Beranda / Rumah Tangga / (Bukan) Menikahi Suamimu / 3. Dinikahi Pria Bandot

Share

3. Dinikahi Pria Bandot

Penulis: Camaraderie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-01 16:51:12

Semua anggota keluarga Lakshmi berkumpul di kamarnya. Para kakak-kakaknya, satu kakak perempuan yang tengah menggendong anak tersenyum juga, dan kedua kakak laki-lakinya pun tak kalah semangatnya mengucapkan selamat dan berbahagia karena pernikahan Lakshmi.

Lakshmi semakin benci melihat senyum yang tersungging di bibir mereka. Dia muak, dia sama sekali tak menginginkan pernikahan.

“Mbak enggak menyangka akhirnya kamu menikah, Ami,” ucap kakak perempuannya sambil tersenyum haru.

“Kamu sebentar lagi menjadi istri, Lakshmi. Kamu tak perlu risau soal biaya hidupmu lagi. Ada laki-laki yang bertanggung jawab nantinya,” tukas salah satu kakak laki-lakinya.

Lakshmi semakin menarik bibirnya menjadi segaris. Matanya bahkan sudah menatap penuh benci.

“Kalian semua puas membuatku seperti ini hah?! Aku tak perlu ucapan selamat kalian yang busuk itu!” sentaknya cepat, sudah tak tahan mendengar basa basi busuk yang sama sekali tak memberinya penghiburan.

Semua terdiam, menatap penuh rasa tak percaya saat mendapatkan sentakan dari adik mereka yang tak pernah banyak bersuara.

“Lakshmi! Kamu tak sopan kepada kakak-kakakmu!” Kali ini Suryani ikut membentak.

“Kami semua ingin kamu bahagia, Ami.”

Lakshmi semakin sinis mendengarnya. Rasanya dia ingin membunuh semua keluarganya jika bisa. Sayangnya, dia masih takut dosa.

“Apa? Bahagia kau bilang?! Aku bahkan tak pernah bermimpi menikah muda! Kalian semua hanya mencari alasan, takut kalau aku meminta uang kepada kalian! Menganggap aku beban hanya karena aku pulang dan makan sehari-hari!” cecar Lakshmi lagi.

“Lakshmi! Jaga bicaramu!” Kali ini yang menyentak bukan lagi kakak perempuannya, tapi melainkan anak laki-laki dan anak sulung yang jarang bersuara dan selalu berwajah datar.

Lakshmi semakin panas, bahkan di dalam kamar itu pun sudah terdengar sampai luar keributannya. Semua sanak saudara dan kerabat yang tengah berada di dalam rumah pun ikut terdiam.

“Sejak kapan kalian peduli padaku hah?! Kalian khawatir aku meminta uang untuk biaya kuliah! Bahkan sepeser pun sampai saat ini aku tak pernah minta! Sekarang, dengan seenaknya kalian menjodohkanku! Menerima pinangan dari pria bangkotan yang katanya anak juragan! Rela melihat anak dan adik kalian dinikahi untuk dijadikan istri kedua!” Nada bicara Lakshmi semakin meninggi, biar saja dia dicap sebagai anak durhaka. Ia sudah tak peduli.

Semua diam.

“Terserah padamu Lakshmi, aku keluar dulu Bu,” desis kakak pertama Lakshmi yang sudah enggan untuk berkumpul.

Airmata sang ibu dan juga kakak perempuan Lakshmi sudah mengalir deras. Sementara kakak keduanya masih saja diam membisu. Seakan Lakshmi sudah melempar granat ke wajah mereka semua.

“Apa jawaban kalian dengan kebabasanku yang kalian renggut? Kalian memperlakukanku seperti barang yang bisa dilontarkan dan dijual dengan seharga mahar. Persetan! Kalian hanya memikirkan uang saja!” tekannya, dia sudah tak ingin berbasa-basi lagi.

“Setelah ini, saat aku sudah menjadi istri dari pria bangkotan itu, cukup sampai sini saja hubungan keluarga yang aku anggap. Setelahnya, bahkan aku tak akan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi.”

“Lakshmi!!!”

“Lakshmita Arjanti jaga bicaramu!!!”

Semua orang di dalam kamar itu tercekat, mendengar suara yang mereka sangat kenal. Purwanto, ayah mereka. Yang tiba-tiba saja sudah ada di dalam kamar. Berdiri dengan mata melotot ke arah putrinya, Lakshmi.

“Tidak perlu Bapak menasihatiku, aku sudah tak butuh. Bahkan aku tak pernah percaya restu orang tua.” Lakshmi segera bangun, menyeret tubuhnya keluar kamar.

Tangisan Suryani semakin melengking, begitu juga kakak perempuannya. Tapi Lakshmi sudah tak peduli. Dia bagaikan alat yang digunakan saat butuh dan dijual saat sudah menjadi beban. Bahkan dia tak merasa kedua orangtuanya merawatnya.

Semua orang menahan napasnya, yang tadi berbisik saling menggosip pun bahkan tak bersuara ketika sang pengantin wanita keluar dari kediamannya.

Mata mereka memandangnya intens, tapi Lakshmi tak peduli. Dia lebih baik menuju kamar Bagus dan menguncinya.

“Bagus, tolong kabari Mbak kalau akad dimulai,” ucapnya pada Bagus yang juga terperangah. Tak menyangka Lakshmi akan membuat keributan seperti saat ini.

Bagus hanya mengangguk saja. Dia pun tak rela melihat kakak yang amat dicintainya itu menderita.

***

“Mbak, ayo keluar. Akad akan dimulai.” Bagus segera memberitahukan di saat penghulu datang.

Suryani tak berani untuk memberitahukannya secara langsung, dia terlanjur shock dengan perlakuan Lakshmi. Sementara kakak-kakaknya sudah enggan berurusan dengan adik mereka yang keras kepala dan beberapa ucapan Lakshmi menohok sampai ke sudut hati mereka.

Sementara Purwanto masih sibuk berbincang dengan para tetua dan tamu kehormatan.

Lakshmi membiarkan pintu terbuka. Dia digandeng Bagus, dituntun menuju pelaminan. Bahkan dia tak pernah ingin bertanya mengenai rupa calon suaminya. Dia tak pernah berangan mendapatkan apa pun dari pernikahannya selama tujuh hari menolak. Dia sudah muak.

Matanya terus melihat langkah kakinya saja. Berjalan normal dengan hati yang sudah beku. Tanpa tahu kalau ada pria yang terus menatapnya sampai Lakshmi berdiri di hadapannya.

Pria itu tersenyum semringah, melihat si gadis yang sudah berias cantik.

Lakshmita Arjanti. Namanya bahkan sukses membuat debaran di dadanya meningkat pesat. Semakin kencang seakan mendobrak barisan rusuk yang melindungi jantungnya.

“Baik, karena kedua calon mempelai sudah di sini, mari kita segera mulai saja akadnya.”

Lakshmi duduk di samping pria yang jelas dia kenali bajunya. Baju yang sama dengan pakaian adat yang dipakainya.

Dia hanya menunduk, enggan untuk melihat wajah-wajah antusias yang menjijikkan baginya.

Tangan sang ayah sudah berjabat dengan tangan calon mempelai pria, semua orang mulai mendengarkan tanpa suara dan penuh khidmat.

“Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Darius Raymond Mahendra bin Erwin Mahendra dengan Ananda Lakshmita Arjanti binti Purwanto dengan maskawin perhiasan dua puluh empat karat seberat tiga puluh gram dan uang sebesar dua puluh lima juta rupiah dibayar tunai.”

Mendengar jumlah mas kawin membuat napas yang menyaksikan semakin terhenti. Mata mereka terbelalak dan mulai saling berbisik.

Lakshmi sama sekali tak mendengar jelas. Di dalam pikirannya hanya ada rasa benci dan dendam yang mulai menggunung.

“Saya terima nikah dan kawinnya Lakshmita Arjanti binti Purwanto dengan maskawin tersebut dibayar tunai.”

Dalam satu tarikan napas, kalimat kabul diucapkan penuh ketegasan.

“Alhamdulillah.”

Semua orang mulai bernapas lega, merasa lega dengan proses akad yang begitu cepat dan lancar. Bahkan semuanya sudah tersenyum semringah, merasa ikut berbahagia dengan apa yang dirasakan oleh sang pengantin. Mungkin, hanya pengantin pria saja. Sedangkan pengantin wanita hanya duduk menunduk saja.

“Ayo, pasangkan cincinnya.” Bahkan sang wali nikah pun mencoba memerintah sang pengantin saling bertukar cincin.

Lakshmi menarik napasnya panjang sebelum akhirnya tangannya ditarik oleh pria yang duduk di sampingnya.

Mau tak mau dia bahkan harus mengangkat pandangannya. Saat itu juga dia seakan sedang melihat sesuatu yang bisa membuat nyawanya tercabut saat itu juga.

Menahan suaranya yang siap menjerit kala melihat wajah seorang pria yang amat sangat dikenalinya.

“Halo Lakshmi,” sapa pria itu sambil tersenyum sedangkan tangannya memasangkan cincin di jari manis gadis itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   32. Ciuman Panas!

    “Kamu mau ke mana hari ini?” tanya Darius sambil berusaha mengancingi lengan kemejanya.Glek.Lakshmi harus berusaha menelan salivanya kasar, matanya tak berkedip normal dan terlalu memandangi Darius lama.Entah kenapa, setelah berusaha tidur satu kamar dengan pria itu, dia yakin kalau Darius adalah pria tampan nan gagah.Dilihat dari bagaimana kemeja hitam itu membalut polos tubuhnya yang tinggi menjulang. Bahu yang lebar dan punggung tegapnya sudah simetris dengan dada bidangnya yang tercetak jelas di balik kemejanya. Matanya berlari melihat jakun yang menonjol dan juga rahang tegasnya bernaung mata pekat dan alis yang tebal dan bergaris simetris.Bahkan kini dia hanya fokus pada bibir pria itu.Darius yang tak mendapatkan jawaban pun mengangkat pandangannya. Dia bisa melihat tatapan penuh kagum dan intens dari mata coklat milik istrinya itu.Dia tersenyum. Tahu betul kalau dia memiliki pesona yang tak bisa ditolak.Tanpa sebuah rasa segan lagi, Darius mendekati istrinya yang masih

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   31. Tidur Satu Kamar

    Bab 31 --Darius kebingungan sendiri saat melihat Lakshmita yang malah berdiri kaku di balik pintu yang tertutup.“Apa ada yang mau dibicarakan?” tukasnya sambil meletakkan ponsel miliknya.Lakshmita semakin melarikan pandangan matanya ke segala arah sambil terus saja menggigit bibirnya gugup.Tak mendengar jawaban dari mulut Lakshmi, Darius pun menghampirinya dan berdiri di belakangnya. Tangannya menepuk pelan bahu gadis itu.“Laksshmi,” panggilnya sekali lagi.Lakshmita berjengit terkejut, dia berbalik dan mundur dengan cepat. “Y--ya Mas?”Darius menghela napasnya, merasa aneh dengan tingkah istrinya itu.“Ada apa? Apa ada yang mau dibicarakan? Ini sudah malam dan seharusnya kamu tidur.”“I--itu …” Ucapan Lakshmita menggantung, merasa bingung untuk menuturkannya dan dia masih memikirkan ucapan Si Mbok, ART yang tadi menyarankan sesuatu padanya.“Ada apa? Katakan saja, kamu jangan memendamnya begitu dan malah berdiri tidak jelas,” desak Darius masih dengan nada lembutnya.Lakshmita s

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   30. Beri Saja Servisan

    Lakshmita bangun dengan senyum di bibirnya. Sudah beberapa hari ini dia tidur dengan nyaman tanpa mimpi buruk yang menyambangi alam bawah sadarnya lagi. Menyadari kalau hatinya melunak karena kebaikan Darius, dia berniat melakukan sesuatu yang sudah semestinya. Menerima Darius. Masih saja dia termenung sendiri di belakang rumah, melempari pelet ikan ke kolam penuh ikan mas. Pikirannya terus menerus menerawang. “Loh, kok Non di sini?” Lakshmi berbalik, mendapati Si Mbok yang menghampirinya. “Iya, Mbok.” “Kenapa Non? Biasanya Non di ruangan Den Darius kalau siang begini.” “Lagi bete aja, Mbok.” “Kenapa? Tadi masih bisa ketawa tuh saat sarapan? Kangen sama Aden ya?” goda Si Mbok yang sengaja ingin membuat Lakshmi malu. Lakshmi tersentak, dia menggeleng gelagapan. “Ti tidak, Mbok! Mbok jangan mengarang begitu dong.” Dia malah panik. Si Mbok malah cekikikan. “Hihi, ya kalau kangen dengan suami tidak ada salahnya kok. Memangnya kenapa sih? Tumben bengong di belakang rumah begini.”

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   29. Pemberian Mahal Darius

    Deg!Lakshmi terkesiap saat tangan Darius menahannya, matanya bahkan terbelalak saat mendapati perlakuan sang suami.“Ma Mas,” panggilnya gagap.Darius mendesah, dia berbisik sensual dengan tatapan matanya yang begitu dalam. “Kamu sengaja mau menggodaku ya?”Sontak Lakshmi menarik tangannya dengan cepat. “Ti tidak!” semburnya, menunduk karena merasakan wajahnya begitu memanas.Mereka saling diam, keduanya memang merasakan atmosfer yang berubah cepat. Apalagi Lakshmi yang bingung, entah dia harus berbuat apa saat ini.Darius kembali ingat pandangan tubuh Lakshmi yang seksi tadi, merasa dia tak kurang ajar sekali.Ingat ponsel yang ia belikan, Darius pun merebutnya. “Sini, aku pasang dulu kartu SIM dan juga memory card.”“Ta tapi Mas, aku tidak bisa menerimanya,” kilah Lakshmi cepat, dia sungkan.Darius memandangi Lakshmita secara terang-terangan, intens dan dalam sampai membuat gadis itu menelan suaranya lagi secara bersusah payah.“Masih mau berdebat soal ini?” Kali ini ucapan Darius

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   28. Hadiah Untuk Lakshmi

    Bab 28 -- “Bau kamar mandi kok jadi mandi banget, Mbok?” seloroh Lakshmi begitu memasuki kamar mandi saat Si Mbok memanggilnya. Si Mbok berbalik, terkekeh mendengarnya. “Ya iya harus wangi dong, jangan bau pesing. Aden pintar banget kalau menyangkut pilih-pilih sama bebelian, Non. Sudah nih, mandi gih Non.” Lakshmi mengangguk saja, ia segera memilih mandi. Mencoba membersihkan tubuhnya yang sudah berkeringat sekaligus bau keringat akibat sinar matahari. Lakshmita semakin terbiasa untuk menempati kamar Darius walau memang hanya sekadar mandi dan berganti baju. Dia melihat sekelilingnya lagi, kali ini mengernyit bingung. “Kok beda?” tanyanya pada diri sendiri. Kamar yang tadinya monoton dan kaku, kini terasa lebih hidup dengan adanya bunga sintetis dan cat yang lebih cerah, biru muda. Rasanya dia kelelahan hanya karena berinteraksi dengan banyak orang harini. Sisi introvert miliknya sudah protes dikarenakan dirinya yang berinteraksi berlebihan. Lama-lama kantuk semakin menyerangn

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   27. Hampir Saja Ketahuan!

    “Benar Darius ya?” Kembali wanita yang mendadak berdiri di samping Darius itu kembali bertanya.Lakshmi membeku saat mendengarnya. Garpu yang tadi masih berada di gengamannya pun ikut terjatuh ke atas piring pelan.Lakshmi menundukkan kepalanya cepat-cepat, tak bisa lagi dia bersikap biasa saat ada seseorang yang malah mengenali suaminya itu.Jantungnya sudah merosot sampai ke dasar perut.Darius tersenyum dan mengangguk, “iya, saya Darius Bu.”Janah, wanita yang disebut namanya oleh Darius itu pun seketika tersenyum semringah. “Wah … makan di sini juga ya kamu? Duh, sudah lama aku tidak melihat kamu.”Bahkan wanita dengan kemeja putih dan rok hitam itu berinisiatif untuk duduk di samping Darius tanpa izin. Sama sekali tak keberatan dengan rasa tak sopannya.Darius agar bergeser, menjaga jarak.Saat itu juga Janah melihat ke depan, mendapati seorang wanita yang sibuk menundukkan kepalanya itu.“Ini siapa?”Deg.Lakshmi memucat saat pertanyaan itu terlontar dari mulut wanita itu. Dia s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status