Share

Bab 5. Tolong Utari, Tuan

Sedangkan di lain tempat, Utari sedang berjuang melarikan dirinya dari kejaran anak buah juragan Somat. Kaki mungil Utari pun sudah terasa kebas menggoes pedal sepeda.

"Astaga, kenapa enggak ada mobil yang lewat pisan, sih," decak Utari menoleh ke kanan dan kiri.

Utari sudah sampai jalanan raya besar. Namun, ternyata ekspetasinya tidak sesuai realita.

Jantung Utari semakin berdegup kencang. Apalagi pasti anak buahnya juragan Somat sudah dekat menuju ke arahnya.

"Aduh, ini gimana, nih? Masa sudah capek-capek kabur langsung ketangkep, sih." Utari menggigiti kukunya cemas, dirinya masih duduk di atas sepeda.

Percuma jika ia kabur hanya ke kampung sebelah, yang ada malah bertemu juragan baru. Karena wilayah kekuasaan juragan Somat sudah sampai ke kampung sebelah.

"Utari, jangan kabur kamu!" seru Nirman kembali, ketika jaraknya dengan Utari sudah dekat.

Bersamaan itu pula, ada sorot lampu mobil yang tearah ke wajah polos Utari.

"Alhamdulillah, ini ada kesempatan untuk Utari," gumam Utari dengan mata yang berbinar senang.

Dalam hati, Utari menghitung mundur dari angka tiga menuju satu. Setelah mobil itu sudah dekat, Utari juga langsung menggoes pedal sepedanya dengan sekuat tenaga.

Tin ... Tin ... Tin ...

Braakkh ...!

"UTARI ...!"

Nirman dan Karto seketika menghentikan langkah kaki mereka berdua.

"Man, kalau si Utari mati di tempat gimana? Lo saja yang nanti bilang sama juragan Somat," ucap Karto yang masih syok melihat tubuh kecil Utari terepental bersama dengan sepedanya jauh.

"Coba kita lihat dulu si Utarinya, siapa tahu saja dia cuma pingsan," balas Nirman yang langsung menarik tangan Karto.

Sedangkan Utari hanya bisa terbaring lemah di aspal yang dingin. Mata Utari mengerjap melihat sosok gagah nan tampan keluar dari mobil yang baru saja menabraknya.

"Heh, bocah kampungan! Ngapain kamu nabrakin diri ke mobil saya, hah! Kamu mau buat saya jadi seorang pembunuh, hah!" semprot pria matang itu pada Utari.

"Tuan, tolong bawa kabur Utari," ucap Utari yang merangkak bersimpuh di kaki orang tersebut.

Darsa, pemilik mobil yang ditabrak oleh sepeda Utari melotot garang. "Heh, anak bocil setan! Kamu kira saya ini penculik anak-anak yang suka ambil organ dalam tubuh, hah!" sentak Darsa yang kesal sekaligus geram atas kelakuan Utari.

"Utari mohon, bawa kabur Utari dari kampung ini, Tuan. Utari enggak mau dijual sama Bapak." Tangis Utari akhirnya kembali pecah lagi.

Sedangkan Darsa yang mendengarnya juga terkejut, tetapi langsung menetralkan rasa terkejutnya dalam hitungan detik.

"Memangnya kenapa kamu bisa dijual sama bapak kamu? Saya enggak mau ikut campur masalah orang lain, yang ada diri saya sendiri yang akan susah."

Netra hitam legam milik Utari mengerjap pelan. Lalu, mendongakkan kepalanya guna melihat wajah Darsa.

"Tuan, Utari janji akan memberikan imbalan apapun untuk Tuan," ucap Utari dengan sungguh-sungguh.

Bibir Darsa berkedut kecil mendengarnya. Arah matanya kini tertuju pada gundukan bulat yang ada di depan tubuh Utari. Otaknya pun langsung menyusun rencana untuk kesejahteraan dirinya dan juga hidup Utari.

"Oke, saya akan bawa kamu keluar dari kampung ini. Asalkan kamu mau memberikan saya imbalan apapun itu," putus Darsa final.

Senyuman lega nan bahagia kini terukir di bibir mungil merah muda milik Utari.

"Terima kasih banyak, Tuan." Utari mengecup berulang kali punggung kaki Darsa.

Sampai tiba dua anak buah juragan Somat datang menghampiri Utari dan juga Darsa.

"Heh, Utari! Jangan kabur lagi kamu!" seru Karto menggeram marah, langsung menarik bahu Utari kasar.

"Ampun, Pak. Utari enggak mau dikawinkan sama juragan Somat." Utari mencoba berontak dari kekangan Karto 

Darsa yang merasa terganggu, lantas membantu melepaskan Utari. "Jangan kasar. Tangan kamu sudah sakiti dia," ucap Darsa bernada dingin.

"Lo jangan ikut campur sama urusan kita! Sana pergi lo dari sini!" usir Karto yang menepis tangan Darsa.

"Mulai sekarang Utari menjadi urusan saya juga!" balas Darsa tegas.

"Loh, Tuan Darsa?" ucap Nirman terkejut, selaku temannya Karto.

Karto melirik ke arah Nirman dengan pandangan bertanya.

"Kamu Nirman, kan?" tanya Darsa mengangkat sebelah alisnya.

Nirman menganggukkan kepalanya segan. "Iya benar, Tuan Darsa."

"Bilang 'kan ke juragan kamu itu. Saya yang akan membeli Utari dengan harga dua kali lipat!" ucap Darsa tegas menekankan diserap katanya.

"Ta-tapi, Tuan. Nanti juragan Somat marah pada kita," balas Nirman ragu.

"Bilang saja, saya yang menyuruh. Dan ini, ambilah kartu nama saya. Saya yakin Somat akan mengerti maksud saya nanti." Darsa langsung memberikan kartu namanya pada Nirman.

"Baik, Tuan Darsa."

"Ayo, kamu ikut saya masuk ke dalam mobil!" suruh Darsa pada Utari.

Utari pun langsung mengekor di belakang Darsa. "Sekali lagi, terima kasih sudah mau tolong Utari, Tuan," ucap Utari pelan yang langsung dijawab dengan deheman dari Darsa.

***

Halo, para pembaca. Jangan lupa untuk memberikan vote, coment, dan share.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status