Menikah dengan orang yang dicintai sangatlah indah dan impian bagi semua orang. Begitu juga dengan Roseline Devana. Gadis itu merasa sangat bahagia karena bisa menikah dengan Jovan, lelaki pemilik netra emerald yang sangat dikaguminya. Seharusnya pernikahan Roseline berjalan dengan sempurna namun semuanya sirna karena dalam satu malam, Jovan yang lembut berubah menjadi orang yang sangat kasar. Tidak ada lagi tatapan hangat yang Roseline dapatkan, melainkan hanyalah tatapan penuh kebencian. Roseline tidak pernah tahu apa penyebabnya Jovan berubah menjadi seperti itu. Sepanjang hari ia lewati dengan penuh kesakitan dan penderitaan yang Jovan berikan. "Aku hanya ingin kau tahu kalau satu-satunya orang yang ingin menghancurkanmu adalah aku, orang yang sangat kau cintai." - Jovan.
view more"Hubungan kita sampai disini saja, Rose. Aku tidak bisa menikah denganmu."
Bagai disambar petir, perasaan Roseline hancur kala kekasihnya memutuskan hubungan secara sepihak. Kedua manik cokelat terang itu mulai berembun. Genangan kristal putih mulai menumpuk di kelopak mata membuat pandangannya mengabur."Kau gila, Ed? Kenapa? Ada apa?" Tanyanya dengan bibir bergetar. Isakannya mulai terdengar kecil."Maaf. Aku tidak bisa mengatakannya. Semoga kau bisa menemukan pengganti yang lebih baik dariku."Setelah mengucapkan itu, sambungan telepon mulai terputus. Roseline menatap kosong ke depan. Bahkan ponsel yang tadi di genggamnya pun terjatuh. Gadis itu terisak hebat.Tubuh berbalut gaun pengantin putih itupun luruh ke lantai yang dingin itu. Bagaimana bisa Edward, kekasihnya sekaligus calon suaminya itu membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.Roseline tidak tahu apa alasannya. Padahal kemarin hubungannya dengan Edward masih baik-baik saja. Bahkan mereka masih sempat membicarakan akan memiliki anak berapa dan akan berbulan madu kemana. Semuanya jelas diluar pemikiran Roseline.Dunianya terasa runtuh. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana dengan pernikahannya? Bagaimana dengan tamu undangan? Bagaimana dengan pendeta yang sudah lama menunggu sedangkan pengantin pria saja tidak hadir. Semuanya membuat pikiran Roseline semakin keruh.Gadis itu tergugu di lantai. Bahkan make up yang tadi sudah terlukis cantik di wajahnya, mulai luntur karena air matanya yang tak berhenti keluar."Rose?!"Seorang wanita tua datang masuk ke dalam kamar rias Roseline dengan tergopoh-gopoh begitu melihat anak gadisnya itu menangis sesenggukan. Wanita itu langsung memeluk Roseline dan mencoba menenangkannya."Ada apa? Mengapa kau menangis?" Tanyanya sembari mengusap jejak air mata di pipi Roseline.Roseline langsung memeluk wanita itu lagi dengan erat. Tangisnya semakin pecah. Terdengar begitu memilukan."Edward... Dia— dia membatalkan pernikahan kami, Bibi. Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana, Bibi?" Katanya dengan suara parau. Tangisnya masih belum juga mereda.Hatinya begitu sakit saat Edward membatalkan pernikahan mereka begitu saja. Seolah-olah tanpa bersalah, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Roseline. Sakit, hancur, marah, serta malu sudah pasti dirasakan oleh Roseline. Apalagi ia harus menanggung malu lantaran pernikahannya batal.Catherine, wanita tua itu mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Ia juga tidak menyangka kalau Edward akan berbuat setega itu. Padahal yang ia tahu, Edward dan Roseline benar-benar memimpikan pernikahan ini. Aneh rasanya jika Edward membatalkan begitu saja. Seperti ada yang janggal.Namun ia tak ingin menambah beban pikiran Roseline. Yang harus ia pikirkan sekarang adalah mencari solusi dari masalah ini."Aku harus bagaimana, Bibi? Aku tidak ingin menanggung malu," ujar Roseline lagi. Tangisnya pun sudah mereda. Namun masih ada jejak air mata yang tertinggal.Catherine adalah pengurus panti yang merawat Roseline sejak bayi. Tentu saja ia sudah menganggap Roseline seperti anak kandungnya sendiri. Ia juga merasa marah dengan tindakan Edward."Nak... Apa kau memiliki kenalan lain yang dekat denganmu?" Tanya Catherine.Roseline menggeleng pelan. Selama ia berhubungan dengan Edward, ia tidak pernah dekat dengan siapapun. Jadi ia tidak memiliki kenalan dekat."Aku bisa membantumu, Roseline."Roseline dan Catherine sontak menoleh ke arah pintu. Terlihat seorang pria bertubuh jangkung yang mengenakan tuxedo berwarna hitam tengah menatapnya dengan senyuman tipis.Catherine menatap Roseline. "Dia siapa, Rose?""Pak Jovan. Dia adalah CEO di tempatku bekerja, Bi."Roseline berjalan mendekat ke arah Jovan. "Membantu bagaimana, Pak?"Jovan menatap gadis yang memiliki tinggi sebatas bahunya itu. "Menikahlah denganku, Roseline."***Sebelumnya, tidak pernah sedikitpun Roseline berfikir akan menikah dengan orang lain selain Edward. Namun siapa sangka kalau sekarang ia tengah berdiri di atas altar dengan Jovan, bos-nya sendiri."Roseline Devana. Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus," ucap Jovan dengan suara yang tegas dan lantang kala mengucapkan janji suci pernikahannya dengan Roseline.Kedua netranya terus menatap netra madu milik gadis yang akan menjadi istrinya. Memperhatikan dengan seksama bibir gadis itu yang terus tersenyum. Bersikap seolah ini adalah pernikahan impiannya. Tidak ada gurat kesedihan yang terlihat. Tidak seperti beberapa waktu lalu saat gadis itu terus menangis terisak."Geovanno Abraham Stollen. Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus," ucap Roseline dengan suara yang lantang.Gadis itu tersenyum menatap sosok pria yang kini telah sah menjadi suaminya. Memperhatikan dengan seksama setiap inci wajah tampan dengan pahatan yang sempurna. Garis rahangnya yang tegas, kedua netranya yang hitam legam, hidungnya yang tampak bangir, serta tatapan tajam namun mampu membuatnya terbuai. Tidak ada celah buruk di wajah pria itu. Tuhan menciptakannya dengan sangat sempurna.Setelah sesi pengucapan janji pernikahan, pendeta pun mempersilahkan pengantin pria untuk mencium istrinya untuk pertama kali. Jovan tidak mengalihkan pandangannya dari Roseline barang sedetikpun. Dengan tegas, pria itu melangkah mendekati gadis yang berdiri dua meter di depannya.Roseline menggenggam erat buket bunga yang berada di tangannya. Jantungnya berdegup kencang apalagi saat Jovan berjalan semakin dekat dengannya. Roseline bahkan sampai menahan nafasnya saat merasakan jarak di antara mereka hanya beberapa centi.Jovan menundukkan kepalanya, menatap Roseline yang hanya sebatas dadanya. Kemudian tangannya bergerak untuk membuka slayer yang menutupi wajah gadis itu.Kedua pasang netra itu saling beradu satu sama lain saat slayer penutup wajah Roseline telah terbuka. Degup jantung Roseline semakin tidak beraturan. Apalagi saat Jovan menatapnya begitu lama."Dia adalah orang yang harus kau lenyapkan, Jovan."Suara di kepala Jovan seolah menyadarkan akan tujuannya menikahi gadis itu. Semua pikirannya yang sempat terbuai dengan pesona gadis itu segera Jovan tepis jauh-jauh. Ia tidak boleh jatuh hati pada gadis ini.Tatapan tajam bak elang selalu Jovan layangkan pada gadis di depannya itu. Perlahan, ia bergerak mendekatkan wajahnya ke arah Roseline. Bibirnya terangkat sebelah saat melihat dengan polosnya, Roseline menutup kedua matanya. Menunggu Jovan memberikan satu kecupan manis di atas bibirnya.Jovan semakin mendekatkan wajahnya, hingga jarak bibirnya dengan bibir tipis milik Roseline tersisa lima centi. Ia bisa merasakan hembusan nafas beraroma vanilla dari gadis itu. Terasa sangat memabukkan namun Jovan berusaha untuk tidak terbuai.Lama. Jovan sama sekali tidak mengecup bibir Roseline. Membuat Roseline membuka kedua matanya. Menatap netra Jovan yang berada sangat dekat di depan matanya. Jovan menyunggingkan senyum mengerikan.Rosaline tertegun. Belum sempat ia menguasai dirinya, gadis itu mendengar bisikan yang membuatnya begidik."Selamat datang di kehidupan barumu, Nyonya Abraham."Roseline dan Dylan berjalan beriringan menuju bandara. Roseline sudah memutuskan untuk pergi ke China. Di sana, Dylan memiliki kenalan dan ia akan bekerja di perusahaan temannya Dylan itu. Dan Dylan juga, ia berencana untuk mengantar Roseline saja. Agar tidak menimbulkan kecurigaan apalagi Jovan. Jika lelaki itu tahu kalau Dylan juga menghilang di waktu yang bersamaan dengan perginya Roseline, ia pasti akan mencurigai Dylan.Tidak ada kata yang terucap dari bibir keduanya. Roseline sibuk dengan pemikirannya dan Dylan yang memberikan waktu Roseline untuk sendiri. Melihat Roseline yang terpuruk seperti ini, membuat sudut hati Dylan berdenyut nyeri. Siapapun tidak akan rela melihat orang yang dicintainya itu tersakiti. Kalau saja Dylan tidak memikirkan Roseline, ia pasti sudah memberi perhitungan kepada Jovan.“Dylan.” Roseline memanggil lelaki yang duduk di sebelahnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam pesawat. Dylan yang namanya disebutkan itupun menoleh. “Terimakasih,” sambung R
Jovan yang baru saja mendapatkan pesan dari Roseline sontak membulatkan kedua matanya lebar. Lelaki itu bahkan sampai berkedip berulang kali siapa tau dia salah lihat. Tapi ternyata tidak. Pesan itu memang dari Roseline.Gugatan perceraian? Wanita itu berencana untuk bercerai dari Jovan? Kenapa? bukankah kemarin sudah saling sepakat kalau Jovan akan menikah lagi dan Roseline tidak keberatan? Lantas sekarang kenapa harus bercerai?Jovan tidak akan membiarkan ini terjadi. Roseline tidak boleh bercerai dengannya. Roseline harus tetap bersamanya. Apapun yang terjadi. Lelaki itupun memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia melihat Deluna yang masih sibuk mencoba beberapa gaun pengantin. "Del, aku harus mengurus sesuatu. Aku akan pesankan taksi untukmu nanti." Tanpa banyak bicara, Jovan langsung bergegas pergi meninggalkan Deluna yang belum sempat mengucapkan sepatah katapun. "Jovan!" pekik Deluna yang tak dihiraukan Jovan. Sebenarnya masalah seperti apa sampai membuat Jovan perg
“Sayang, lihat gaun ini. Apakah aku terlihat cantik?”Deluna sibuk berputar memperlihatkan gaun pengantin berwarna putih di depan Jovan. Wanita itu tersenyum lebar, karena akhirnya ia bisa menikah dengan Jovan. Ia tidak peduli dengan status istri kedua karena bagaimanapun ia adalah orang yang dicintai Jovan. Sudah tentu ia yang akan menjadi nyonya di rumah Jovan nanti. Hitung-hitung ia memiliki pembantu gratis nantinya.Sementara Jovan, lelaki itu sama sekali tidak bisa fokus. Setelah percakapannya dengan Regan malam itu, hatinya selalu merasa gelisah. Kalimat-kalimat Regan seakan berputar terus-menerus bagai kaset rusak di kepalanya.Roseline hanyalah anak yang dibesarkan di panti sejak ia masih bayi. Itu memang benar. Dan Jovan melampiaskan amarahnya pada orang yang tidak bersalah, apakah itu benar? Jovan tahu kalau itu tidak benar. Tapi entah mengapa, dendam dalam dirinya cukup sulit untuk ia hilangkan. Apalagi mengingat kalau Roseline adalah satu-satunya keturunan pembunuh itu.Jo
Sepersekian detik Roseline memejamkan mata, ia tidak merasakan ada benda apapun yang menyentuh tubuhnya. Bukankah tadi Jovan hendak melukainya? Kenapa Roseline tidak merasakan apapun? Atau mungkin sekarang Roseline tidak lagi ada di dunia? Makanya rasanya hampa. Apa Jovan langsung menghabisinya?Namun seluruh bayangan itu mendadak hilang ketika ia mendengar bunyi nyari dari benda yang terjatuh. Sontak alam bawah sadar Roseline kembali bekerja. Wanita itu membuka matanya perlahan. Tatapannya jatuh pada belati yang teronggok di lantai. Kemudian beralih menatap Jovan. Lelaki itu terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Tatapan kosong, hampa, dan tak bergairah. Entahlah, Roseline sendiri tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Jovan. Lelaki itu seperti memiliki kepribadian ganda. Terkadang bersikap lembut, kadang bersikap kasar. Membuat Roseline merasa bimbang.“Kenapa kau mencintaiku?”Pertanyaan lirih itu hampir tak terdengar oleh Roseline jika saja ia tidak menajamkan pendengarannya. Ro
Jantung Roseline semakin berdetak tak karuan saat ia menyadari bahwa Jovan tidak membawanya pulang ke rumah Abraham. Melainkan pulang ke rumah mereka. Roseline bahkan tak berani menatap Jovan sedikitpun. Ia selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain asal tidak bertatapan dengan Jovan. Jovan pun tampak fokus dengan jalanan yang ada di depannya. Namun bisa Roseline rasakan kalau lelaki itu sebenarnya tengah menahan amarah. Ia hanya takut kalau Jovan akan melampiaskan amarahnya nanti di rumah.Telepon Jovan yang berada di kotak dekat kursinya sejak tadi berdering tanpa henti. Roseline meliriknya sedikit kemudian mendapati nama Deluna di sana. Ah, iya. Bukankah tadi Jovan pergi bersama Deluna? Apa mungkin dia meninggalkan Deluna begitu saja hanya demi membawanya pulang? Apa mungkin amarah Jovan kali ini karena ia cemburu dengan Dylan?Roseline memejamkan matanya kemudian merutuki dirinya dalam hati. Bodoh! Mana mungkin Jovan cemburu karenanya? Pasti ada alasan lain kenapa Jovan sangat m
Dylan dan Roseline berjalan beriringan dengan dua kantong plastik di tangan mengitari pusat perbelanjaan. Setelah membeli barang yang diminta Abraham, kini Roseline menemani Dylan menuju toko jam tangan branded untuk membeli hadiah untuk Abraham. Roseline tentu saja tidak tahu tentang hal itu karena meskipun dulu saat ia masih bekerja ia juga suka memberi barang seperti tas dan sepatu.Roseline hanya melihat Dylan yang tengah sibuk memilih. Sesekali lelaki itu menanyakan pendapatnya tentang mana yang lebih bagus di antara dua pilihan. Roseline pun memilih yang menurutnya elegan dan cocok untuk Abraham.“Sepertinya yang ini lebih cocok untuk Papa,” ujar Roseline sembari menunjuk sebuah jam berantai silver dengan paduan warna hitam di dalamnya. Terlihat elegan dan berwibawa. Sangat cocok dengan karakter Abraham.Dylan tersenyum senang kala Roseline membantunya memilih. Tanpa banyak kata, ia langsung membawa jam itu menuju kasir untuk dibungkus. Setelah selesai, mereka pun keluar dari to
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments