Share

Bab 5. Terbongkar

“Mel, kamu kenapa? Coba bicara baik-baik, yang tenang.” Adam berusaha membujuk Melati.

“Nggak ada yang perlu dibicarakan baik-baik Mas! Aku benci kamu! Benci!” teriak Melati.

Adam benar-benar bingung dengan sikap Melati yang tiba-tiba marah-marah tidak jelas. Lalu, Melati kembali masuk ke kamar, lalu kembali dengan membawa ponsel Adam. Lalu, Melati menunjukkan sesuatu yang membuatku tak bisa berkutik.

“Mama Aisyah. Siapa dia Mas? Istrimu, kan?” tanya Melati dengan suara bergetar.

Adam hanya bisa terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Adam tak bisa lagi mengelak.

“Kamu nggak bisa jawab, Mas? Dasar penipu kamu! Kamu bilang aku satu-satunya istrimu, satu-satunya wanita yang kamu cinta! Terus wanita bernama Aisyah ini apa nggak kamu cintai?” Melati menatap tajam Adam.

Lalu, Melati kembali menunjukkan sesuatu yang membuat Adam membeku.

“Lihat ini Mas! Ini yang kamu bilang sahabatmu dan anaknya? Kalian terlihat bahagia sekali. Keluarga yang begitu harmonis.” Melati tersenyum kecut. Tanpa dia sadari air matanya mengalir membasahi pipinya.

Melati begitu sedih saat melihat potret yang ditemukan di ponsel Adam setelah tadi menerima panggilan dari Aisyah. Melati sengaja membuka galeri ponsel Adam karena ingin tahu rahasia apa yang disembunyikan suaminya itu. Melati benar-benar hancur saat menemukan sebuah foto terpampang nyata di galeri ponsel Adam, seorang wanita berjilbab merah muda dan bocah perempuan berada di pangkuan wanita itu. Lalu, Adam berdiri di sampingnya. Melati menangis sejadi-jadinya.

“Mas kenapa kamu nggak bilang kalau udah punya anak dan istri?” tanya Melati dengan suara melunak, tetapi masih terdengar bergetar karena menahan kesedihan yang teramat dalam.

Melati tersungkur lemas di lantai, ponsel di genggamannya pun terlepas. Tubuh Melati terasa lunglai. Matanya berkaca-kaca dan buliran hangat mengalir membasahi pipi.

“Sayang, maafkan aku. Bukan maksud membohongimu, tapi sedang menunggu waktu yang pas untuk mengatakan semua ini.” Adam melangkah ke arah Melati dan duduk di sampingnya, lalu membelai rambutnya dengan lembut.

Melati masih bergeming. Tak menyahut apa pun. Hatinya teriris pilu. Masih syok mengetahui sebuah fakta besar ini. Wanita ini sama sekali tak menyangka jika akan menjadi wanita kedua, benalu dalam rumah tangga orang. Dulu, dia sangat membenci perusak rumah tangga orang. Kini, malah menjadi tersangka. Oh, Tuhan … apa salah dan dosaku? Melati menangis dalam hati.

“Sayang, kamu marah?” Adam meraih dagu Melati, sehingga kedua pasang mata mereka beradu pandang.

“Aku nggak pernah menyangka akan menjadi istri kedua. Kupikir aku satu-satunya wanita yang ada di hatimu. Ternyata aku salah. Aku penjahat!” Air mata Melati terus mengalir tiada henti, bagai air sungai yang tak mau berhenti.

“Kamu nggak salah, Mel. Aku yang salah, harusnya tak membawamu masuk dalam duniaku. Aku minta maaf, tapi aku tulus mencintaimu.” Pria beralis tebal itu merengkuh Melati dalam pelukan.

“Maaf ….” Adam berbisik dan mengusap kepala Melati dengan penuh kasih sayang.

Melati tak bisa berkata-kata. Tenggorokannya tercekat dan lidah terasa kelu. Melati ingin sekali keluar dari keadaan ini, tetapi apa daya dia tak sanggup.

“Apa hanya dengan kata maaf semuanya akan selesai Mas? Lalu, apa jadinya kalau istri kamu tahu kamu punya simpanan?” tanya Melati dengan tatapan tajam.

Adam hanya bergeming mendengar kata-kata Melati. Dia tak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya Adam juga tak tahu apa yang akan dilakukan Aisyah jika tahu dia punya simpanan.

“Jawab Mas! Kenapa kamu hanya diam?! Kamu takut, kan? Takut kalau istri sahmu tahu?!” Melati tersenyum getir. “Pantas saja kamu nggak pernah mau berniat mengenalkanku pada keluargamu! Jadi ini alasan kamu menolak segera meresmikan pernikahan kita!” sentak Melati. Dia sangat geram pada Adam.

Adam hanya membeku. Dia membiarkan Melati mencurahkan segala kekesalannya. Jika nanti sudah mereda emosinya barulah Adam akan berbicara. Melati masih saja menangis. Hatinya begitu hancur berkeping-keping. Dia sama sekali tak menyangka akan takdir hidupnya.

Melati menarik napas dalam. Lalu, dia menghembuskannya perlahan. Kemudian, Melati pun masuk ke dalam kamar. Dia tak memedulikan Adam yang hanya berdiam diri. Adam pun hanya menatap dalam diam kepergian Melati. Tak ada sapa ataupun rayuan gombal seperti biasanya. Melati benar-benar kecewa pada suaminya, bahkan dia merasa jijik pada dirinya sendiri karena sudah menjadi pelakor, walau sebenarnya dia tak sengaja seperti itu.

***

Berhari-hari, Melati merasa sedih. Dia pun tidak masuk kerja. Namun, dia juga masih melayani Adam, sebab biar bagaimanapun Adam tetap suaminya, meskipun hanya siri. Melati sebenarnya ingin pergi saat tahu kalau dia hanya sebagai istri simpanan. Wanita itu tak mau menyakiti hati Asiyah, istri sah Adam. Akan tetapi, ketika akan pergi, Adam menahan dan membujuk Melati agar tetap berada dalam dekapan Adam. Entah, sampai kapan ini akan terus terjadi. Melati gamang dan tidak bisa berbuat apa-apa. Di satu sisi dia merasa bersalah pada istri sah Adam, tapi di sisi lainnya tak mau kehilangan Adam. Cinta Melati begitu kuat.

Cinta itu memang anugerah dan indah. Akan tetapi, itu berlaku jika berada di tempat yang benar. Namun, entah cinta yang Melati alami ini anugerah atau justru petaka. Melati memang sangat menyayangi Adam. Namun, mereka berada di posisi yang berseberangan, dipisahkan oleh dinding yang tebal. Andai saja bisa, ingin sekali Melati menghancurkan diding itu, agar mereka bisa terus bersama tanpa halangan.

Mereka hanya bisa berhubungan secara sembunyi, tanpa ada yang tahu. Cinta mereka memang terhalang dinding. Sungguh menyakitkan bagi Melati.

Melati sadar, jika ini sebuah bentuk kesalahan yang fatal. Namun, hasrat nafsu mengalahkan akal sehat dan mengambil alih semuanya. Melati sering berkhayal, andai saja lebih dulu datang sebelum dinding itu berdiri. Pasti tak akan terjadi seperti ini. Adam akan menjadi miliknya satu-satunya.

Cinta dalam hati makin membuncah, tak sanggup Melati bendung. Sering kali dia bermimpi, bisa melewati dan menghancurkan dinding pemisah ini. Setiap kali memandang dinding tebal yang berdiri kokoh itu, hatinya pilu dirundung nestapa. Sayang, dia sudah tertanam dalam sebelum Melati hadir.

Entah, sampai kapan rasa ini akan terus bersemayam di hati. Melati tahu ini dosa. Dia juga sangat berharap cinta bisa memudar seiring berjalannya waktu. Tak ada wanita yang mau terjebak cinta pada suami orang. Ingin mundur, tapi tak kuasa, sebab cinta ini sudah begitu dalam. Tak sanggup rasanya jika harus berpisah dengan Adam.

Sejujurnya, Melati tak mau menjadi penghancur masa depannya. Andai saja waktu itu mereka tak berjumpa, mungkin tak akan seperti ini. Menjadi yang kedua pasti sangat menyakitkan. Melati sadar ada yang lebih utama. Ingin sekali Melati menghancurkan penghalang cinta mereka. Meleburkan dinding yang kokoh itu, meskipun lebih dulu datang dan berkuasa.

Melati dan Adam saling cinta, tapi terhalang restu istrinya. Andai saja Melati tahu dari awal kalau Adam sudah beristri mungkin pernikahan terlarang ini tak akan pernah terjadi.

Mengapa Mas Adam tak pernah mengatakan yang sebenarnya? Kalau saja tahu dia beristri, aku tak mau menikah dengan pria hidung bangir itu. Nasi telah menjadi bubur. Melati berkata dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status