Share

Bukan Pernikahan Palsu
Bukan Pernikahan Palsu
Author: Anindya Alfarizi

1. Betrayer

last update Last Updated: 2022-12-05 19:08:54

"Ris, maafkan aku."

Carissa tertegun.

"Aku terpaksa melakukan ini. Hanya aku harapan ayah satu-satunya. Aku nggak bisa menikah sama perempuan seperti kamu."

Semua kata-kata itu seperti tersendat di tenggorokan. Carissa hanya mampu menggeleng dengan shock. Gadis itu mundur selangkah, menutup mulut dengan telapak tangan, dan merasakan tetesan hangat meleleh di kedua pipinya.

"A-Abi, kamu ... "

"Dan lagi, aku sama Anes memang saling mencintai, kok."

Hancur sudah. Kedua bahu Carissa merosot turun. Isak tangis tanpa suara membuat dada gadis itu terlampau sesak. Ia menatap sepasang manusia di hadapannya dengan pandangan buram karena air mata.

Lelaki itu, Abian Danurendra, meraih telapak tangan gadis di sampingnya, lantas mengecupnya dengan lembut.

"T-tapi Bi ... pernikahan kita lima hari lagi–"

"Masih cukup lama, kan? Lima hari bukan waktu yang sangat mendadak, kok. Kamu harus bersyukur aku nggak batalin semuanya saat hari H."

Lagi-lagi Carissa hanya mampu menggeleng keras. Sama sekali tak ingin mempercayai penglihatan dan pendengarannya.

"Sorry ya, Kak. Tapi bayi dalam perut aku ini lebih butuh Mas Abi daripada kamu." Gadis di sebelah Abian itu mengelus perutnya dengan tangan yang lain. Sementara Carissa kembali seperti dihantam gelombang pasang.

Hatinya sudah remuk redam dengan menemukan kenyataan bahwa tunangannya tidur dengan keponakannya sendiri, kemudian membatalkan rencana pernikahan yang hanya tinggal lima hari lagi, dengan sepihak. Lalu sekarang ditambah dengan fakta busuk lain lagi.

"Iya. Aku lagi mengandung anaknya Mas Abi. Usianya masih sekitar tiga bulan."

Oh, Demi Tuhan!

"Kenapa kamu kaget begitu, Kak? Bukannya kamu udah cukup lama pacaran sama Mas Abi? Pasti kamu udah paham lah dia gimana."

"Apa maksudmu, Nes?"

"Kalian pasti juga udah sering ngelakuin itu, kan? Aku tau banget Mas Abi tuh nggak bisa kalau terlalu lama–"

"Anes!" Carissa menyentak murka, mendadak ia menemukan kembali suaranya yang tadi sempat menghilang, "jaga mulutmu, Nes! Kamu pikir aku perempuan seperti apa?"

Air mata berjatuhan kian deras, membasahi kedua pipi Carissa serta blus berwarna marun yang dikenakannya. Apakah serendah itu orang lain memandangnya?

"Ya intinya, sorry," lanjut Aneska. Tak ada sesal dalam nada suaranya sama sekali. "Mas Abi nggak bisa lagi lanjutin hubungan sama kamu. Aku harap kamu maklum lah."

Maklum? Rissa yakin perempuan di hadapannya itu sudah tidak waras.

"Pernikahan akan tetap dilaksanakan, Ris."

Carissa menoleh kala sebuah suara lain turut bergabung tiba-tiba. Seorang wanita setengah baya yang masih tampak rupawan mendekat dari arah luar. Arini, ibu Aneska sekaligus tantenya sendiri.

"T-Tante?"

"Pernikahan akan tetap dilaksanakan." Wanita itu tersenyum. Sesaat Carissa mengira bahwa segalanya akan teratasi dan kembali baik-baik saja, namun Arini ternyata melanjutkan. "Benar, lima hari lagi Abian akan tetap melangsungkan pernikahan. Hanya saja sama Aneska, bukan sama kamu."

Carissa merasa dunia dan seluruh isinya memusuhinya secara serentak mulai detik ini. Dengan dada yang kian sesak, ia mencoba menata tutur katanya untuk disampaikan kepada wanita yang telah ia anggap ibunya sendiri.

"Tante ... jangan bercanda."

"Sama sekali nggak."

"T-tapi Tante tahu sendiri ... aku mati-matian siapin pernikahan ini."

"Ah, Tante turut sedih, Ris." Walau nyatanya sama sekali tak ada raut sedih tergambar dalam wajah rupawan itu. "Mungkin Abian bukan jodohmu, begitu saja. Ah, dan satu lagi ... "

Apa lagi?

"Tante pikir, di usia yang sekarang, kamu sudah bisa mengurus dirimu sendiri."

Hati Carissa terasa mencelos ketika mendengar penuturan wanita itu. Belum dikatakan, tapi gadis itu seperti tahu kalimat tantenya akan mengarah ke mana. Tanpa bisa ia tahan, dua butir air mata kembali luruh berjatuhan dari netra cokelatnya yang sudah sangat sembab.

"Bukan Tante nggak sayang lagi sama kamu, tapi keberadaan kamu di sini nanti hanya akan membuat canggung keadaan. Walaupun Anes sama Abi nggak tinggal di sini pasca menikah, tapi mereka pasti sering datang, kan? Tante nggak mau terjadi hal-hal yang nggak diinginkan kalau kamu masih ada di sini, Ris."

Ya, benar. Persis seperti yang Carissa duga.

"Rissa harus tinggal di mana, Tan ... "

"Ah, itu terserah kamu. Kalau nggak salah, kamu masih punya saudara dari pihak ayahmu, kan? Mungkin kamu bisa datang menemuinya."

Carissa merasa pertahanan dirinya runtuh sudah. Sekuat tenaga ia berusaha tetap berdiri di atas kaki gemetar yang nyaris tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuh, berusaha ia tahan isak tangis yang rasanya sudah akan meledak.

"Sebaiknya kamu mulai berkemas dan memutuskan akan pergi ke mana sekarang, mengingat beberapa hari ke depan, rumah ini mungkin akan agak ramai."

"Un-undangannya ... " Gadis itu tersengal.

"Kamu bisa menghubungi siapa-siapa aja yang udah nerima undanganmu dan bilang kalau acaranya batal. Lagian pasti nggak banyak, kan? Tante pikir kamu pasti nggak kenal banyak orang."

"Masalah itu, biar Abi yang urus, Ma." Abian menimpali. "Abi ingat semua nama yang udah nerima undangan, nanti biar Abi aja yang konfirmasi."

Pandangan Carissa perlahan bergulir ke arahnya, dan demi apapun, lelaki itu justru membuang muka.

"Abi ... " sebut Carissa lirih, "kamu tega lakuin ini sama aku? Memangnya aku punya salah apa sama kamu? Kenapa kalian sejahat ini?"

Sejenak, rahang tegas itu terlihat menegang. Namun ternyata tak ada kata-kata pembelaan apapun. Lelaki itu tidak membantah apa yang Aneska katakan tadi. Benarkah Abian sudah mengkhianatinya sedalam itu? Abi yang selama ini begitu menjaga dan menghormati Carissa walaupun sudah menjalin hubungan tiga tahun lamanya. Benarkah ia justru melakukannya dengan perempuan lain? Atas dasar apa? Cinta?

Cinta yang seperti apa tepatnya?

"Aku salah apa sama kamu, Bi ... " Isak tangis yang sedari tadi Rissa tahan-tahan itu akhirnya tumpah sudah. Ia tergugu, pilu. Hati dan perasaannya berserakan dihantam kenyataan. "Lalu apa artinya semua perlakuan dan kata-kata cinta kamu selama tiga tahun ini? Kenapa kamu ngelamar aku tiga bulan yang lalu? Kenapa kamu baru batalin semuanya sekarang? Hari ini? Saat semua persiapan udah nyaris selesai? Kamu mau buat aku gila, Bi? Iya?"

Carissa menyerah mengendalikan dirinya. Ia berlari menerjang dan mencengkeram kemeja hitam yang dikenakan lelaki di hadapannya itu erat-erat.

"Kak! Kamu apa-apaan, sih? Lepasin Mas Abi! Kalau dia nggak mau nikah sama kamu, terus kamu mau apa, ha? Jangan nggak tau malu gitu, dong!"

"Diam kamu, jalang!"

PLAK!

Untuk ke sekian kalinya, Carissa kembali tertegun. Rasa panas perlahan menjalari pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh Abian.

"A-Abi ... "

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Suherni 123
betul,, kebanyakan pemeran ceweknya cengeng,nangis terus
goodnovel comment avatar
Yanti
kalau manggilnya tante, berarti aneska sepupu bukan keponakan.
goodnovel comment avatar
Mayor Perangin-Angin
Lanjut kan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Pernikahan Palsu   Extra Part 2

    **Sagara berlari kencang menyusuri deretan kursi-kursi ruang tunggu bandara. Ia menerabas palang pintu dan tiba tepat sebelum gate keberangkatan akan ditutup. Dengan napas memburu, pria itu menyerahkan boarding pass-nya kepada pramugari yang menatap tak habis pikir. Meski demikian, pramugari cantik itu tidak mengatakan apapun dan memilih bekerja dalam diam sebab tahu bahwa penumpang yang ini bukanlah orang sembarangan. Ia hanya menampakkan seulas senyum kecut.“Silakan duduk di tempat yang sudah anda reservasi, Pak,” ucap si pramugari, mempersilahkan Gara masuk, sebelum kemudian menyudahi proses check-in terakhir. Menghela napas lega, Gara kemudian melangkah masuk dan menghempaskan tubuh berkeringatnya di kursi penumpang yang berada di samping jendela pesawat. Menata napasnya yang tadi sempat terputus-putus.“Rissa, tunggu sebentar ya, Sayang. Aku pulang,” bisiknya sembari memejamkan mata. Jantungnya menderu seperti suara mesin pesawat yang sudah menyala. Ia merapalkan doa, semoga ma

  • Bukan Pernikahan Palsu   Extra Part

    **Abian tersenyum saat meletakkan sebuah foto ke dalam kotak besar bersama bermacam-macam benda lain di dalamnya. Boneka, buku diary, baju, dan semacam itu. Ia pandangi baik-baik foto tersebut dengan senyum yang belum lindap.“Maaf dan terimakasih,” bisiknya bermonolog sementara masih menatap lekat fotonya. “Kamu selalu akan jadi kenangan indah buat aku, Ris. Kamu perempuan terbaik yang pernah aku miliki, tapi Sagara adalah pria terbaik yang dipilihkan Tuhan untukmu.” Abian mengusap foto dirinya dan Rissa itu dengan sayang. “Berbahagialah selalu. Terimakasih masih menjadi bagian dari keluargaku meski kamu nggak bersamaku. Tetaplah hidup bahagia, menjadi pendamping kakakku, ya. Aku tahu dengan lembutnya tutur kata dan tindakanmu, hati batu manusia satu itu pasti bisa meleleh.”Abian menutup kotak tersebut. Kotak yang berisi barang-barang kenangannya dengan sang mantan kekasih.“Nggak ada lagi yang perlu disesalkan sesudah ini. Aku dan Rissa sudah hidup sendiri-sendiri dengan baik. Dia

  • Bukan Pernikahan Palsu   233. Everything's Gonna Be Okay

    **Matahari bersinar dengan cerah saat Rissa menarik terbuka tirai tebal yang menutupi jendela kamarnya. Pemandangan di balik kaca jendela itu membuatnya tersenyum. Para maid berlalu lalang di bawah, menata meja dan kursi serta dekorasi cantik di tengah halaman belakang mansion. Sepertinya akan ada acara di sana.Suara derit pintu yang terbuka membuat Rissa mengalihkan atensi. Sagara datang sembari menggendong putri kecilnya.“Good morning, Mama,” ucapnya disertai senyum manis. Sementara Stella seketika mengoceh sembari menggapai-gapaikan tangan mungilnya begitu melihat sang ibu.“Good morning my angels.” Rissa melangkah mendekat. Ia ulurkan tangan, menyambut putri kecilnya yang melonjak-lonjak senang.“Tidur nyenyak, Sayang?” Gara memberikan kening istrinya kecupan kecil.“Banget. Maaf kamu jadi bangun duluan dan ngurus Stella pagi-pagi ya, Kak?”“Aku kan ayahnya Stella, jadi ya memang sudah kewajibanku ngurus dia. She is our child, not only yours or mine, Rissa. Kita bikin berdua, j

  • Bukan Pernikahan Palsu   232. Prasangka Yang Salah

    **Carissa sudah tenang saat Sagara kembali ke ruangan di mana ia dirawat. Seorang suster yang menemani mohon diri untuk keluar dengan menyembunyikan pipinya yang merona begitu pria rupawan itu masuk. Benar, walau kini Gara sudah bukan lagi bujangan, sudah memiliki seorang istri dan putri kecil yang cantik, namun pesonanya justru bertambah-tambah. Seringkali membuat Rissa jengkel sebab para perempuan itu seperti tak sungkan-sungkan menunjukkan rasa ketertarikan mereka kepada suaminya.“Jangan cemberut begitu, Sayang,” kata Gara, yang seperti biasa, sangat peka melihat perubahan raut wajah istrinya.“Makanya kamu biasa aja, nggak usah seramah itu,” cetus Rissa, semakin cemberut.Gara terkekeh pelan sembari melangkah mendekat kepada wanitanya yang duduk di atas ranjang. “Ya masa orang senyum nggak disenyumin balik. Itu namanya kan sombong.”“Mending dianggap sombong daripada kamu baperin anak orang begitu. Pura-pura nggak tahu apa gimana kalau pemilik sahnya ada di sini?”Tawa Gara kian

  • Bukan Pernikahan Palsu   231. Freddy Fernandez

    **Freddy Fernandez.Carissa belum pernah bertemu muka dengan orang ini, jadi ia tidak tahu siapakah gerangan pria berusia sekitar lima atau enam puluh tahun yang memiliki paras begitu menawan itu. Hanya saja dari gerak-geriknya, bisa ditebak bahwa pria itu bukanlah orang sembarangan. Terlebih ditinjau dari barang-barang branded mewah yang menempel di sekujur tubuhnya. Mulai dari suit berwarna abu-abu gelap yang ia kenakan, hingga jam tangan seharga sebuah unit apartemen eksklusif di ibukota. Golongan old money yang mungkin berada satu tingkat di atas strata sosial keluarga Aditama.Meski demikian, Sagara sama sekali tidak repot-repot menampakkan raut segan atau sesuatu. Ia justru melayangkan tatapan tajam kepada si pria setengah baya yang masih diam di ambang pintu. Dan saat itulah Rissa baru menyadari bahwa pria itu dikawal oleh banyak bodyguard di belakangnya.“Selamat sore, Sagara,” ucapnya dengan nada tegas. Suaranya dalam dan berwibawa, sangat mencerminkan sebesar apa dirinya be

  • Bukan Pernikahan Palsu   230. Rumah Sakit Lagi

    **Carissa merasa kesadarannya timbul dan tenggelam. Ia mengerjap perlahan, berusaha membuka kelopak matanya yang terasa perih sekali. Saat atensinya pelan-pelan mulai jelas, ia menyadari bahwa ini adalah tempat yang asing. Kembali, rasa trauma akan tempat asing seperti membuatnya nyaris kembali pingsan. Terlebih lagi, rasa sakit yang hebat di dada seperti mencekik lehernya saat ia bergerak. Pada saat-saat demikian, tanpa sadar perempuan itu menyebut nama satu-satunya sosok yang melekat dalam ingatannya.“Kak Gara ….”Carissa tidak berharap apapun sebab berpikir Aldric masih menyekap dirinya. Ya, itu adalah hal terakhir yang perempuan itu ingat. Namun kemudian, sebuah suara menjawab rintihannya, membuat kesadarannya seperti seketika dijejalkan dengan paksa ke dalam raganya yang remuk redam.“Sayang? Sayang, kamu bangun? Ini aku, aku. Kamu bisa lihat aku, kan?”Rissa menoleh dengan terkejut, mendapati wajah Sagara yang berada sangat dekat. Ia ingin mengulurkan tangan dan menyentuh waja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status