Share

Introgasi

Author: Erna Azura
last update Huling Na-update: 2023-10-17 03:00:00

Ting …

Tong …

Suara bel disertai gedoran di pintu memaksa Bumi Xabiru Dewangga harus meraih kesadarannya.

Dia merasakan pening di kepala tapi hawa panas dari dalam tubuh dan hasrat bergelora yang tadi menyiksanya sudah mulai menipis.

Biru mendudukan tubuhnya mengingat-ngingat apa yang terjadi sebelum dia tertidur.

Apakah dia baru selesai bercinta dengan Geisha-sang kekasih karena saat ini tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.

Tadi ketika mereka hendak bercinta, Geisha mengatakan akan kembali karena tiba-tiba dia harus meeting dengan tim-nya.

Tapi kapan kekasihnya itu kembali ke sini?

Biru tidak mengingat apapun tentang Geisha namun benaknya memutar samar moment bercinta dengan seorang gadis.

Biru bersumpah dia seorang gadis dan bukan Geisha karena gadis itu masih perawan sementara Geisha sudah tidak lagi perawan.

“Tunggu … siapa gadis itu?” Biru bergumam dengan raut syok.

Ting …

Tong …

Suara bel dan gedoran di pintu semakin tidak sabaran.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Biru turun dari atas ranjang lalu memungut celana yang kemudian dia kenakan.

Dan ketika dia menarik kemeja, terdapat sebuah kancing yang terhempas.

Awalnya Biru berpikir kalau kancing itu adalah kancing dari kemejanya namun bayangan momen bercinta dengan seorang gadis kembali melintas.

Biru ingat bagaimana dia membuka paksa dengan sekali tarikan kemeja gadis itu hingga kancingnya berceceran.

Lalu Biru juga ingat dengan dua gundukan besar di dada sang gadis membuatnya yakin kalau gadis yang bercinta dengannya bukan Geisha karena dada Geisha tidak sebesar gadis itu.

Tapi siapa gadis itu?

Kenapa bisa ada di kamarnya?

Apakah dia sedang bermimpi?

“Pak Bumi Xabiru Dewangga, tolong buka pintunya!”

Mendengar seruan formal memanggil namanya dari luar membuat Biru bertanya-tanya dan curiga tentang siapa yang ada di luar sana.

Tidak mungkin sang mami meminta orang menguntitnya karena tidak mempercayai apa yang dia katakan ketika meminta ijin untuk pergi ke Bali.

Mami tidak menyukai Geisha yang berprofesi sebagai seorang aktris.

Sebetulnya bukan karena profesinya tapi Geisha lebih sering terlibat skandal yang menurut pengakuan sang kekasih adalah untuk menaikkan pamor.

Biru tidak mempedulikan hal itu tapi mami ternyata sangat peduli.

Biru membuka pintu untuk mencari tahu siapa dan apa keperluan orang yang mengganggunya pagi buta seperti ini.

Ceklek.

“Apakah benar anda adalah Bumi Xabiru Dewangga?”

Bumi gagal fokus, dia tidak langsung menjawab pertanyaan pria berseragam polisi di depannya karena bingung kenapa petugas polisi tersebut mengetahui nama dan kamar tempat dia menginap.

Seketika perasaan Biru menjadi cemas.

“Apakah benar anda yang bernama Bumi Xabiru Dewangga?” Petugas polisi itu mengulang.

“Betul,” jawab Biru pelan.

“Bisa ikut saya ke kantor polisi? Kami mendapat laporan dari seorang wanita yang mengaku telah mendapatkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Pak Bumi Xabiru Dewangga … Pak Bumi bisa menjelaskannya di kantor polisi.”

“Apa?” Biru menganga.

Jadi apa yang melintas dalam benaknya bukan mimpi?

Jadi dia telah melecehkan seorang gadis?

“Seorang gadis melaporkan anda atas tindakan pemerkosaan, Pak Bumi bisa menjelaskannya di kantor polisi.”

Petugas polisi itu mengulang kembali kalimatnya.

Biru mengerjap pelan, dia masih belum benar-benar sadar dengan apa yang sedang terjadi.

“Oke … saya ambil barang-barang saya dulu.”

Sengaja Biru membuka pintu lebar agar polisi bisa masuk dan mengijinkannya mengambil dompet beserta ponsel.

Dia sempat melirik ke atas seprei di mana ada bercak darah di sana.

Biru terpekur, dia baru yakin jika telah merenggut mahkota seorang gadis yang tidak dia kenal tanpa dia sadari.

Hatinya mencelos seketika, habis lah dia sekarang.

Papi adalah Jendral bintang empat yang baru menjabat sebagai Panglima TNI dan malam ini dia telah mencoreng nama baik yang papi jaga dan usahakan seumur hidupnya.

Gelar anak baik dan membanggakan yang disandangnya selama tiga puluh tahun ini harus dia tanggalkan karena kesalahan satu malam.

Dan satu yang mengganjal di hati Biru yaitu, kenapa dia bisa sampai tidak sadar bercinta dengan seorang gadis asing?

Dia memang minum alkohol tapi seingatnya tidak banyak dan entah kenapa dia merasa begitu berhasrat sampai tidak bisa mengendalikan diri.

***

“Pi … tolong Biru… Biru dibawa petugas ke kantor Polisi.” Adalah kalimat pertama yang Biru ucapkan setelah pagi-pagi buta menggganggu tidur sang Jendral melalui panggilan telepon.

Papi tidak langsung menjawab, ada hening membentang selama beberapa detik yang membuat Biru semakin cemas.

“Apa yang kamu lakukan?” Suara tegas di sana membuat Biru meremang.

“Biru enggak sengaja memperkosa seorang gadis.” Biru menjawab.

Dua orang petugas di kanan dan kirinya menoleh bersamaan.

Mungkin mereka tidak percaya mendengar pengakuan Biru kepada sang papi.

Papi terkekeh. “Kamu bilang enggak sengaja?”

“Biru mabuk, Pi.”

Jadi Biru masih beranggapan kalau dia dalam keadaan mabuk saat melecehkan Jingga.

Papi mengembuskan napas berat.

“Kamu sudah sampai kantor polisi?”

“Belum, Pi.”

“Sambungkan sama Kapolsek atau Kapolres di kantor itu sesampainya kamu di sana.”

“Pi ….”

“Apalagi?” Suara papi meninggi.

“Maafin Biru.” Biru sungguh-sungguh mengatakannya.

Ada jeda cukup lama sampai akhirnya sambungan telepon terputus dan papi tidak menjawab permintaan maafnya.

Biru mengusap wajah bersama hembusan napas panjang.

Dia menundukan kepala, perasaan bersalah menyerangnya begitu hebat.

Biru pasrah, dia akan terima dengan lapang dada bila harus masuk penjara mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Tapi yang Biru sesali adalah dia telah membuat mami dan papinya kecewa, mungkin juga akan membahayakan karir papi dalam TNI.

Setibanya di kantor polisi, Biru yang tangannya tidak diborgol karena bersikap kooperatif dan menghormati jabatan papi—menyeret kakinya melewati lorong demi lorong di gedung kantor Polisi.

Di melewati sebuah pintu di mana di dalamnya ada seorang gadis menangis dikerumuni oleh tiga gadis lainnya.

Entah apa tang terjadi dengan gadis itu.

Dan kenapa wajah gadis itu rasanya tidak asing.

Lalu dia tiba di sebuah ruangan dengan beberapa meja dan diminta duduk di salah satu meja yang terdapat seorang petugas sedang duduk menghadap sebuah komputer.

“Apa betul ini KTP Anda?” Petugas polisi memberikan kartu identitas.

Biru tercengang melihat KTP miliknya ada di tangan petugas polisi.

“Sebelum pelapor meninggalkan kamar anda, pelapor sempat mencuri kartu identitas Anda,” ujar sang petugas menjelaskan.

Biru hanya diam, dia tidak berkomentar.

Polisi tersebut kemudian melakukan interogasi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Perawan   TAMAT

    Biru merangkul pundak Jingga, mengecup pelipisnya sebagai ungkapan Terimakasih yang sudah ribuan kali dia ungkapkan semenjak Jingga dengan kesadaran sendiri mengajak Biru ke dokter kandungan setahun lalu untuk membuka KB IUD.Katanya Jingga merindukan suara tawa bayi dan pekerjaannya yang sekarang pun tidak seberat dulu.Jadi Jingga merasa mungkin sudah waktunya memiliki anak ke tiga.Dan tanpa dia duga, hanya dalam jangka waktu kurang lebih setahun setelah membuka KB IUD—Tuhan mempercayakan malaikat kecilnya lagi kepada mereka. Semua bahagia mendengar kabar kehamilan Jingga.Kehamilannya yang ketiga ini pun begitu dinikmati oleh Jingga.Pekerjaan Jingga tidak terganggu karena tidak ada kendala berarti selama kehamilan.Sampai Jingga lupa mengajukan cuti hamil, dia tetap pergi ke kantor meski kandungannya sudah memasuki masa persalinan.Pagi itu satu kantor geger karena Jingga ditemukan jatuh di kamar mandi oleh stafnya dengan ketuban pecah.“Panggil ambulan!” Atasan Jingga berseru k

  • Bukan Perawan   Hamil Lagi

    Papi sudah pensiun sebagai Panglima TNI Republik Indonesia, sekarang beliau sedang menikmati masa tua di rumah saja. Ada beberapa bisnis yang digeluti papi yang sudah dipersiapkan sebelum pensiun tapi tidak memerlukan perhatian khusus dari beliau.Hanya sesekali saja mengecek dan sisa waktunya papi bisa habiskan dengan bermain bersama cucu.Setelah Cinta menjadi sarjana meski sempat terseok menjalaninya karena harus melahirkan anak ke tiga, papi meminta besannya yaitu papanya Jingga untuk memasukan Cinta menjadi pegawai Bank dari jalur Officer Development Program.Kebetulan Cinta berkuliah di kampus unggulan dan memiliki IPK yang baik dan ternyata Cinta bisa lulus menjalani test yang dilakukan pihak ketiga dan sekarang Cinta seperti kakak iparnya, menjadi seorang bankir.Davian tidak melarang Cinta berkarir, seperti halnya Biru yang justru mendukung karir Jingga.Meski sekarang Jingga lebih menikmati bekerja dibalik meja menjadi backoffice berkutat setiap harinya dengan kertas dan an

  • Bukan Perawan   Ibu Rumah Tangga

    Hari berikutnya dan hari-hari selanjutnya, Cinta seakan bukan miliknya lagi.Cinta dikuasai oleh Kiana dan Bara apalagi Bara yang masih sering tantrum, kalau kata bunda dan mami—mungkin Bara tahu akan memiliki adik sementara dia masih ingin kasih sayang dan perhatian full dari kedua orang tuanya.Baiklah, ingatkan Davian untuk meminta Cinta pasang KB setelah melahirkan anak ketiga mereka nanti.Karena sesungguhnya, tanpa ada yang tahu kalau Cinta tertekan.Dia lelah karena harus membagi waktu dengan anak-anak dan kuliah.Berimbas pada bobot tubuh Cinta yang menurun padahal sedang mengandung.“Sayang.” Suara Davian yang baru saja masuk ke dalam kamar membuat Cinta refleks mengusap air mata di pipi.“Kamu nangis?” Davian bergerak mendekat dengan langkah cepat.Pria yang gagah dan selalu tampan di mata Cinta dengan seragam Polisinya itu langsung menangkup wajah Cinta menggunakan tangannya yang besar.“Kamu nangis?” Davian mengulang.“Enggak, tadi aku pakai obat tetes mata karena mata aku

  • Bukan Perawan   Banyak Berubah

    Semenjak kejadian Davian menyusul Cinta yang pergi tanpa ijinnya ke Puncak, Cinta jadi banyak berubah.Sekarang Cinta lebih mementingkan keluarga kecilnya.Cinta sudah tidak lagi melimpahkan urusan anak-anak kepada Nanny kalau dia ada di rumah.Meski keteteran dengan tugas kuliah tapi sebisa mungkin Cinta yang mengambil peran untuk mengurus anak-anaknya.Davian juga sebagai suami tidak merasa dirinya paling benar, dia berpikir kalau Cinta sempat khilaf pasti karena kesalahannya juga.Bila dulu Davian jarang sekali mengajak Cinta jalan-jalan, setelah kejadian itu Davian membuat jadwal kencan berdua dengan Cinta di malam minggu.Jadi setiap malam minggu, Davian dan Cinta akan mengantarkan Kiana dan Bara bergantian antara rumah papinya Cinta atau rumah ayahnya Davian untuk menitipkan mereka sementara dia dan Cinta menghabiskan malam minggu berdua.Entah itu hanya makan malam, nonton konser, nonton film atau checkin di hotel berbintang dan pulang keesokan harinya. Dan malam ini—selagi ka

  • Bukan Perawan   Foto Keluarga

    Davian menarik pundak Cinta kemudian mengecup pelipis istrinya.“Aku pake baju dulu ya, kasian papi sama mami udah nungguin.” Tidak ada respon dari Cinta, raut wajahnya masih masam.“Papi ganti baju dulu ya, Kiana duduk sini sama bunda.”Cinta merangkul Kiana sehingga Kiana mau duduk di atas pangkuannya sedangkan Davian pergi ke walk in closet memakai pakaian.“Kakak kenapa pukul ade? Adenya disayang ya?” Cinta menegur Kiana dengan suara lembut.Melihat jejak air mata di wajah sang bunda membuat perasaan Kiana jadi tidak nyaman.Dia memeluk sang bunda.“Maafin Kiana Buna.” “Harus sayang sama ade ya?” pinta sang bunda dengan pendar sendu di mata.Kiana mengangguk.Davian bisa mendengar percakapan Cinta dengan Kiana dari dalam walk in closet kemudian bibirnya tersenyum karena hatinya menghangat.*** Mobil yang kemudikan Davian dan Biru bersamaan tiba di pelataran parkir sebuah studio.Protokoler papi yang mengetahui kedatangan mobil putra dan menantu sang Jendral langsung mengarahkan

  • Bukan Perawan   Masih Drama Batita

    “Mas … tolong jawab dulu itu telepon enggak tahu dari siapa,” kata Cinta meminta bantuan saat sang suami masuk ke dalam kamar anak-anak untuk mencari tahu kenapa anak-anak menangis.“Oh … oke.” Davian bergerak ke sebuah meja di mana ponsel sang istri berada.“Kiana … hey, udah nangisnya … tadi Bunda ‘kan harus menyusui ade Bara dulu.”“Hallo ….” Suara Davian terdengar menyahut.Om Ridho sampai menjauhkan ponsel dari telinga untuk mengecek apakah mungkin dia salah menekan nomor karena bukan suara Cinta yang seharusnya dia dengar malah suara seorang pria.“Om Ridho!” Davian berseru karena telah melihat nama di layar ponsel Cinta. “Oh … ini Mas Davian ya?” Ridho memastikan.“Iya, Om.” “Uuuh sayang … sayang …” Suara Cinta bersama tangisan anak kecil masih bisa didengar oleh Ridho.Seperti dejavu karena saat menghubungi Biru tadi dia juga mendengar hal yang sama.“Ini kalian masih di rumah ya? Ibu sama Bapak udah sampai, beliau meminta kalian segera datang.” Om Ridho memberitahu.“Iya Om

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status