Share

Bukan Pasangan Impian
Bukan Pasangan Impian
Penulis: kajede10

Bab 1

Aruna berdiri mematung usai mendapati kekasihnya sedang bercumbu dengan seorang perempuan, yang tak lain adalah sahabat dekatnya sendiri. Tubuhnya terasa kaku, bahkan kakinya tak mampu untuk bergerak.

Ia mencoba untuk berpikir jernih, namun seberapa keras upayanya yang ia lihat saat ini benar-benar terasa nyata. Aruna melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri.

Masih tak bisa percaya, Aruna melihat dua orang itu yang bahkan tidak menyadari kehadirannya. Nampak sangat jelas bahwa mereka berdua menikmati suasana.

Cukup lama ia memperhatikan dua penghianat itu, hingga tak kuasa untuk menahan amarahnya. Aruna tak sengaja menyenggol vas bunga yang ada di sebelahnya.

“Prangg”

Suara pecahan vas itu berhasil mengejutkan dirinya, termasuk dua manusia penghianat yang kini menganga melihat kehadiran Aruna.

Aruna tentu melihat semuanya dari awal, ia bukan perempuan bodoh yang bisa dibohongi. Kini mata Aruna menatap dua manusia itu bergantian, masih tak menyangka dengan kebenaran apa yang baru saja ia saksikan.

“Aruna..” panggil Laras, perempuan yang sudah dianggap lebih dari sekadar sahabat oleh Aruna.

Laras sudah dianggap sebagai saudara perempuannya, banyak hal yang sudah mereka lalui bersama. Bahkan tanpa malu memperlihatkan tangisan, suka duku telah mereka lewati, berharap persahabatan mereka kan abadi.

Aruna masih berdiri di tempatnya, seolah tak ada tenaga untuk menghampiri para penghianat itu. Hingga Laras bangun dari duduknya, hendak menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Diam di situ!” ujar Aruna saat menyadari bahwa Laras hendak menghampirinya.

Namun sepertinya Laras tak mendengarkannya, ia masih mencoba melangkahkan kakinya mendekat pada Aruna.

Dengan cepat perempuan itu mengambil serpihan benda tajam, mengancam akan menusukannya pada Laras jika perempuan itu masih nekat mendekat.

“Diam di situ, atau aku tidak akan segan-segan menusukmu,” ujar Aruna serius, intonasi suaranya meninggi, menandakan bahwa ia tak bercanda saat ini.

Melihat Laras masih nekat, Reno langsung menarik tangan perempuan itu, meminta agar Laras tak melakukan aksi nekat yang membuat Aruna semakin marah.

Laki-laki yang kini bertelanjang dada itu, menggenggam tangan selingkuhannya dengan erat. Mata Aruna tak bisa lepas dari pemandangan menjijikan itu, bagaimana bisa mereka berdua begitu tega menghianati kepercayaannya.

Reno dengan cepat melepaskan genggamannya pada Laras, tahu bahwa kini Aruna benar-benar sedang marah besar.

“Kamu adalah orang yang aku percaya, Ras, bagaimana bisa kau tega melakukan hal seperti ini padaku.” suara Aruna terdengar bergetar, namun punggungnya masih tegap, seolah tak mau terlihat lemah di depan mereka berdua.

“Aku menceritakan semuanya padamu Ras, bahkan kau tahu kan bahwa kami berdua akan segera menikah,” lanjut Aruna masih dengan suara bergetar.

Laras tak tahan, perempuan itu terisak melihat sahabatnya kini, ia menyesal dengan perbuatannya, namun nasi sudah menjadi bubur, Aruna tak akan pernah memaafkan perbuatan jahat yang telah ia lakukan.

“Aruna-“ ujarnya namun tak menyelesaikan rangkaian kalimatnya.

“Jangan panggil namaku, aku tak sudi mendengar namaku keluar dari mulut perempuan hina seperti mu!” potongnya dengan cepat.

Dapat dipastikan bahwa dua orang itu kini terkejut dengan ucapan Aruna, perempuan yang nampak polos itu benar-benar memperlihatkan dengan jelas bagaimana kemarahannya saat ini.

“Mulai sekarang, tidak ada lagi hubungan diantara kita! Sahabat? Aku bahkan sangat jijik untuk mengucapkan kata itu padamu!” ujar Aruna dengan berani.

Mata Aruna kini beralih pada laki-laki tinggi yang berdiri di sebelah mantan sahabatnya, memorinya kembali memutar segala kenangan yang sempat mereka lalui selama menjalin hubungan asmara.

Tujuh tahun, tentunya bukan waktu yang singkat untuk mereka berdua saling memadu kasih. Rencana pernikahan yang sudah mereka susun, kini putus di tengah jalan.

“Sudah berapa lama?” tanya Aruna, mempertanyakan sudah berapa lama mereka menjalin hubungan di belakangnya.

“Sudah berapa lama ku tanya?!” teriak Aruna karena dua orang itu tak memberikan jawaban.

Hening beberapa saat, hingga suara Laras terdengar menyahut, “Dua tahun.”

Jawaban Laras berhasil membuat Aruna tak habis pikir, bagaimana bisa mereka berdua menyembunyikan hubungan gelapnya serapi ini, bahkan Aruna tak merasa curiga sama sekali.  

“Dua tahun?” ulang Aruna.

Selama ini Aruna selalu menceritakan tentang hubungannya pada Laras, termasuk rencana pernikahan yang hendak mereka laksanakan tahun depan.

“Apa yang kurang dariku selama ini hah? Selama tujuh tahun ini aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu, apa yang kau lihat dari perempuan itu hah?” teriak Aruna frustasi.

Namun apapun yang Aruna lakukan, kenyataannya akan tetap sama, orang yang paling ia percaya adalah penghianat terbesar dalam hidupnya.

Aruna menghembuskan nafasnya kasar, ia memperlihatkan bahwa dirinya jauh lebih kuat dari yang mereka kira. Tak ada sedikit pun air mata yang menetes, bahunya tetap tegak seperti biasa.

“Sampah memang lebih cocok dengan sampah, perempuan pelacur sepertimu memang cocok dengan manusia tidak berakal seperti dia!” ketus Aruna dengan keras.

“Mulai sekarang tak ada lagi hubungan diantara kita, aku tidak sudi menganggap kalian pernah menjadi bagian penting dalam hidupku!” tegas Aruna dengan elegan.

Perempuan itu membuang serpihan kaca yang ia genggam, Aruna membalikkan tubuhnya dengan cepat, merasa sesak karena menghirup udara yang sama dengan dua penghianat itu.

“Aruna, tunggu!” Reno melangkah menahan tangan Aruna agar tidak pergi.

Aruna dengan cepat menepis tangan Reno, tak sudi tangannya disentuh oleh manusia tak punya hati seperti laki-laki itu.

“Plak”

Aruna menampar pipi kanan laki-laki itu sekuat tenaga, berhasil membuat Reno merasakan perih di wajahnya.

“Dengarkan penjelasanku dulu, ini semua tidak seperti yang kau pikirkan!” ujarnya enteng.

Aruna terkekeh pelan, apa yang salah paham, apa yang Aruna lihat dengan matanya sendiri sudah menjelaskan semuanya.

“Aku bukan anak kecil yang buta akan cinta, aku percaya dengan apa yang kulihat, tak perlu menjelaskan apapun, mulai sekarang kita tidak ada hubungan lagi!” tegas Aruna sekali lagi dengan suara yang keras.

Namun sebelum itu ia ingin memuaskan diri, satu tangannya kembali terangkat, menampar pipi kiri Reno dengan sekuat tenaga.

Aruna langsung berbalik badan, pergi menjauh dari keberadaan dua penghianat itu. Sampai di parkiran mobil, air matanya luruh begitu saja, Aruna bahkan tidak kuat untuk berdiri tegak.

Badannya ambruk tepat di sebelah mobil, Aruna menangis terisak, kecewa dengan semua yang terjadi pada hidupnya.

Menyesali segala yang pernah ia lalui dengan mereka, menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi saat ini.

Apa sebenarnya yang kurang dalam diri Aruna, hingga calon suaminya selingkuh dengan sahabat dekatnya.

Tangisan Aruna pecah, ia benar-benar masih berharap bahwa semua yang ia lihat hari ini adalah mimpi tidur siangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status