Share

Bab 7

Author: SayaNi
last update Last Updated: 2025-04-25 20:27:50

Amanda segera bangkit dari sofa dan menghampiri Ryota dengan senyum manis, sementara kedua pengasuh Anya langsung pergi keluar.

"Kak Ryo, Anya masih tidak mau tidur. Aku sudah mencoba berbagai cara membujuknya," ucap Amanda dengan suara rendah, seperti desahan halus yang disengaja.

Ryota tidak menanggapi. Matanya menyapu seluruh ruangan, memperhatikan kekacauan yang dibuat putrinya.

“Sudah malam,” katanya pada Amanda akhirnya “Kau sebaiknya pulang.”

Amanda tersenyum menggoda. Matanya tak lepas dari wajah Ryota. Ia menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya menggulung rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. “Aku bisa menginap,”

Gadis itu terlalu sering mencari-cari alasan untuk berlama-lama di rumah Ryota. Meski samar, ia berusaha menggoda—lewat gerak tubuhnya, intonasi suaranya, cara ia menatap dan berbicara. Namun semua itu tak membangkitkan apa pun dalam diri Ryota. Tak sedikit pun

"Kau tak perlu repot lebih jauh," ucap Ryota, nadanya sedikit menurun, seperti peringatan yang dibungkus ketenangan.

Amanda mengerjap pelan, lalu menarik napas sejenak sebelum kembali tersenyum. "Aku hanya ingin memastikan Anya tidak rewel," katanya, akhirnya meraih tasnya. Sebelum melangkah pergi, ia sempat menoleh ke arah Anya. "Selamat tidur, Sayang."

Anya hanya mendengus pelan, lalu memeluk bonekanya erat-erat.

"Amanda, mulai besok kau tak perlu lagi menjemput Anya," ucap Ryota, tepat sebelum gadis itu menghilang dari ambang pintu kamar.

Langkah Amanda terhenti. Ia menoleh pelan, seolah tak yakin dengan yang baru saja didengarnya. “Apa maksud Kak Ryo?”

"Setelah membuat Anya menghilang dari sekolahnya, aku harap kau cukup cerdas untuk memahami maksudku," jawab Ryota datar.

Amanda menelan ludah. “Ta-tapi, itu…” Ia melirik Anya yang menatap polos, seolah tak tahu apa pun. Gadis kecil itulah yang berulah—tetapi kenapa dia yang harus menanggung akibatnya? Tentu ia tak berani mengatakannya pada Ryota. “Lalu siapa yang akan mengantar dan menjemput Anya? Kak Ryo… Kakak tidak bisa sembarang percaya orang, bukan?”

"Kau benar," jawab Ryota, singkat. Tatapannya sejenak melintas ke arahnya, dingin dan tajam. Cukup untuk membuat bulu kuduk Amanda berdiri. Seolah hendak berkata: kau pun bukan pengecualian.

Amanda segera pergi pulang. Jika bukan karena desakan ibunya, ia takkan pernah berkhayal menjadi istri Ryota—menggantikan mendiang kakaknya.

Ryota memang pria dengan kekayaan luar biasa. Tapi sorot matanya... seolah menyimpan niat membunuh seseorang.

Begitu Amanda pergi, Ryota melangkah menuju rak buku di kamar Anya. Tatapannya berubah lembut, meski wajahnya tetap tenang seperti biasa.

“Anya, jika Anya tidak menyukai buku-buku ini, Papa akan membuang semuanya besok,” ucap Ryota sembari meletakan buku yang ditangkapnya tadi di rak buku.

Gadis kecil itu menatapnya dengan ekspresi pura-pura kesal. “Papa lama.”

Ryota mengangkat sebelah alis. “Lama?”

“Anya nunggu Papa!” seru gadis kecil itu dengan nada keras.

Alih-alih menegurnya, Ryota justru tersenyum. “Kalau begitu, Papa akan mendengarkan cerita Anya setelah mandi.”

Anya mengerjap. “Benar, ya?”

“Ya. Tapi Anya harus merapikan kamar dulu.”

Gadis kecil itu tampak berpikir serius sejenak—lalu mengangguk cepat. Tapi Ryota tahu, janji itu hanya bertahan beberapa detik.

Benar saja. Saat ia baru melangkah ke kamarnya sendiri, suara langkah kecil mengikuti dari belakang.

“Anya?”

“Nanti aja rapihinnya, sekarang Anya mau istirahat dulu,” celotehnya cepat, lalu berlari mendahului dan melompat ke atas tempat tidur ayahnya, tubuh mungilnya berguling riang di atas selimut tebal.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Ryota keluar dengan rambut sedikit basah, dan mendapati Anya sudah tertidur di tempat tidurnya. Tubuh kecil itu meringkuk, memeluk bantal besar yang lebih tinggi dari dirinya. Napasnya teratur. Damai.

Ia berjalan pelan, menarik selimut hingga menutupi tubuh putri kecilnya. Lalu duduk di tepi ranjang, memandanginya dalam diam.

Dunia luar boleh melihatnya sebagai pria yang tak tersentuh, ditakuti, dan tak pernah mengulang perintah dua kali. Tapi di dalam rumahnya, ada satu hal yang tak bisa dia kendalikan.

Anya.

***

Pagi itu, di ruang kerja Ryota Kenneth yang megah, Erol berdiri di sana untuk melaporkan hasil investigasinya tentang Daris.

Ryota menerima tablet itu tanpa banyak bicara. Ia menggulirkan layar perlahan. Jemarinya mengetuk permukaan mejanya, seperti dentingan jam yang menghitung waktu.

"Perusahaan ini sedang mengalami masalah keuangan," gumamnya. Lalu, tanpa mengangkat kepala, ia bertanya, "Dan wanita itu?"

Erol dengan tenang menjawab, "Pernah bekerja di Australia dua tahun, lalu menjadi sekretaris Tuan Daris. Rekam jejak hukum bersih. Dari riwayat keuangannya, dia memiliki gaya hidup konsumtif."

Ryota menyeringai kecil, senyum yang lebih menyerupai ekspresi seorang pemangsa yang baru saja menemukan kelemahan targetnya.

Dengan gerakan santai, ia meraih ponselnya dan menekan nomor.

"Siapkan skenario proyek fiktif. Tawaran kerja sama harus masuk ke Asterra Land Development hari ini. Dan pastikan Daris Hamit yang menandatangani dokumen itu," titahnya pada seseorang yang mendengarkannya dengan patuh di ujung telepon.

Erol tetap diam, memperhatikan ekspresi tuannya.

Dari seberang telepon, suara lain terdengar. “Jika semuanya berjalan sesuai rencana, dana akan masuk ke rekeningnya dalam dua hari.”

Setelah menutup panggilan teleponnya, Ryota beralih pada Erol. "Cari tahu butik perhiasan langganan wanita itu," perintahnya pada Erol.

"Baik,"

"Dan minta mereka mengirimkan Voucher Diskon khusus pasangan VIP,"

Erol mengangguk paham sebelum berbalik pergi untuk mengeksekusi perintah itu.

Ryota menautkan jemarinya di depan wajahnya. 'Jika wanita itu diberi tawaran yang menggiurkan, dia akan memaksa Daris membuka dompetnya. Dan pria seperti Daris, sekali mencium aroma uang, pasti akan memamerkannya—pada wanita simpanannya,' pikirnya. Senyum tipis mengembang di wajahnya.

Ryota tidak peduli jika harus mengeluarkan banyak uang untuk mencapai tujuannya.

Elara harus ada di sana, dan melihat pria itu bersama selingkuhan. Hingga wanita itu tak punya pilihan lain selain menoleh ke arah satu-satunya tangan yang terulur padanya. Yaitu dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Penghianatan

    Tiga hari kemudian. Ryota muncul di halaman TK tempat putrinya bersekolah, menjelang pulang. Di antara deretan mobil mewah dan anak-anak berseragam rapi, para ibu muda berpenampilan glamor berbincang santai—dengan tas bermerek, sepatu hak tinggi, dan senyum yang lebih sering dibuat-buat. Namun, suasana itu sedikit berubah saat Ryota melangkah keluar dari mobil hitamnya. Pria itu langsung menyedot perhatian. Beberapa ibu muda menoleh, sebagian melirik dari balik kacamata hitam mereka, saling berbisik pelan di antara rasa penasaran dan kekaguman. Beberapa guru perempuan pun tak bisa menahan pandang, meski kemudian pura-pura sibuk mengatur anak-anak. Tapi Ryota tak memperhatikan siapa pun. Tatapannya tajam, langsung tertuju pada satu sosok yang baru saja memarkirkan motornya. ElaraWanita itu turun dari motornya dengan gerakan cepat dan tenang. Helm masih menutupi kepalanya, tapi Ryota sudah mengenal siluet itu. Langkahnya mantap saat mendekat.Baru saja Elara hendak melepas helm, s

    Last Updated : 2025-05-02
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 1

    “Elara! Kenapa lantai ruang makan masih kotor?!”Suara itu memecah pagi seperti sirene. Elara Maheswari tersentak, tangannya yang tengah mengaduk sayur hampir menjatuhkan sendok. Jantungnya berdegup kencang. Bukan karena takut, tapi karena sudah terlalu sering dibentak seperti itu, dan tetap saja tubuhnya belum kebal.Rahayu berdiri di ambang pintu dapur. Wajah wanita paruh baya itu masam, matanya menyapu ruangan seolah mencari celah kesalahan.“Baru saja Elara pel, Ma,” sahut Elara pelan.“Jangan banyak alasan!” potong Rahayu tajam. “Ini juga, kenapa masaknya lama? Kau mau bikin suamimu dan adik-adiknya telat ke kantor dan kampus, hah?”Elara menunduk. “S-sebentar lagi, Ma…”Tanpa diminta, tangannya langsung bergerak lebih cepat. Menyendok nasi, mengaduk tumisan, memeriksa ayam di penggorengan. Semuanya dilakukan dengan napas yang tersengal. Sejak dini hari ia belum berhenti. Menyapu, mencuci, menyiapkan sarapan. Dan sekarang, dimarahi seolah ia belum melakukan apa-apa. Usianya bar

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 2

    “Tidak mungkin…” gumam Elara, nyaris tak terdengar.Ia mencondongkan tubuh, mencoba melihat lebih jelas ke arah mobil hitam di seberangnya. Kaca film yang gelap memang menyamarkan.Siapa wanita itu? Kenapa ada di sana?Jantung Elara berdegup kencang. Ia belum bisa mengalihkan pandangannya saat lampu hijau menyala di sisi mobil itu. Mobil Daris perlahan bergerak maju.Elara hanya bisa menatap saat kendaraan itu menjauh. Haruskah ia mengejar? Haruskah ia tahu lebih jauh?Belum sempat ia mengambil keputusan, ponselnya bergetar di saku jaket. Getaran itu terasa seperti cengkeraman yang menariknya kembali ke kenyataan. Ia tak perlu melihat layar. Sudah tahu siapa yang menelepon.Ibu mertuanya.“Elara! Ke mana saja?! Belanja kok lama? Jangan-jangan kau malah keluyuran dulu?!” Suara itu menghantam seperti tamparan. Kasar. Langsung. Tanpa jeda. Tanpa peduli.“Elara… udah di jalan, Bu,” jawabnya pelan.Tapi Rahayu tidak berhenti mengomel. Suaranya terus mengalir di telinga seperti pisau tumpu

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 3

    Elara seketika mematung mendengarnya. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Ia tidak sengaja melirik ke arah ibu mertuanya yang sekarang berwajah masam dan mendelik ke arahnya. “Bukannya dia Elara? Menantu Bu Rahayu?” kata salah satu tamu yang lain. Wanita yang tadi menyapanya itu tampak salah tingkah. “Oh! Maaf ya, aku salah mengira,” katanya. “Aku nggak tahu kalau kamu Elara.” Elara memaksakan seulas senyum tipis. “Nggak apa-apa, Bu.” Untuk sejenak, suasana terasa sangat canggung. “Kamu nggak kerja?” Kemudian, pertanyaan itu meluncur dengan nada ringan, sekadar berbasa-basi. Elara hampir membuka mulutnya untuk menjawab, tapi ibu Rahayu sudah lebih dulu menimpali. “Elara ini memang di rumah saja. Tanggung jawab Daris yang cari uang sebagai kepala keluarga.” Tamu itu terkekeh. “Wah, iya juga. Apalagi kalau suaminya sukses, buat apa repot-repot kerja?” Obrolan berlanjut dengan canda tawa, sementara Elara hanya bisa diam, menyelesaikan tugasnya sebelum kembali ke dapur. Ta

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 4

    Elara hanya diam, terlalu terkejut karena tiba-tiba dicecar. “Ibu, kenapa tante itu marah-marah?” tanya Arka ketakutan. Bu Rina mencoba menenangkan, "Bu Amanda, tolong tenang dulu—" "Tidak, Bu Rina! Wanita miskin ini berani-beraninya menyentuh Anya!" Amanda—wali Anya itu—kembali menyerang Elara dengan kasar. "Aku tahu maksudmu! Kau mau menjilat keluarga kaya biar dapat imbalan, kan?" Alih-alih membalas, Elara memilih menenangkan mental putranya dari orang dewasa yang berteriak kepada ibunya. Ia menatap Arka dengan lembut. "Arka, tante itu menjadi seperti itu karena sakit dan tidak mau minum obatnya. Ssst, ayo kita pergi," bisiknya pada Arka. Arka menatapnya dengan tatapan penuh mengerti. Jika dia sakit, maka dia harus minum obat. Kalau tidak, akan menjadi orang dewasa yang gila seperti tantenya Anya. Di sisi lain, meski hanya sekilas, Elara sempat melihat Anya tertawa karena ucapannya barusan. Ketika Elara berbalik untuk pergi, langkahnya mendadak berhenti dan mundur

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 5

    Pagi harinya, Ryota Kenneth duduk di belakang meja besar berbahan kayu mahal, ruang kerjanya luas dan minimalis, didominasi warna monokrom. Tangannya yang kokoh membolak-balik beberapa dokumen, matanya tajam membaca angka-angka di layar laptopnya. Bagi Ryota Kenneth yang memiliki Ryota Energy Corp., sebuah perusahaan energi terbarukan dan distribusi listrik, efisiensi adalah segalanya. Ketukan di pintu besar yang menghubungkan ruangannya dengan ruang sekretaris sedikit mengusik konsentrasinya. Erol, asistennya, masuk dengan langkah mantap. Di tangannya, sebuah tablet menyala, menampilkan informasi yang telah ia kumpulkan. "Ini informasi yang Anda minta," kata Erol sambil menekan layar, memperbesar foto yang muncul. "Elara Maheswari, istri dari Daris Hamit. Mereka memiliki seorang anak dari pernikahan Daris sebelumnya,” terangnya kemudian. Sebelah alis Ryota terangkat ketika meneliti wajah Daris di layar. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya. "Dia adalah Daris Hamit dari Asterra

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 6

    Daris pulang ke rumahnya, setelah menghabiskan dua malam bersama Vanessa. Ia langsung melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa dengan asal. Elara, yang masih duduk di lantai menemani Arka membaca ensiklopedia anak, mendongak sesaat. Bau parfum asing samar tercium saat Daris melewati mereka. Tapi Elara tidak bertanya. Seperti biasa, ia memilih diam. Daris membuka kancing atas kemejanya, lalu menoleh ke arah Elara dengan ekspresi datar. “Ambil tas pakaian kotorku di mobil.” Elara meletakkan buku di pangkuannya, bersiap bangkit. Tapi sebelum ia sempat bergerak, Arka sudah lebih dulu berbicara. “Kenapa Ibu yang ambil?” protes bocah kecil itu dengan wajah cemberut. Elara terkejut. Biasanya Arka tidak pernah berkata seperti itu. Anak itu hanya berusia empat tahun, tapi kini matanya menatap ayahnya dengan ketidaksetujuan. Daris menghentikan langkahnya, lalu menoleh tajam ke arah putranya. “Apa?” desisnya.“Ibu capek...” lanjutnya lirih, tangannya menggenggam ujung bajunya sendiri.

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Penghianatan

    Tiga hari kemudian. Ryota muncul di halaman TK tempat putrinya bersekolah, menjelang pulang. Di antara deretan mobil mewah dan anak-anak berseragam rapi, para ibu muda berpenampilan glamor berbincang santai—dengan tas bermerek, sepatu hak tinggi, dan senyum yang lebih sering dibuat-buat. Namun, suasana itu sedikit berubah saat Ryota melangkah keluar dari mobil hitamnya. Pria itu langsung menyedot perhatian. Beberapa ibu muda menoleh, sebagian melirik dari balik kacamata hitam mereka, saling berbisik pelan di antara rasa penasaran dan kekaguman. Beberapa guru perempuan pun tak bisa menahan pandang, meski kemudian pura-pura sibuk mengatur anak-anak. Tapi Ryota tak memperhatikan siapa pun. Tatapannya tajam, langsung tertuju pada satu sosok yang baru saja memarkirkan motornya. ElaraWanita itu turun dari motornya dengan gerakan cepat dan tenang. Helm masih menutupi kepalanya, tapi Ryota sudah mengenal siluet itu. Langkahnya mantap saat mendekat.Baru saja Elara hendak melepas helm, s

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 7

    Amanda segera bangkit dari sofa dan menghampiri Ryota dengan senyum manis, sementara kedua pengasuh Anya langsung pergi keluar. "Kak Ryo, Anya masih tidak mau tidur. Aku sudah mencoba berbagai cara membujuknya," ucap Amanda dengan suara rendah, seperti desahan halus yang disengaja. Ryota tidak menanggapi. Matanya menyapu seluruh ruangan, memperhatikan kekacauan yang dibuat putrinya. “Sudah malam,” katanya pada Amanda akhirnya “Kau sebaiknya pulang.” Amanda tersenyum menggoda. Matanya tak lepas dari wajah Ryota. Ia menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya menggulung rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. “Aku bisa menginap,” Gadis itu terlalu sering mencari-cari alasan untuk berlama-lama di rumah Ryota. Meski samar, ia berusaha menggoda—lewat gerak tubuhnya, intonasi suaranya, cara ia menatap dan berbicara. Namun semua itu tak membangkitkan apa pun dalam diri Ryota. Tak sedikit pun "Kau tak perlu repot lebih jauh," ucap Ryota, nadanya sedikit menur

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 6

    Daris pulang ke rumahnya, setelah menghabiskan dua malam bersama Vanessa. Ia langsung melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa dengan asal. Elara, yang masih duduk di lantai menemani Arka membaca ensiklopedia anak, mendongak sesaat. Bau parfum asing samar tercium saat Daris melewati mereka. Tapi Elara tidak bertanya. Seperti biasa, ia memilih diam. Daris membuka kancing atas kemejanya, lalu menoleh ke arah Elara dengan ekspresi datar. “Ambil tas pakaian kotorku di mobil.” Elara meletakkan buku di pangkuannya, bersiap bangkit. Tapi sebelum ia sempat bergerak, Arka sudah lebih dulu berbicara. “Kenapa Ibu yang ambil?” protes bocah kecil itu dengan wajah cemberut. Elara terkejut. Biasanya Arka tidak pernah berkata seperti itu. Anak itu hanya berusia empat tahun, tapi kini matanya menatap ayahnya dengan ketidaksetujuan. Daris menghentikan langkahnya, lalu menoleh tajam ke arah putranya. “Apa?” desisnya.“Ibu capek...” lanjutnya lirih, tangannya menggenggam ujung bajunya sendiri.

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 5

    Pagi harinya, Ryota Kenneth duduk di belakang meja besar berbahan kayu mahal, ruang kerjanya luas dan minimalis, didominasi warna monokrom. Tangannya yang kokoh membolak-balik beberapa dokumen, matanya tajam membaca angka-angka di layar laptopnya. Bagi Ryota Kenneth yang memiliki Ryota Energy Corp., sebuah perusahaan energi terbarukan dan distribusi listrik, efisiensi adalah segalanya. Ketukan di pintu besar yang menghubungkan ruangannya dengan ruang sekretaris sedikit mengusik konsentrasinya. Erol, asistennya, masuk dengan langkah mantap. Di tangannya, sebuah tablet menyala, menampilkan informasi yang telah ia kumpulkan. "Ini informasi yang Anda minta," kata Erol sambil menekan layar, memperbesar foto yang muncul. "Elara Maheswari, istri dari Daris Hamit. Mereka memiliki seorang anak dari pernikahan Daris sebelumnya,” terangnya kemudian. Sebelah alis Ryota terangkat ketika meneliti wajah Daris di layar. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya. "Dia adalah Daris Hamit dari Asterra

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 4

    Elara hanya diam, terlalu terkejut karena tiba-tiba dicecar. “Ibu, kenapa tante itu marah-marah?” tanya Arka ketakutan. Bu Rina mencoba menenangkan, "Bu Amanda, tolong tenang dulu—" "Tidak, Bu Rina! Wanita miskin ini berani-beraninya menyentuh Anya!" Amanda—wali Anya itu—kembali menyerang Elara dengan kasar. "Aku tahu maksudmu! Kau mau menjilat keluarga kaya biar dapat imbalan, kan?" Alih-alih membalas, Elara memilih menenangkan mental putranya dari orang dewasa yang berteriak kepada ibunya. Ia menatap Arka dengan lembut. "Arka, tante itu menjadi seperti itu karena sakit dan tidak mau minum obatnya. Ssst, ayo kita pergi," bisiknya pada Arka. Arka menatapnya dengan tatapan penuh mengerti. Jika dia sakit, maka dia harus minum obat. Kalau tidak, akan menjadi orang dewasa yang gila seperti tantenya Anya. Di sisi lain, meski hanya sekilas, Elara sempat melihat Anya tertawa karena ucapannya barusan. Ketika Elara berbalik untuk pergi, langkahnya mendadak berhenti dan mundur

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 3

    Elara seketika mematung mendengarnya. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Ia tidak sengaja melirik ke arah ibu mertuanya yang sekarang berwajah masam dan mendelik ke arahnya. “Bukannya dia Elara? Menantu Bu Rahayu?” kata salah satu tamu yang lain. Wanita yang tadi menyapanya itu tampak salah tingkah. “Oh! Maaf ya, aku salah mengira,” katanya. “Aku nggak tahu kalau kamu Elara.” Elara memaksakan seulas senyum tipis. “Nggak apa-apa, Bu.” Untuk sejenak, suasana terasa sangat canggung. “Kamu nggak kerja?” Kemudian, pertanyaan itu meluncur dengan nada ringan, sekadar berbasa-basi. Elara hampir membuka mulutnya untuk menjawab, tapi ibu Rahayu sudah lebih dulu menimpali. “Elara ini memang di rumah saja. Tanggung jawab Daris yang cari uang sebagai kepala keluarga.” Tamu itu terkekeh. “Wah, iya juga. Apalagi kalau suaminya sukses, buat apa repot-repot kerja?” Obrolan berlanjut dengan canda tawa, sementara Elara hanya bisa diam, menyelesaikan tugasnya sebelum kembali ke dapur. Ta

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 2

    “Tidak mungkin…” gumam Elara, nyaris tak terdengar.Ia mencondongkan tubuh, mencoba melihat lebih jelas ke arah mobil hitam di seberangnya. Kaca film yang gelap memang menyamarkan.Siapa wanita itu? Kenapa ada di sana?Jantung Elara berdegup kencang. Ia belum bisa mengalihkan pandangannya saat lampu hijau menyala di sisi mobil itu. Mobil Daris perlahan bergerak maju.Elara hanya bisa menatap saat kendaraan itu menjauh. Haruskah ia mengejar? Haruskah ia tahu lebih jauh?Belum sempat ia mengambil keputusan, ponselnya bergetar di saku jaket. Getaran itu terasa seperti cengkeraman yang menariknya kembali ke kenyataan. Ia tak perlu melihat layar. Sudah tahu siapa yang menelepon.Ibu mertuanya.“Elara! Ke mana saja?! Belanja kok lama? Jangan-jangan kau malah keluyuran dulu?!” Suara itu menghantam seperti tamparan. Kasar. Langsung. Tanpa jeda. Tanpa peduli.“Elara… udah di jalan, Bu,” jawabnya pelan.Tapi Rahayu tidak berhenti mengomel. Suaranya terus mengalir di telinga seperti pisau tumpu

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 1

    “Elara! Kenapa lantai ruang makan masih kotor?!”Suara itu memecah pagi seperti sirene. Elara Maheswari tersentak, tangannya yang tengah mengaduk sayur hampir menjatuhkan sendok. Jantungnya berdegup kencang. Bukan karena takut, tapi karena sudah terlalu sering dibentak seperti itu, dan tetap saja tubuhnya belum kebal.Rahayu berdiri di ambang pintu dapur. Wajah wanita paruh baya itu masam, matanya menyapu ruangan seolah mencari celah kesalahan.“Baru saja Elara pel, Ma,” sahut Elara pelan.“Jangan banyak alasan!” potong Rahayu tajam. “Ini juga, kenapa masaknya lama? Kau mau bikin suamimu dan adik-adiknya telat ke kantor dan kampus, hah?”Elara menunduk. “S-sebentar lagi, Ma…”Tanpa diminta, tangannya langsung bergerak lebih cepat. Menyendok nasi, mengaduk tumisan, memeriksa ayam di penggorengan. Semuanya dilakukan dengan napas yang tersengal. Sejak dini hari ia belum berhenti. Menyapu, mencuci, menyiapkan sarapan. Dan sekarang, dimarahi seolah ia belum melakukan apa-apa. Usianya bar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status