Home / Rumah Tangga / (Bukan) Menikahi Suamimu / 8. Pemaksaan di Malam Pertama

Share

8. Pemaksaan di Malam Pertama

Author: Camaraderie
last update Huling Na-update: 2022-12-04 17:48:44

Yang tak diketahui oleh Lakshmi, Darius mencoba menghibur ibu istri keduanya itu. Mendengar tangisan sedih saja sudah membuatnya enggan dan ingin segera beranjak namun karena dia masih mencoba menghormati mertuanya, dia masih duduk sambil mendengarkan beberapa permohonan.

“Kami pamit dulu ya Bu? Nanti jika Lakshmi libur, tentunya saya akan mengajaknya singgah ke rumah walau hanya sehari,” janji Darius yang diantar sampai keluar pintu.

Suryani mengangguk, tersenyum. Tangannya terus mengusap lengan sang menantu. “Tolong jaga Putri Ibu ya? Kadang Lakshmi suka lupa makan,” lirihnya penuh harap.

Lagi-lagi Darius mengangguk. Dia meletakkan barang-barang yang ditata di dalam kardus, milik sang istri sekaligus miliknya dari seserahan tadi. Dia merogoh dompet di saku celananya. Mengeluarkan beberapa lembar uang merah dengan nominal tertinggi.

“Ini … saya ada sedikit uang, semoga bisa menambah pemasukan Ibu dan Bapak,” ucapnya sebelum pamit.

Purwanto tersenyum, bangga. Tak sia-sia dia menerima pinangan dari Darius. “Terima kasih, kalau Lakshmi tak menurut padamu, bilang saja pada Bapak.”

Darius hanya menahan senyum saja. Dia tak bisa menimpali pemikiran pria itu. Barangkali Lakshmi semakin membenci ayahnya dan juga dia yang tiba-tiba menjadi suaminya.

Darius segera menaruh kardus di bagasi mobil. Dia pun membuka pintu, melihat Lakshmi yang sudah terantuk-antuk kepalanya. Gadis itu rupanya tertidur.

Dug!

Dia menahan napasnya seiring tangannya yang menahan kepala Lakshmi. Hampir saja gadis itu terantuk kaca jendela mobil. Bahkan dia menahan punggung tangannya yang malah terantuk. Namun, gadis itu malah tak menyadari kondisinya sama sekali.

Seutas senyum terbit di bibirnya. Dia pun merogoh sesuatu di bangku belakang. Jas yang dibawanya pun dibentangkan untuk menyelimuti tubuh Lakshmi.

Darius segera melajukan mobilnya. Meninggalkan perkampungan di mana Lakshmi besar dan memboyong gadis itu menuju kediamannya.

Lakshmi yang terlalu lelah baru terbangun saat mobil berhenti di rest area. Dia merasakan kepalanya pusing mendera hebat.

“Shhh ….” Ia meringis, memegangi kepalanya. Pandangannya terasa berputar-putar.

Matanya menatap sekeliling di luar mobil. Bingung dengan banyaknya mobil yang berderet terparkir lalu ditambah orang-orang berlalu lalang. Bahkan di depannya malah terdapat restoran fast food yang berasal dari negeri Paman Sam.

Cklek.

Pintu di sampingnya terbuka, kepalanya spontan menoleh. Matanya membulat saat melihat Darius duduk sambil tangannya merogoh saku sementara mulutnya menahan burger agar tak jatuh.

Napasnya tertahan saat mata mereka saling bertubrukan.

Darius buru-buru melepaskan burger dari mulutnya. Dia tersenyum, “sudah bangun? Mau makan apa? Biar aku belikan,” ujarnya yang bersiap keluar.

Namun, Lakshmi yang masih enggan untuk bersuara memilih untuk memandangi jendela di sisinya. Tangannya menumpu dagunya sendiri sementara matanya terus menatap tanpa emosi.

Tak mendengar jawaban dari bibir Lakshmi, Darius kembali menghela napasnya. Dia sungguh tak ingin kondisinya malah menekannya begini. Dia menaruh burger ke dalam wadah kertas dan memilih keluar. Membelikan makanan untuk Lakshmi tentunya.

Lakshmi baru bisa bernapas lega karena pada akhirnya dia tak harus bertatapan dengan Darius walau hanya sementara. Jika bisa, dia hanya ingin tidur lagi saja dari pada harus bangun dan berdiam-diaman dengan Darius. Dia juga tak ingin bermusuhan andai kalau Darius bukanlah suaminya.

Rupanya menunggu selama tiga puluh menit tak terasa.

Brak!

Pintu tertutup dan Darius sudah duduk di sampingnya.

Pria itu meletakkan bucket berisikan banyak makanan. Lakshmi terbelalak melihatnya, spontan mulutnya terbuka namun otaknya berpikir dengan cepat kalau ia tak akan berbicara sepatah kata pun juga.

Terkejut saat melihat makanan sebegitu banyaknya.

“Aku tidak tahu apa yang kamu suka, jadi kubeli saja menu-menu itu. Ambil saja yang kamu mau. Sisanya taruh di belakang.” Kembali Darius mengenakan seat belt dan mengendarai mobilnya lagi.

Lakshmi diam saja. Dalam hatinya ia ingin sekali merespon ucapan Darius. Namun, marah mengalahkan semua emosinya termasuk simpati dan empatinya. Memilih diam saja tanpa menyentuh makanan di atas pangkuannya.

Merasa pegal, ia pun menaruh makanan itu ke belakang.

“Perlu aku suapi kamu seperti tadi siang?” sindir Darius. Lakshmi terperanjat mendengarnya. Wajahnya memanas dan tangannya terkepal lagi. Pada akhirnya dia mengambil sepotong ayam goreng tepung dan juga nasi.

Sepertinya membiarkan perutnya kelaparan bukanlah opsi yang bagus. Dia butuh menyusun rencana untuk membalas dendam dan terbebas dari Darius nantinya.

“Aku tak suka istriku membangkang, sebaiknya kamu camkan itu,” bisik Darius dengan mata yang terus fokus menatap ke arah depan.

Lagi. Lakshmi sama sekali tak menjawab. Memilih menghabiskan makanannya. Dia terpaksa menyeruput minuman bersoda karena tak ada lagi minuman selain soda yang bisa dijangkau oleh pandangannya.

Sebenarnya, Darius bisa melihat keseluruhan apa yang dilakukan oleh Lakshmi. Namun, ia juga kesal saat didiamkan begitu. Memang dia bersalah. Tetapi Lakshmi seakan menganggapnya penjahat dari pandangannya yang terus menajam penuh kobaran emosi.

Perjalanan delapan jam begitu dirasakan oleh Lakshmi. Tersiksa dengan rasa pegal di punggungnya. Namun, pusing di kepalanya memaksanya untuk kembali tidur.

Darius diam-diam memperhatikan wajah Lakshmi. Gadis itu begitu gusar dalam tidurnya. Ekspresi wajahnya begitu menyedihkan dengan kernyitan di dahinya serta matanya yang mengerut.

“Kamu terlalu banyak menaruh marah,” bisiknya sambil mengusap pipi gadis itu lembut. Beruntung Lakshmi tak mudah terbangun atau memang tak merasa ingin tahu?

Mobil berhenti di depan hotel mewah yang lebih dekat dari pada harus melanjutkan perjalanan ke rumah. Darius memilih untuk rehat sejenak malam ini. Perjalanan jauh benar-benar menguras tenaganya.

“Lakshmi, bangun, kita sampai.” Ia mengguncangkan bahu gadis itu sampai matanya terbuka dan segera menatapnya begitu awas.

“Sudah sampai,” ucap Darius lagi sambil keluar dari mobil.

Lakshmi menenteng ransel miliknya. Dia mengekori Darius. Bingung, kenapa mereka memasuki hotel?

“Halo Pak,” sapa resepsionis yang berjaga.

“Ada Cabana Room?” tanya Darius.

Sontak resepsionis itu terkejut. Akan sangat jarang tanpa pemesanan jauh-jauh hari memilih tipe kamar itu.

“Ada Pak.”

“Pesan untuk satu malam ya Mas.”

Mereka berdua menunggu.

“Ayo,” ajak Darius begitu mendapatkan kartu kamarnya.

Kembali Lakshmi mengekor. Dia enggan untuk melangkah masuk, namun Darius masih menunggu di pintu. Memastikan gadis itu masuk ke dalam.

“Kamu pasti capek, tidurlah,” perintah Darius tanpa merasa canggung.

Namun, Lakshmi merasa tegang bukan main. Dia hanya berdiri mematung saja, memikirkan apa yang terjadi setelah ini. Di dalam satu kamar yang sama dengan pria dewasa. Bahkan dia belum pernah satu ruangan dengan lelaki yang bukan keluarganya.

Matanya memicing, meneliti setiap sudutnya. Dia pun memilih untuk duduk di sofa panjang saja.

Darius baru saja keluar dari kamar mandi pun bingung. “Kenapa kamu tiduran di situ?” tanyanya sengit. Nada bicaranya begitu tak suka dengan apa yang dilakukan Lakshmi.

“Saya tidur di sini saja.”

“Di ranjang, Lakshmita,” desis Darius.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   32. Ciuman Panas!

    “Kamu mau ke mana hari ini?” tanya Darius sambil berusaha mengancingi lengan kemejanya.Glek.Lakshmi harus berusaha menelan salivanya kasar, matanya tak berkedip normal dan terlalu memandangi Darius lama.Entah kenapa, setelah berusaha tidur satu kamar dengan pria itu, dia yakin kalau Darius adalah pria tampan nan gagah.Dilihat dari bagaimana kemeja hitam itu membalut polos tubuhnya yang tinggi menjulang. Bahu yang lebar dan punggung tegapnya sudah simetris dengan dada bidangnya yang tercetak jelas di balik kemejanya. Matanya berlari melihat jakun yang menonjol dan juga rahang tegasnya bernaung mata pekat dan alis yang tebal dan bergaris simetris.Bahkan kini dia hanya fokus pada bibir pria itu.Darius yang tak mendapatkan jawaban pun mengangkat pandangannya. Dia bisa melihat tatapan penuh kagum dan intens dari mata coklat milik istrinya itu.Dia tersenyum. Tahu betul kalau dia memiliki pesona yang tak bisa ditolak.Tanpa sebuah rasa segan lagi, Darius mendekati istrinya yang masih

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   31. Tidur Satu Kamar

    Bab 31 --Darius kebingungan sendiri saat melihat Lakshmita yang malah berdiri kaku di balik pintu yang tertutup.“Apa ada yang mau dibicarakan?” tukasnya sambil meletakkan ponsel miliknya.Lakshmita semakin melarikan pandangan matanya ke segala arah sambil terus saja menggigit bibirnya gugup.Tak mendengar jawaban dari mulut Lakshmi, Darius pun menghampirinya dan berdiri di belakangnya. Tangannya menepuk pelan bahu gadis itu.“Laksshmi,” panggilnya sekali lagi.Lakshmita berjengit terkejut, dia berbalik dan mundur dengan cepat. “Y--ya Mas?”Darius menghela napasnya, merasa aneh dengan tingkah istrinya itu.“Ada apa? Apa ada yang mau dibicarakan? Ini sudah malam dan seharusnya kamu tidur.”“I--itu …” Ucapan Lakshmita menggantung, merasa bingung untuk menuturkannya dan dia masih memikirkan ucapan Si Mbok, ART yang tadi menyarankan sesuatu padanya.“Ada apa? Katakan saja, kamu jangan memendamnya begitu dan malah berdiri tidak jelas,” desak Darius masih dengan nada lembutnya.Lakshmita s

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   30. Beri Saja Servisan

    Lakshmita bangun dengan senyum di bibirnya. Sudah beberapa hari ini dia tidur dengan nyaman tanpa mimpi buruk yang menyambangi alam bawah sadarnya lagi. Menyadari kalau hatinya melunak karena kebaikan Darius, dia berniat melakukan sesuatu yang sudah semestinya. Menerima Darius. Masih saja dia termenung sendiri di belakang rumah, melempari pelet ikan ke kolam penuh ikan mas. Pikirannya terus menerus menerawang. “Loh, kok Non di sini?” Lakshmi berbalik, mendapati Si Mbok yang menghampirinya. “Iya, Mbok.” “Kenapa Non? Biasanya Non di ruangan Den Darius kalau siang begini.” “Lagi bete aja, Mbok.” “Kenapa? Tadi masih bisa ketawa tuh saat sarapan? Kangen sama Aden ya?” goda Si Mbok yang sengaja ingin membuat Lakshmi malu. Lakshmi tersentak, dia menggeleng gelagapan. “Ti tidak, Mbok! Mbok jangan mengarang begitu dong.” Dia malah panik. Si Mbok malah cekikikan. “Hihi, ya kalau kangen dengan suami tidak ada salahnya kok. Memangnya kenapa sih? Tumben bengong di belakang rumah begini.”

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   29. Pemberian Mahal Darius

    Deg!Lakshmi terkesiap saat tangan Darius menahannya, matanya bahkan terbelalak saat mendapati perlakuan sang suami.“Ma Mas,” panggilnya gagap.Darius mendesah, dia berbisik sensual dengan tatapan matanya yang begitu dalam. “Kamu sengaja mau menggodaku ya?”Sontak Lakshmi menarik tangannya dengan cepat. “Ti tidak!” semburnya, menunduk karena merasakan wajahnya begitu memanas.Mereka saling diam, keduanya memang merasakan atmosfer yang berubah cepat. Apalagi Lakshmi yang bingung, entah dia harus berbuat apa saat ini.Darius kembali ingat pandangan tubuh Lakshmi yang seksi tadi, merasa dia tak kurang ajar sekali.Ingat ponsel yang ia belikan, Darius pun merebutnya. “Sini, aku pasang dulu kartu SIM dan juga memory card.”“Ta tapi Mas, aku tidak bisa menerimanya,” kilah Lakshmi cepat, dia sungkan.Darius memandangi Lakshmita secara terang-terangan, intens dan dalam sampai membuat gadis itu menelan suaranya lagi secara bersusah payah.“Masih mau berdebat soal ini?” Kali ini ucapan Darius

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   28. Hadiah Untuk Lakshmi

    Bab 28 -- “Bau kamar mandi kok jadi mandi banget, Mbok?” seloroh Lakshmi begitu memasuki kamar mandi saat Si Mbok memanggilnya. Si Mbok berbalik, terkekeh mendengarnya. “Ya iya harus wangi dong, jangan bau pesing. Aden pintar banget kalau menyangkut pilih-pilih sama bebelian, Non. Sudah nih, mandi gih Non.” Lakshmi mengangguk saja, ia segera memilih mandi. Mencoba membersihkan tubuhnya yang sudah berkeringat sekaligus bau keringat akibat sinar matahari. Lakshmita semakin terbiasa untuk menempati kamar Darius walau memang hanya sekadar mandi dan berganti baju. Dia melihat sekelilingnya lagi, kali ini mengernyit bingung. “Kok beda?” tanyanya pada diri sendiri. Kamar yang tadinya monoton dan kaku, kini terasa lebih hidup dengan adanya bunga sintetis dan cat yang lebih cerah, biru muda. Rasanya dia kelelahan hanya karena berinteraksi dengan banyak orang harini. Sisi introvert miliknya sudah protes dikarenakan dirinya yang berinteraksi berlebihan. Lama-lama kantuk semakin menyerangn

  • (Bukan) Menikahi Suamimu   27. Hampir Saja Ketahuan!

    “Benar Darius ya?” Kembali wanita yang mendadak berdiri di samping Darius itu kembali bertanya.Lakshmi membeku saat mendengarnya. Garpu yang tadi masih berada di gengamannya pun ikut terjatuh ke atas piring pelan.Lakshmi menundukkan kepalanya cepat-cepat, tak bisa lagi dia bersikap biasa saat ada seseorang yang malah mengenali suaminya itu.Jantungnya sudah merosot sampai ke dasar perut.Darius tersenyum dan mengangguk, “iya, saya Darius Bu.”Janah, wanita yang disebut namanya oleh Darius itu pun seketika tersenyum semringah. “Wah … makan di sini juga ya kamu? Duh, sudah lama aku tidak melihat kamu.”Bahkan wanita dengan kemeja putih dan rok hitam itu berinisiatif untuk duduk di samping Darius tanpa izin. Sama sekali tak keberatan dengan rasa tak sopannya.Darius agar bergeser, menjaga jarak.Saat itu juga Janah melihat ke depan, mendapati seorang wanita yang sibuk menundukkan kepalanya itu.“Ini siapa?”Deg.Lakshmi memucat saat pertanyaan itu terlontar dari mulut wanita itu. Dia s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status