang seksi tadi, merasa dia tak kurang ajar sekali.Ingat ponsel yang ia belikan, Darius pun merebutnya. “Sini, aku pasang dulu kartu SIM dan juga memory card.”“Ta tapi Mas, aku tidak bisa menerimanya,” kilah Lakshmi cepat, dia sungkan.Darius memandangi Lakshmita secara terang-terangan, intens dan dalam sampai membuat gadis itu menelan suaranya lagi secara bersusah payah.“Masih mau berdebat soal ini?” Kali ini ucapan Darius

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   28. Hadiah Untuk Lakshmi

    Bab 28 -- “Bau kamar mandi kok jadi mandi banget, Mbok?” seloroh Lakshmi begitu memasuki kamar mandi saat Si Mbok memanggilnya. Si Mbok berbalik, terkekeh mendengarnya. “Ya iya harus wangi dong, jangan bau pesing. Aden pintar banget kalau menyangkut pilih-pilih sama bebelian, Non. Sudah nih, mandi gih Non.” Lakshmi mengangguk saja, ia segera memilih mandi. Mencoba membersihkan tubuhnya yang sudah berkeringat sekaligus bau keringat akibat sinar matahari. Lakshmita semakin terbiasa untuk menempati kamar Darius walau memang hanya sekadar mandi dan berganti baju. Dia melihat sekelilingnya lagi, kali ini mengernyit bingung. “Kok beda?” tanyanya pada diri sendiri. Kamar yang tadinya monoton dan kaku, kini terasa lebih hidup dengan adanya bunga sintetis dan cat yang lebih cerah, biru muda. Rasanya dia kelelahan hanya karena berinteraksi dengan banyak orang harini. Sisi introvert miliknya sudah protes dikarenakan dirinya yang berinteraksi berlebihan. Lama-lama kantuk semakin menyerangn

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   27. Hampir Saja Ketahuan!

    “Benar Darius ya?” Kembali wanita yang mendadak berdiri di samping Darius itu kembali bertanya.Lakshmi membeku saat mendengarnya. Garpu yang tadi masih berada di gengamannya pun ikut terjatuh ke atas piring pelan.Lakshmi menundukkan kepalanya cepat-cepat, tak bisa lagi dia bersikap biasa saat ada seseorang yang malah mengenali suaminya itu.Jantungnya sudah merosot sampai ke dasar perut.Darius tersenyum dan mengangguk, “iya, saya Darius Bu.”Janah, wanita yang disebut namanya oleh Darius itu pun seketika tersenyum semringah. “Wah … makan di sini juga ya kamu? Duh, sudah lama aku tidak melihat kamu.”Bahkan wanita dengan kemeja putih dan rok hitam itu berinisiatif untuk duduk di samping Darius tanpa izin. Sama sekali tak keberatan dengan rasa tak sopannya.Darius agar bergeser, menjaga jarak.Saat itu juga Janah melihat ke depan, mendapati seorang wanita yang sibuk menundukkan kepalanya itu.“Ini siapa?”Deg.Lakshmi memucat saat pertanyaan itu terlontar dari mulut wanita itu. Dia s

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   26. Mencapai Kesepakatan

    “Ck, kamu kenapa tidak duduk di depan sih?” Darius masih saja bersungut-sungut sebal saat dia kembali ke mobil seperti yang dijanjikan dengan istrinya. Bertemu di mobil, setelah sang istri tak memiliki ponsel! Yang benar saja. Di masa ini, ponsel sudah seperti kebutuhan primer. Bodohnya dia karena tak menyadari kebutuhan istrinya sendiri. Lakshmi hanya menatap arah depan saja, dia masih kesal dan memilih diam saja karenanya. “Lakshmi, aku dari tadi bicara denganmu,” tukas Darius lagi, yang merasa kalau Lakshmi tengah abai padanya. Benar saja. Lakshmi menoleh, wajahnya tengah memberengut kesal. “Ada apa dengan wajahmu?” “Tidak ada,” sambar Lakshmi cepat. “Tapi wajahmu ada apa-apanya,” kilah Darius cepat, bersikeras dengan pendapatnya. “Ya, lalu harus bagaimana? Wajahku biasa saja.” Bahkan nada bicaranya terdengar ketus. Darius menghela napasnya pelan, dia mencoba untuk mengontrol rasa gemasnya sendiri karena Lakshmi tengah merajuk. Bahkan dia sama sekali tak tahu apa salahnya

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   25. Publikasi Hubungan

    “Ehem.”Lakshmi dan Andre sama-sama menoleh ke belakang begitu mendengar suara dehaman berat khas suara pria.Lakshmi agak bingung dengan kehadiran Darius, sementara Andre pun tak kalah terkejutnya.“Eh, Pak Darius,” sapa Andre sambil tersenyum sopan.Namun, Darius tak menanggapi ucapan pemuda itu. Wajahnya masih datar dan dingin, tetapi matanya terus menatap Lakshmi. Lakshmi menjadi gugup saat menyadarinya. Dia tak mau dikenali sebagai mahasiswi yang dekat dengan Darius.“Bukankah kamu panitia? Tadi ada rapat tuh,” ketus Darius.Srek!“Astaga, lupa! Sudah dulu ya, Lakshmi. Dah!”Andre segera bangun dengan wajah panik dan terburu-buru berlari mencari ruangan panitia.Sementara Lakshmi merasa tak nyaman dengan tatapan intens yang terus diberikan oleh Darius. Dia buru-buru bangun dan membawa brosur untuk menghindar.“Mau ke mana kamu?”Deg.Lakshmi melirik sekelilingnya dan berharap tak ada yang memperhatikan mereka. Dia menggigit bibirnya, panik dan gugup yang menjadi satu.“Saya …” La

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   24. Tak Sadar Terkenal

    “Tidak mau!” Lakshmi terus menggelengkan kepalanya saat Darius berusaha memaksanya keluar dari mobil.Darius frustrasi sendiri melihatnya.“Astaga, kau ini kenapa sih? Kau cuma menemaniku untuk hadir di acara konferensi saja, Lakshmi,” terang Darius kesekian kalinya.Lakshmi masih tetap menggelengkan kepalanya, bagaimana gadis itu takut kalau ada yang melihatnya. Dia masih tak siap jika harus dikenal sebagai istri Darius.“Tidak mau! Nanti banyak fans Mas yang menyerang aku.”Lakshmi masih bersikukukh. Kali ini Darius yang diam, dahinya terlipat seakan tengah bingung.“Fans?” beonya.“Kamu bicara apa sih? Aku bukan idol K-Pop yang punya fans, Lakshmi. Ayo turun atau aku paksa?” ancam Darius.Lakshmi semakin menarik kakinya ke dalam. “Mas ini tidak pernah tahu ya? Fans Mas itu bejibun. Banyak. Much!”“Memang aku seterkenal itu?” Darius malah menahan tawanya, merasa lucu.Lakshmi melotot, “Mas sama sekali tidak sadar atau pura-pura tidak tahu sih?”“Ya … tidak tahu dong. Kalau tahu, aku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status