Share

70. Mabok

Penulis: SayaNi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 20:26:23

Sementara Elara dengan kegalauannya, Ryota kembali ke kantornya, dan duduk dengan tenang di kursi kerjanya.

Satu tangan di lengan kursi, satu lagi memegang tablet yang menyala.

Di telinga kirinya, satu earbuds menyala biru.

"Kode Icefall aktif." Ucapan dingin dari Hugo, salah satu tangan kanannya yang menjalankan Perusahaan Investor miliknya di luar negeri, Frontier Capital.

Itu berarti seluruh skema penghancuran Daris sebagai Direktur Asterra—yang mereka rancang—resmi dimulai.

Ryota tidak menjawab.

Matanya tetap pada grafik. Alis kirinya terangkat.

“Tiga sektor utama sudah dikunci. Dokumen sedang saya unggah ke cloud pribadi Anda. Legal Distortion. Fund Withdrawal Path. Local Exposure Risk," ucap Hugo memberi laporannya. "Rekayasa laporan temuan hukum palsu status lahan, sudah final," lanjut Hugo.

Ryota menyentuh layar tabletnya, halaman dokumen berikutnya terbuka. Gambar udara lahan sengketa. Sebuah lahan yang direncanakan menjadi proyek fiktif Urban Superblock. Sebuah kawasan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   72. Tugas Kelompok

    Mobil yang dikemudikan Elara melaju dengan kecepatan sedang. Livia duduk di kursi penumpang depan, sibuk memeriksa kembali berkas-berkas di tangannya. Sesekali ia berceloteh soal wawancara. Elara menggenggam setir, tidak banyak bicara. Sesekali, ia melirik Leona di kaca spion. Apakah gadis itu hanyalah seorang bodyguard atau sekaligus mata mata? “Ra, ke kiri ya, bentar lagi sampai,” kata Livia sambil menunjuk petunjuk ke persimpangan. Elara mengangguk, menarik napas tanpa suara.Beberapa menit kemudian—“Di sini, masuk di pintu depan itu,” seru Livia lebih keras.Elara langsung menginjak rem. Mobil melambat drastis.“Di sini?” ulangnya. Mobil berhenti tepat sebelum gerbang. Darah Elara berhenti mengalir, tangannya dingin. Ia menelan ludah. "Lho kenapa berhenti, Ra?" tanya Livia bingung. "Masuk aja, nggak apa-apa. Nanti bilang aja sama satpamnya mau ketemu bu Fira."Elara masih terdiam. Jantungnya berdebar tidak karuan. 'Mengapa mereka tidak bilang kalau mau ke Ryota Energy Corp?'

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   71. Pelajaran Hari Ini

    Sudah tiga hari sejak malam itu, dan Ryota… manis. Terlalu manis, malah. Pria itu duduk di kursi makan, sudah rapi dengan style kerjanya, lengkap dengan jam tangan mahal. Wajahnya terlihat tenang, matanya sibuk membaca sesuatu di layar tablet.Elara duduk di seberangnya, menuangkan susu ke gelas Anya sambil mencuri pandang. Tiga hari lalu hatinya sempat disesaki ketakutan, kecemasan, bahkan sempat berpikir... kalau semua sudah berakhir gara gara mantan yang datang-datang bikin rusuh. Pria itu nyatanya kembali bersikap hangat, senyum yang bisa membuat siapa pun lupa bahwa ia pernah bisa begitu dingin. Dan nyatanya adalah monster kanibal saat berhubungan. Elara tersenyum kecil, getir.Mungkin, memang sia-sia terlalu terbawa perasaan menghadapi pria seperti Ryota.Lain kali, saat pria itu mendadak berubah dingin dan menjauh, yang harus ia lakukan hanyalah diam. Tidak memasukannya ke dalam hati. Anggap saja pria itu sedang datang bulan. Karena toh... Suaminya itu akan kembali baik se

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   70. Mabok

    Sementara Elara dengan kegalauannya, Ryota kembali ke kantornya, dan duduk dengan tenang di kursi kerjanya.Satu tangan di lengan kursi, satu lagi memegang tablet yang menyala. Di telinga kirinya, satu earbuds menyala biru."Kode Icefall aktif." Ucapan dingin dari Hugo, salah satu tangan kanannya yang menjalankan Perusahaan Investor miliknya di luar negeri, Frontier Capital. Itu berarti seluruh skema penghancuran Daris sebagai Direktur Asterra—yang mereka rancang—resmi dimulai.Ryota tidak menjawab.Matanya tetap pada grafik. Alis kirinya terangkat. “Tiga sektor utama sudah dikunci. Dokumen sedang saya unggah ke cloud pribadi Anda. Legal Distortion. Fund Withdrawal Path. Local Exposure Risk," ucap Hugo memberi laporannya. "Rekayasa laporan temuan hukum palsu status lahan, sudah final," lanjut Hugo. Ryota menyentuh layar tabletnya, halaman dokumen berikutnya terbuka. Gambar udara lahan sengketa. Sebuah lahan yang direncanakan menjadi proyek fiktif Urban Superblock. Sebuah kawasan

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   69. Agak Lain

    Rapat masih berlangsung ketika notifikasi pesan dari Erol muncul di layar ponsel Ryota.Ryota membaca pop up pesan dari asistennya itu, dan tersenyum samar. Ia kembali memperhatikan layar presentasi di depannya. Tanpa mengalihkan pandangan dari layar presentasi, ia mengetuk meja dengan ujung telunjuknya.Satu detik kemudian, ia meraih ponsel dan menekan nomor seseorang. Salah satu tangan kanannya yang menjalankan operasi luar negeri, Hugo. “Finish him," katanya dingin, setelah panggilan teleponnya terhubung.*** Sementara itu, di jalan raya, Elara menatap kaca spionnya. Mobil hitam milik Daris masih membuntutinya. Tangannya menggenggam stir erat. 'Mengapa mereka masih menggangguku?' Geramnya herman. Waktu itu selingkuhan mantan suaminya, sekarang si mantan suami. Ia menepikan mobilnya di sisi jalan. Perlukah ia melapor ke polisi? Mengaku sedang diikuti stalker? Ia melirik ponselnya. Mengetik nama di layar—Ryota. Tapi jari-jarinya tidak jadi menekan tombol call. "Dia pasti se

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   68. Si Mantan

    Ruang kerja Ryota selalu dingin. Seperti dirinya. Erol berdiri beberapa langkah dari meja besar itu. “Apakah Tuan yakin tidak ingin menyelesaikan tuan Daris sekarang?” suaranya datar. Ryota tidak mengangkat kepala. Matanya tetap fokus pada layar tablet. “Semakin lama, semakin besar kerugian yang harus ia tanggung.”Erol mengangguk, lalu menyodorkan informasi tambahan. “Baru-baru ini, Asterra Land Development menjalin kerja sama dengan Universitas Xyx.”Jari Ryota berhenti menggulir layar. Otot rahangnya menegang. Itu kampus Elara.“Kemungkinan mereka bertemu sangat kecil,” gumamnya. “Hampir tidak mungkin, kan?”Erol menunduk. Tidak menjawab. Dan tidak berani menebak.Sementara itu—di kampus yang sedang mereka bicarakan. Elara baru saja keluar dari gedung fakultasnya ketika langkahnya terhenti mendadak. Di depannya, seseorang baru turun dari mobil hitam. Setelan jas pria itu rapi, langkahnya mantap. Tapi ekspresinya terkejut ketika melihatnya.Daris.Pria itu juga terdiam. Jika buk

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   67. Standar Tinggi Ryota

    Setelah hari pertama kuliah yang melelahkan, Elara menghabiskan waktu sorenya bersama Anya membuat cemilan di dapur. Ia tersenyum kecil saat melihat Anya yang sibuk mencetak adonan dengan cetakan bintang.“Terus ditekan pelan, sayang, jangan sampai patah,” ujarnya lembut.Anya mengangguk serius, lalu berseru, “Mami, kuliah mami seru, ya?”Elara terkekeh. “Seru dong, ada dosen yang galak tapi baik hati.”“Kayak guru Anya, dong!” sahut Anya cepat.“Iya dong.”Percakapan mereka terhenti, begitu melihat Ryota berdiri di ambang pintu dapur, mengenakan kaus dan celana santai. Rambutnya masih lembab. Ia memang selalu mandi dulu setiap kali pulang, sebelum bermain dengan putrinya. “Kamu pulang cepat hari ini?” Elara menyambutnya dengan ceria, melepas apron dan buru-buru menuang teh krisan ke dalam cangkir porselen.Ryota mengangguk sambil berjalan ke meja dapur. Menatap putrinya. “Anya belajar apa hari ini?”“Bikin kebun binatang!" seru Anya. "Papa mau lihat,” " Okay Pa!" Anya langsung m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status