Share

(Bukan) Pernikahan yang Rusak
(Bukan) Pernikahan yang Rusak
Penulis: Sellova96

Bab. 1

"Hubungan kita sampai disini saja, Rose. Aku tidak bisa menikah denganmu."

Bagai disambar petir, perasaan Roseline hancur kala kekasihnya memutuskan hubungan secara sepihak. Kedua manik cokelat terang itu mulai berembun. Genangan kristal putih mulai menumpuk di kelopak mata membuat pandangannya mengabur.

"Kau gila, Ed? Kenapa? Ada apa?" Tanyanya dengan bibir bergetar. Isakannya mulai terdengar kecil.

"Maaf. Aku tidak bisa mengatakannya. Semoga kau bisa menemukan pengganti yang lebih baik dariku."

Setelah mengucapkan itu, sambungan telepon mulai terputus. Roseline menatap kosong ke depan. Bahkan ponsel yang tadi di genggamnya pun terjatuh. Gadis itu terisak hebat.

Tubuh berbalut gaun pengantin putih itupun luruh ke lantai yang dingin itu. Bagaimana bisa Edward, kekasihnya sekaligus calon suaminya itu membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.

Roseline tidak tahu apa alasannya. Padahal kemarin hubungannya dengan Edward masih baik-baik saja. Bahkan mereka masih sempat membicarakan akan memiliki anak berapa dan akan berbulan madu kemana. Semuanya jelas diluar pemikiran Roseline.

Dunianya terasa runtuh. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana dengan pernikahannya? Bagaimana dengan tamu undangan? Bagaimana dengan pendeta yang sudah lama menunggu sedangkan pengantin pria saja tidak hadir. Semuanya membuat pikiran Roseline semakin keruh.

Gadis itu tergugu di lantai. Bahkan make up yang tadi sudah terlukis cantik di wajahnya, mulai luntur karena air matanya yang tak berhenti keluar.

"Rose?!"

Seorang wanita tua datang masuk ke dalam kamar rias Roseline dengan tergopoh-gopoh begitu melihat anak gadisnya itu menangis sesenggukan. Wanita itu langsung memeluk Roseline dan mencoba menenangkannya.

"Ada apa? Mengapa kau menangis?" Tanyanya sembari mengusap jejak air mata di pipi Roseline.

Roseline langsung memeluk wanita itu lagi dengan erat. Tangisnya semakin pecah. Terdengar begitu memilukan.

"Edward... Dia— dia membatalkan pernikahan kami, Bibi. Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana, Bibi?" Katanya dengan suara parau. Tangisnya masih belum juga mereda.

Hatinya begitu sakit saat Edward membatalkan pernikahan mereka begitu saja. Seolah-olah tanpa bersalah, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Roseline. Sakit, hancur, marah, serta malu sudah pasti dirasakan oleh Roseline. Apalagi ia harus menanggung malu lantaran pernikahannya batal.

Catherine, wanita tua itu mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Ia juga tidak menyangka kalau Edward akan berbuat setega itu. Padahal yang ia tahu, Edward dan Roseline benar-benar memimpikan pernikahan ini. Aneh rasanya jika Edward membatalkan begitu saja. Seperti ada yang janggal.

Namun ia tak ingin menambah beban pikiran Roseline. Yang harus ia pikirkan sekarang adalah mencari solusi dari masalah ini.

"Aku harus bagaimana, Bibi? Aku tidak ingin menanggung malu," ujar Roseline lagi. Tangisnya pun sudah mereda. Namun masih ada jejak air mata yang tertinggal.

Catherine adalah pengurus panti yang merawat Roseline sejak bayi. Tentu saja ia sudah menganggap Roseline seperti anak kandungnya sendiri. Ia juga merasa marah dengan tindakan Edward.

"Nak... Apa kau memiliki kenalan lain yang dekat denganmu?" Tanya Catherine.

Roseline menggeleng pelan. Selama ia berhubungan dengan Edward, ia tidak pernah dekat dengan siapapun. Jadi ia tidak memiliki kenalan dekat.

"Aku bisa membantumu, Roseline."

Roseline dan Catherine sontak menoleh ke arah pintu. Terlihat seorang pria bertubuh jangkung yang mengenakan tuxedo berwarna hitam tengah menatapnya dengan senyuman tipis.

Catherine menatap Roseline. "Dia siapa, Rose?"

"Pak Jovan. Dia adalah CEO di tempatku bekerja, Bi."

Roseline berjalan mendekat ke arah Jovan. "Membantu bagaimana, Pak?"

Jovan menatap gadis yang memiliki tinggi sebatas bahunya itu. "Menikahlah denganku, Roseline."

***

Sebelumnya, tidak pernah sedikitpun Roseline berfikir akan menikah dengan orang lain selain Edward. Namun siapa sangka kalau sekarang ia tengah berdiri di atas altar dengan Jovan, bos-nya sendiri.

"Roseline Devana. Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus," ucap Jovan dengan suara yang tegas dan lantang kala mengucapkan janji suci pernikahannya dengan Roseline.

Kedua netranya terus menatap netra madu milik gadis yang akan menjadi istrinya. Memperhatikan dengan seksama bibir gadis itu yang terus tersenyum. Bersikap seolah ini adalah pernikahan impiannya. Tidak ada gurat kesedihan yang terlihat. Tidak seperti beberapa waktu lalu saat gadis itu terus menangis terisak.

"Geovanno Abraham Stollen. Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus," ucap Roseline dengan suara yang lantang.

Gadis itu tersenyum menatap sosok pria yang kini telah sah menjadi suaminya. Memperhatikan dengan seksama setiap inci wajah tampan dengan pahatan yang sempurna. Garis rahangnya yang tegas, kedua netranya yang hitam legam, hidungnya yang tampak bangir, serta tatapan tajam namun mampu membuatnya terbuai. Tidak ada celah buruk di wajah pria itu. Tuhan menciptakannya dengan sangat sempurna.

Setelah sesi pengucapan janji pernikahan, pendeta pun mempersilahkan pengantin pria untuk mencium istrinya untuk pertama kali. Jovan tidak mengalihkan pandangannya dari Roseline barang sedetikpun. Dengan tegas, pria itu melangkah mendekati gadis yang berdiri dua meter di depannya.

Roseline menggenggam erat buket bunga yang berada di tangannya. Jantungnya berdegup kencang apalagi saat Jovan berjalan semakin dekat dengannya. Roseline bahkan sampai menahan nafasnya saat merasakan jarak di antara mereka hanya beberapa centi.

Jovan menundukkan kepalanya, menatap Roseline yang hanya sebatas dadanya. Kemudian tangannya bergerak untuk membuka slayer yang menutupi wajah gadis itu.

Kedua pasang netra itu saling beradu satu sama lain saat slayer penutup wajah Roseline telah terbuka. Degup jantung Roseline semakin tidak beraturan. Apalagi saat Jovan menatapnya begitu lama.

"Dia adalah orang yang harus kau lenyapkan, Jovan."

Suara di kepala Jovan seolah menyadarkan akan tujuannya menikahi gadis itu. Semua pikirannya yang sempat terbuai dengan pesona gadis itu segera Jovan tepis jauh-jauh. Ia tidak boleh jatuh hati pada gadis ini.

Tatapan tajam bak elang selalu Jovan layangkan pada gadis di depannya itu. Perlahan, ia bergerak mendekatkan wajahnya ke arah Roseline. Bibirnya terangkat sebelah saat melihat dengan polosnya, Roseline menutup kedua matanya. Menunggu Jovan memberikan satu kecupan manis di atas bibirnya.

Jovan semakin mendekatkan wajahnya, hingga jarak bibirnya dengan bibir tipis milik Roseline tersisa lima centi. Ia bisa merasakan hembusan nafas beraroma vanilla dari gadis itu. Terasa sangat memabukkan namun Jovan berusaha untuk tidak terbuai.

Lama. Jovan sama sekali tidak mengecup bibir Roseline. Membuat Roseline membuka kedua matanya. Menatap netra Jovan yang berada sangat dekat di depan matanya. Jovan menyunggingkan senyum mengerikan.

Rosaline tertegun. Belum sempat ia menguasai dirinya, gadis itu mendengar bisikan yang membuatnya begidik.

"Selamat datang di kehidupan barumu, Nyonya Abraham."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status