Share

Bab. 2

Author: Sellova96
last update Last Updated: 2023-06-30 11:54:25

"Kau sudah bangun?"

Rose mengerjapkan kelopak matanya karena cahaya silau yang memaksa masuk ke dalam retina coklat madu itu. Kemudian tatapannya beralih ke sosok yang duduk di sebelah ranjangnya. Kedua alisnya tertaut dalam kala matanya bersitatap dengan manik emerald milik Jovan.

"Sedang apa Bapak disini?" tanya Rose yang merasa heran karena Jovan berada di kamarnya.

Karena saat malam pernikahan mereka kemarin, Jovan telah berubah 360 derajat. Lelaki itu langsung bersikap dingin dengannya. Bukan hanya bersikap dingin, namun hal yang membuat Rose tak mengerti adalah Jovan bahkan tanpa segan melalukan tindakan fisik yang membuatnya memiliki karya tangan Jovan di tubuhnya hanya karena Roseline masuk ke dalam kamar lelaki itu. Bukankah itu hal yang wajar untuk sepasang suami istri berada di satu kamar yang sama?

Sangat jauh berbeda dengan saat mereka masih menjadi atasan dan bawahan. Setelah kejadian malam itu, mereka pun tidur di ranjang yang terpisah dan jaraknya jauh. Jadi saat melihat Jovan berada di kamarnya tentu membuat Rose heran.

Jovan menatap wanita malang di depannya. Dapat ia lihat banyak bekas luka yang ia torehkan di tubuh mungil itu. Terbesit rasa bersalah di hatinya namun segera ia tepis. Baginya, tidak ada kata maaf bagi orang yang sudah mengambil kebahagiaannya. Dan sayangnya, Roseline adalah orang yang harus bertanggung jawab atas semua ini.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kau baik-baik saja. Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat, Rose. Akan ku buat hidupmu seperti di neraka dengan penderitaan yang abadi," tukas Jovan dengan tajam.

Hati Rose mencelos kala mendengar ucapan Jovan yang terasa seperti belati. Begitu menyakitkan menusuk ke dalam relung hatinya.

"Maksud Bapak? Kenapa Bapak melakukan ini padaku? Apa salahku?" Tanya Roseline dengan menuntut.

Seharusnya ia sadar, kalau Jovan tidak sebaik yang ia kira. Harusnya ia sadar kalau Jovan yang ada di depannya bukanlah Jovan yang sama dengan yang ada di kantor, bukan Jovan yang sangat menghargai dan menghormati wanita. Seharusnya ia tidak perlu berharap apapun.

"Aku baik-baik saja," lirih Rose kala Jovan tak menjawab pertanyaannya. Wanita itu bergerak sedikit menjauh dari Jovan.

Lelaki itu melirik, ia bisa merasakan perasaan takut yang dimiliki Rose. "Aku sedang tidak ingin menyakitimu. Tenanglah," ucapnya pelan.

Rose mengangguk patuh. Hatinya sedikit menghangat karena Jovan tidak berniat menyakitinya. Setidaknya untuk saat ini, dan berharap untuk kedepannya. Semoga kejadian semalam hanyalah kekhilafan Jovan saja. Jovan menegakkan punggungnya, kembali menatap beberapa luka di tubuh wanita itu. Terlintas pertanyaan, mengapa wanita itu masih bertahan? Kenapa wanita itu masih mau berada disisinya? Padahal Rose bisa saja melarikan diri dari rumah ini dan melaporkan tindakan yang dilakukan Jovan. Tapi, kenapa wanita itu hanya diam saja dan pasrah menerima semuanya?

"Kau sudah tahu bagaimana sikapku. Kenapa kau masih bertahan disini? Bukankah aku telah melukaimu?" Jovan berbisik. Meskipun terbawa angin, suaranya terdengar jelas di pendengaran Rose.

"Karena aku adalah istrimu," ujar Rose. Wanita itu mengalihkan pandangannya keluar jendela. Tak sanggup jika harus bersitatap dengan manik milik Jovan.

Jovan mendesis pelan. Jovan adalah manusia yang penuh dengan logika dan kerealistisan. Jadi menurut pandangannya, tidak ada wanita yang sanggup bertahan meskipun tersakiti. Kalaupun ada, maka itu adalah wanita bodoh. Dan Rose adalah satu-satunya wanita bodoh yang pernah ia temui.

"Apa tidak ada jawaban yang lain?" tanya Jovan lagi.

Rose menggeleng pelan. "Tidak ada. Karena aku adalah istrimu dan aku sudah berjanji akan menghabiskan sisa hidupku denganmu."

"Bodoh," ejek Jovan diiringi dengusan kasar.

Rose tersenyum tipis. Bodoh? Iya. Dia akui kalau dia memang wanita yang bodoh. Rela tersakiti padahal ini baru hari pertama mereka menjadi pasangan suami istri. Karena sekarang, Jovan adalah satu-satunya orang yang harus ia kasihi. Ibu dan ayahnya yang telah lama tiada membuat Rose tidak lagi mendapatkan kasih sayang. Selama bertahun-tahun ia hidup bersama Catherine, hanya wanita itu yang mampu menyayanginya dengan tulus.

Dan di waktu yang tepat, Jovan datang dengan menawarkan bantuan yang membuat dirinya terbebas dari rasa malu.

"Jika kau adalah istriku..." jovan menatap dalam ke netra cokelat madu milik Rose.

***

"Aku memperkosanya."

Seorang lelaki yang sedang menyesap jus jeruk hampir saja menyemburkan airnya keluar saat mendengar ucapan orang yang duduk di depannya. Kedua matanya menatap penasaran serta tak percaya.

"Siapa? Apa kau sudah menjelma menjadi seorang bajingan yang memperkosa gadis? Dimana hati nuranimu? Hah?!" cecarnya dengan tatapan sengit.

Ia tak percaya dengan apa yang telah dilakukan oleh temannya itu. Karena yang ia tahu, temannya adalah orang yang sangat menyayangi dan memuliakan wanita. Jadi begitu mendengar kabar itu, tentu ia terkejut.

"Roseline," ujar Jovan dengan tatapan datar.

"Hah?" otak Regan mendadak menjadi buntu saat mendengar perkataan Jovan. "Maksudmu, kau memperkosa Roseline?" lanjutnya lagi.

Jovan mengangguk pelan. Regan hampir saja tertawa saat mendengar ucapan Jovan kalau saja lelaki di depannya itu tidak menatapnya dengan tajam dan serius. Regan pun terpaksa menelan kembali rasa ingin tertawanya daripada harus dijadikan samsak oleh Jovan.

"Rose itu istrimu, Jo. Tidak ada istilahnya suami memperkosa istri karena itu adalah hal yang memang semestinya dilakukan," ujar Regan.

Pagi ini, ia cukup di kejutkan dengan kedatangan Jovan di rumah sakit tempat ia bekerja. Biasanya Jovan adalah orang yang super sibuk dengan pekerjaan. Hanya karena ingin menyampaikan berita konyol itu, Jovan sampai rela mendatanginya.

Regan adalah satu-satunya orang yang tahu apa rencana Jovan menikahi Roseline. Bahkan ia juga sudah sering menasehati Jovan untuk mengiringi niatnya itu.

"Rose tidak pantas menerima semua ini, Jovan." Regan berujar memecahkan keheningan yang tercipta.

Jovan pun langsung menatapnya tajam, tak setuju dengan ucapan Regan. "Dia pantas menerima semuanya," balasnya dengan penuh penekanan.

Regan mendengus pelan. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela kaca. Menatap gedung-gedung tinggi yang ada di sana. "Apa menurutmu orang yang tidak bersalah pantas diperlakukan seperti itu?" tanyanya lagi.

"Tapi dia adalah orang yang berkaitan dengan itu semua dan jangan lupakan apa yang sudah wanita itu lakukan hingga membuat—"

"Bukan dia yang melakukannya," Sela Regan cepat.

Lelaki itu sudah cukup sering memberitahu Jovan kalau apa yang dilakukannya itu sama sekali tidak benar. Namun Jovan sangat keras kepala. Dendam yang ada di hatinya sudah membutakan mata serta akal sehatnya.

"Aku sudah menantikan waktu ini sejak lama. Jadi jangan harap kalau aku akan menghentikannya," balas Jovan.

Ia tahu Regan sangat menentang segala perlakuan yang mungkin akan Jovan kepada Rose. Maka dari itu ia memilih diam. Berdebat dengan Regan sama saja membuang waktu.

"Berikan aku obat itu," ujar Jovan.

Regan menghela nafasnya pasrah karena Jovan masih tidak mau mendengarkannya dan berjalan menuju laci obat. Mengambil satu botol kecil berisi pil berwarna kuning. Ia cukup paham obat apa yang dibutuhkan oleh Jovan. Kemudian memberikannya kepada Jovan. Jovan segera mengantonginya.

"Suatu saat kau akan mencintai Roseline," kata Regan.

Jovan menaikkan pandangannya mendengar ucapan Regan. Menatap wajah temannya itu dengan sinis. "Kau sendiri tahu siapa wanita yang sangat aku cintai. Jadi berhenti berpikir kalau aku akan mencintai jalang sialan itu," tukas Jovan kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan kerja Regan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Bukan) Pernikahan yang Rusak    Bab. 27

    Roseline dan Dylan berjalan beriringan menuju bandara. Roseline sudah memutuskan untuk pergi ke China. Di sana, Dylan memiliki kenalan dan ia akan bekerja di perusahaan temannya Dylan itu. Dan Dylan juga, ia berencana untuk mengantar Roseline saja. Agar tidak menimbulkan kecurigaan apalagi Jovan. Jika lelaki itu tahu kalau Dylan juga menghilang di waktu yang bersamaan dengan perginya Roseline, ia pasti akan mencurigai Dylan.Tidak ada kata yang terucap dari bibir keduanya. Roseline sibuk dengan pemikirannya dan Dylan yang memberikan waktu Roseline untuk sendiri. Melihat Roseline yang terpuruk seperti ini, membuat sudut hati Dylan berdenyut nyeri. Siapapun tidak akan rela melihat orang yang dicintainya itu tersakiti. Kalau saja Dylan tidak memikirkan Roseline, ia pasti sudah memberi perhitungan kepada Jovan.“Dylan.” Roseline memanggil lelaki yang duduk di sebelahnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam pesawat. Dylan yang namanya disebutkan itupun menoleh. “Terimakasih,” sambung R

  • (Bukan) Pernikahan yang Rusak    Bab. 26

    Jovan yang baru saja mendapatkan pesan dari Roseline sontak membulatkan kedua matanya lebar. Lelaki itu bahkan sampai berkedip berulang kali siapa tau dia salah lihat. Tapi ternyata tidak. Pesan itu memang dari Roseline.Gugatan perceraian? Wanita itu berencana untuk bercerai dari Jovan? Kenapa? bukankah kemarin sudah saling sepakat kalau Jovan akan menikah lagi dan Roseline tidak keberatan? Lantas sekarang kenapa harus bercerai?Jovan tidak akan membiarkan ini terjadi. Roseline tidak boleh bercerai dengannya. Roseline harus tetap bersamanya. Apapun yang terjadi. Lelaki itupun memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia melihat Deluna yang masih sibuk mencoba beberapa gaun pengantin. "Del, aku harus mengurus sesuatu. Aku akan pesankan taksi untukmu nanti." Tanpa banyak bicara, Jovan langsung bergegas pergi meninggalkan Deluna yang belum sempat mengucapkan sepatah katapun. "Jovan!" pekik Deluna yang tak dihiraukan Jovan. Sebenarnya masalah seperti apa sampai membuat Jovan perg

  • (Bukan) Pernikahan yang Rusak    Bab. 25

    “Sayang, lihat gaun ini. Apakah aku terlihat cantik?”Deluna sibuk berputar memperlihatkan gaun pengantin berwarna putih di depan Jovan. Wanita itu tersenyum lebar, karena akhirnya ia bisa menikah dengan Jovan. Ia tidak peduli dengan status istri kedua karena bagaimanapun ia adalah orang yang dicintai Jovan. Sudah tentu ia yang akan menjadi nyonya di rumah Jovan nanti. Hitung-hitung ia memiliki pembantu gratis nantinya.Sementara Jovan, lelaki itu sama sekali tidak bisa fokus. Setelah percakapannya dengan Regan malam itu, hatinya selalu merasa gelisah. Kalimat-kalimat Regan seakan berputar terus-menerus bagai kaset rusak di kepalanya.Roseline hanyalah anak yang dibesarkan di panti sejak ia masih bayi. Itu memang benar. Dan Jovan melampiaskan amarahnya pada orang yang tidak bersalah, apakah itu benar? Jovan tahu kalau itu tidak benar. Tapi entah mengapa, dendam dalam dirinya cukup sulit untuk ia hilangkan. Apalagi mengingat kalau Roseline adalah satu-satunya keturunan pembunuh itu.Jo

  • (Bukan) Pernikahan yang Rusak    Bab. 24

    Sepersekian detik Roseline memejamkan mata, ia tidak merasakan ada benda apapun yang menyentuh tubuhnya. Bukankah tadi Jovan hendak melukainya? Kenapa Roseline tidak merasakan apapun? Atau mungkin sekarang Roseline tidak lagi ada di dunia? Makanya rasanya hampa. Apa Jovan langsung menghabisinya?Namun seluruh bayangan itu mendadak hilang ketika ia mendengar bunyi nyari dari benda yang terjatuh. Sontak alam bawah sadar Roseline kembali bekerja. Wanita itu membuka matanya perlahan. Tatapannya jatuh pada belati yang teronggok di lantai. Kemudian beralih menatap Jovan. Lelaki itu terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Tatapan kosong, hampa, dan tak bergairah. Entahlah, Roseline sendiri tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Jovan. Lelaki itu seperti memiliki kepribadian ganda. Terkadang bersikap lembut, kadang bersikap kasar. Membuat Roseline merasa bimbang.“Kenapa kau mencintaiku?”Pertanyaan lirih itu hampir tak terdengar oleh Roseline jika saja ia tidak menajamkan pendengarannya. Ro

  • (Bukan) Pernikahan yang Rusak    Bab. 23

    Jantung Roseline semakin berdetak tak karuan saat ia menyadari bahwa Jovan tidak membawanya pulang ke rumah Abraham. Melainkan pulang ke rumah mereka. Roseline bahkan tak berani menatap Jovan sedikitpun. Ia selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain asal tidak bertatapan dengan Jovan. Jovan pun tampak fokus dengan jalanan yang ada di depannya. Namun bisa Roseline rasakan kalau lelaki itu sebenarnya tengah menahan amarah. Ia hanya takut kalau Jovan akan melampiaskan amarahnya nanti di rumah.Telepon Jovan yang berada di kotak dekat kursinya sejak tadi berdering tanpa henti. Roseline meliriknya sedikit kemudian mendapati nama Deluna di sana. Ah, iya. Bukankah tadi Jovan pergi bersama Deluna? Apa mungkin dia meninggalkan Deluna begitu saja hanya demi membawanya pulang? Apa mungkin amarah Jovan kali ini karena ia cemburu dengan Dylan?Roseline memejamkan matanya kemudian merutuki dirinya dalam hati. Bodoh! Mana mungkin Jovan cemburu karenanya? Pasti ada alasan lain kenapa Jovan sangat m

  • (Bukan) Pernikahan yang Rusak    Bab. 22

    Dylan dan Roseline berjalan beriringan dengan dua kantong plastik di tangan mengitari pusat perbelanjaan. Setelah membeli barang yang diminta Abraham, kini Roseline menemani Dylan menuju toko jam tangan branded untuk membeli hadiah untuk Abraham. Roseline tentu saja tidak tahu tentang hal itu karena meskipun dulu saat ia masih bekerja ia juga suka memberi barang seperti tas dan sepatu.Roseline hanya melihat Dylan yang tengah sibuk memilih. Sesekali lelaki itu menanyakan pendapatnya tentang mana yang lebih bagus di antara dua pilihan. Roseline pun memilih yang menurutnya elegan dan cocok untuk Abraham.“Sepertinya yang ini lebih cocok untuk Papa,” ujar Roseline sembari menunjuk sebuah jam berantai silver dengan paduan warna hitam di dalamnya. Terlihat elegan dan berwibawa. Sangat cocok dengan karakter Abraham.Dylan tersenyum senang kala Roseline membantunya memilih. Tanpa banyak kata, ia langsung membawa jam itu menuju kasir untuk dibungkus. Setelah selesai, mereka pun keluar dari to

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status