<span;>Fara terjaga dari tidurnya karena dirasakannya ada seseorang yang naik ke tempat tidur. Dengan cepat dia menoleh. Didapatinya Ivan yang sedang berbaring hendak tidur. Suaminya itu pun tampak acuh, seperti tak peduli pada Fara yang terkejut.
<span;>"Mas Ivan?!" Fara pun cepat melihat pada jam mungil yang ada di atas nakas. Pukul setengah lima pagi. "Mas Ivan baru pulang?"<span;>"Bangunkan aku jam enam," pinta Ivan tanpa menjawab pertanyaan Fara barusan.<span;>"Kenapa Mas Ivan baru pulang?" Fara melanjutkan pertanyaannya.<span;>"Bertanyanya nanti saja, Fara. Sekarang aku ngantuk, ingin tidur," sahut Ivan sambil terus terpejam.<span;>"Aku tunggu Mas Ivan semalaman. Janjinya mau pulang sebelum tengah malam. Tapi ternyata malah pulang pagi. Keterlaluan!" kata Fara kesal.<span;>Ivan pun membuka matanya dan menoleh pada Fara. Ekspresi wajahnya datar seolah dia tak m<span;>Fara duduk termenung sendirian di kamar. Ini baru lewat jam makan siang. Belum satu harian dia menjalani waktunya di rumah mertuanya ini. Tapi rasa jenuh sudah mengurungnya sejak tadi. Fara tak tahu harus melakukan apa. Bu Elsa, ibu mertuanya sudah keluar rumah sejak tadi. Ada arisan katanya. Sedangkan Fiona, adik Ivan, sampai hari ini masih berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Fara pun kesepian. Kalau saja sebelum pernikahan Ivan tidak memintanya berhenti bekerja, tentulah saat ini Fara tak kan mengalami kejenuhan seperti ini. Tapi Ivan bilang, dia ingin punya istri perempuan yang diam di rumah, bukan wanita karier yang sibuk bekerja. Karena itulah kedua orangtua Fara langsung meminta Fara berhenti bekerja agar bisa menjadi ibu rumah tangga seperti yang Ivan inginkan. Fara pun menurut. Toh, menjadi ibu rumah tangga juga satu hal yang menyenangkan. Mengurus suami dan anak-anak adalah kebahagiaan yang tak ternilai bagi seorang perempuan. Tapi sekarang, kenyataanny
<span;>Malam itu Fara mendapat telepon dari seorang teman. <span;>"Pesta ulang tahun?" tanya Fara ceria. <span;>"Nggak, kok. Cuma sekadar kumpul teman-teman lama saja. Temu kangen sekalian makan-makan di rumahku. Kamu mau datang kan, Far?" tanya temannya di seberang sana. <span;>"Aku pasti mau, dong. Nanti aku datang bersama Riska dan Lusy, ya!" janji Fara. <span;>"Oke, kalau begitu aku tunggu, ya!" sahut temannya senang. <span;>Setelah itu pembicaraan pun selesai. Fara yang saat itu sedang duduk di atas tempat tidur menghadap ke jendela kamarnya, tak tahu jika Ivan sudah masuk dan berdiri di pintu kamar mendengarkan obrolannya barusan. Dan ketika Fara menoleh, dia pun terpekik kaget. <span;>"Mas Ivan?!" serunya terkejut. <span;>"Kenapa terkejut seperti itu?" tanya Ivan dengan ekspresi wajah yang dingin seperti biasanya. <span;>"Mas Iv
<span;>“Sedang teleponan sama siapa?” Suara Ivan yang bertanya mengejutkan Fara. Ketika itu Ivan yang baru saja masuk ke kamarnya, mendapati Fara sedang duduk santai di atas tempat tidur sambil berbicara dengan seseorang di telepon. <span;>Fara pun menoleh cepat. “Kenapa Mas Ivan selalu membuatku terkejut?” <span;>“Terkejut? Apa sedang membicarakan tentang sesuatu yang rahasia?” Ivan bertanya sambil mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Kemudian dia duduk di sofa yang ada di depan jendela dan mulai asyik memainkan ponselnya di sana. <span;>“Rahasia? Rahasia apa? Aku cuma bicara dengan Riska,” kata Fara segera. <span;>“Riska sahabatmu itu?” tanya Ivan tanpa menoleh. <span;>“Ya. Jadi mas masih ingat pada sahabatku itu?” <span;>“Tentu saja ingat. Apa kamu pikir aku sudah pikun?” ketus
<span;>Ivan tak ikut dalam obrolan ketiga perempuan itu. Dia hanya duduk diam di antara mereka sambil sesekali tersenyum sebagai tanda kalau dia ikut mendengarkan canda mereka. Ivan pun berusaha untuk tidak merasa jenuh. Dia memusatkan perhatiannya pada Lusy yang duduk di hadapannya. Lusy pun tersenyum. Dia tahu jika mata suami sahabatnya itu terpusat padanya. Lalu dengan bahasa tubuhnya dia segera berusaha menggoda Ivan yang memang sudah tertarik pada kemolekan tubuhnya. <span;>Ivan yang mengerti bahasa tubuh Lusy itu pun tersenyum penuh arti. Dia menikmati setiap gerakan yang Lusy buat lewat pandangan matanya. Namun begitu, Ivan tetap pandai menjaga sikap. Dia harus tetap terlihat sebagai seorang yang baik, terutama di depan Riska. Sebab dia harus selalu tampil sebagai laki-laki yang sempurna. Tak boleh ada seorang pun yang tahu keburukannya. Termasuk Riska, sahabat istrinya. <span;>"Wah, minumannya sudah habis. Biar aku buatkan lagi," kat
<span;>"Kok, main hp terus? Sudah malam, Mas Ivan tidak tidur?" tanya Fara yang malam itu melihat Ivan asyik dengan ponselnya sambil duduk santai di dekat jendela kamar. <span;>"Aku bukan anak kecil yang diwajibkan tidur sore, kan?" Ivan balik bertanya tanpa menoleh. <span;>"Ini sudah jam sepuluh. Sudah malam, mas," kata Fara lagi sambil masuk ke dalam selimut hangatnya. <span;>"Jam sepuluh itu masih sore. Sudahlah jangan cerewet, Fara. Jangan bilang kalau kamu minta dikeloni. Seperti anak kecil saja," gerutu Ivan tanpa mengalihkan mata dari ponselnya. <span;>"Siapa yang minta dikeloni?" Fara menyahut cepat. <span;>"Malam ini aku sedang tidak ingin. Jadi sebaiknya kamu tidur saja," kata Ivan lagi hingga Fara pun menoleh cepat padanya. <span;>"Aku tidak minta itu, mas!" <span;>"Oh ya? Baguslah kalau begitu. Karena malam ini aku tidak bisa. Aku mau ketemu
<span;>Dentuman alunan musik terdengar menghentak keras memenuhi ruangan. Suasana riuh dan ceria seolah mengajak semua yang hadir di sana untuk bersemangat. Ruangan yang dipadati oleh para pengunjung itu pun jadi terasa hidup. Malam tak hening di sini. Malam begitu hingar bingar. Mereka seolah merubahnya menjadi siang, hingga mereka tak lagi merasa jika sesungguhnya malam adalah waktunya bagi tubuh mereka untuk beristirahat. <span;>Ivan berjalan pelan menghampiri seorang perempuan cantik yang sedang duduk sendirian menunggunya. Dan ketika melihat kedatangannya, perempuan itu pun tersenyum dan berdiri menyambutnya. Lalu segera dia memeluk Ivan dan bersandar manja di dadanya. <span;>"Kenapa lama? Aku sudah satu jam menunggu di sini," kata perempuan yang adalah Lusy, melontarkan sedikit protes. <span;>Ivan pun melihat pada jam tangannya. "Ini baru tengah malam, cantik. Aku datang tepat waktu," katanya sambil mendaratkan sebuah
<span;>Minggu siang itu Fara baru saja selesai memasak. Dia belajar memasak makanan kesukaan Ivan dari ibu mertuanya. Sebab orang bilang, istri yang pintar memasak itu akan disayang suami. Meski pun Fara ragu jika Ivan akan mencintainya jika dia bisa menyuguhkan makanan kesukaan suaminya itu. Tapi tak ada salahnya mencoba. Toh, hati Ivan bukan terbuat dari batu, kan? Jadi sekeras-keras hati suaminya itu, Fara yakin dia masih bisa untuk melunakkannya. Apa lagi selama ini Ivan selalu meminta Fara untuk membuatkan sarapan dan kopi untuknya. Jadi jika di hari Minggu seperti ini Fara menyajikan makan siang, mungkin saja Ivan akan senang dan bisa melihat kesungguhan Fara untuk menjadi seorang istri yang baik. <span;>Selesai memasak, Fara pun bergegas ke kamar untuk mandi. Sebab Fara merasa badannya lengket oleh keringat dan juga bau bumbu masakan. Dan ketika dia masuk ke dalam kamar, dilihatnya Ivan sedang duduk santai di dekat jendela sambil memainkan ponselnya. F
<span;>Hari-hari berlalu. Tak ada perubahan yang terjadi dalam rumah tangga Fara dan Ivan. Fara tetap berperan jadi istri yang baik, sedangkan Ivan tetap bersikap acuh pada Fara, istrinya. Dan semua itu tetap jadi rahasia mereka berdua. Tak ada yang tahu, termasuk Lusy yang kini menjalin hubungan lebih dekat dengan Ivan. Yang Lusy tahu hanyalah Ivan mendua, membagi hati dengannya. Tapi Lusy tak tahu jika selama ini pernikahan Fara dan Ivan seperti sebuah sandiwara. Pernikahan hampa yang berdiri di atas kertas, tanpa berdasarkan cinta. <span;>Jika Ivan tak setia, itu Lusy tahu. Tapi jika Ivan tak memiliki cinta untuk Fara, itu Lusy tak pernah tahu. Karena itulah dia sering merasa cemburu pada Fara. Terutama disaat Ivan sedang berada di rumah, jauh dari sisinya. Namun begitu, Lusy tetap memegang janjinya untuk merahasiakan tentang hubungan gelapnya bersama Ivan dari Fara. Sebab Lusy memang ingin merebut Ivan secara diam-diam. Membuat Fara cemburu berarti mengam