Share

KECEWA

Bab. 03 KECEWA

"Mas, kamu dimana?" tanya Rachel yang sudah siap dengan gaun berwarna biru dongker yang panjangnya dibawah lutut. Di lehernya pun tersemat kalung emas dengan bandul berbentuk tabung kecil berhias permata biru, senada dengan gaunnya.

"Aku masih meeting, Sayang. Sudah dulu ya." 

~Tut~tut~tut~

Teleponnya langsung terputus tanpa mendengar perkataan Rachel.

"Apa katanya tadi? Dia masih meeting?" Rachel mendesis, kesal sekaligus shock mendengar jawaban suaminya.

Padahal jelas-jelas Rachel meminta waktunya malam ini untuk dikosongkan. Tapi, Anto... tetap lupa dengan janjinya. Rachel bukan mengatakan hal itu satu dua hari lalu. Akan tetapi sejak sebulan lalu.

Ya, wanita itu sengaja meminta waktu lowong pada suaminya jauh-jauh hari sebelum hari H supaya Anto bisa menyiapkannya tanpa ada drama meeting dadakan.

Tapi apa yang terjadi? Malam ini tetap saja pria itu ingkar janji. Sia-sia sudah rencana indah yang sudah Rachel susun dengan masak-masak. Sore tadi ia sengaja membawa Rayhan--putranya menginap di rumah kedua orang tuanya.

Rachel pun sengaja memasak hidangan istimewa kesukaan Anto untuk disajikan saat makan malam mereka. 

Ya, hari ini adalah anniversary Rachel dan Anto. Pernikahan mereka sudah berjalan tujuh tahun tepat hari ini. Dan Rachel sudah merencanakan perayaan sederhana bersama dengan suaminya. 

Anto pun sudah mengiyakannya. Pria itu berjanji akan mengosongkan jadwalnya malam hari ini.

Tapi apa yang terjadi? Semuanya hanya omong kosong.

Lagi-lagi Anto melupakan hari jadi pernikahan mereka. Untuk kesekian kalinya, Rachel dikecewakan.

Bi Suri, yang kebetulan melihat kesedihan majikannya jadi prihatin dan kasihan. Bukan apa-apa, Bi Suri menyaksikan sendiri bagaimana majikannya itu menyiapkan sendiri hidangan makanan yang tersaji di meja makan malam ini.

Tapi pada kenyatannya, majikannya harus menelan kecewa lagi. "Kasian, Nyonya…," gumam Bi Suri merasa iba.

"Bi, tolong bereskan meja ya," titah Rachel kemudian masuk ke kamar dengan langkah gontai.

Wanita itu berjalan menuju meja rias begitu masuk ke kamar. Beberapa saat, Rachel memandangi wajah dan tampilannya di depan pantulan cermin segiempat yang ada di depannya.

Rachel tertawa miris menyaksikan usahanya yang sia-sia. Usaha untuk memperbaharui perasaannya terhadap sang suami yang ia rasa sudah mulai hilang rasa sayang dan cintanya. Entahlah apa namanya itu. Yang jelas Rachel ketika bersama Anto, sudah tidak ada getaran apapun yang ia rasakan.

Hambar, tidak ada gairah. Bahkan Rachel lebih senang kalau suaminya itu tidak pulang lagi sekalian ke rumah.

Toh, bagus kan. Sekalian saja dia tidak punya suami. Mungkin hidupnya bisa lebih bahagia. Wanita itu menggeleng kepala beberapa kali, demi mengenyahkan pemikiran konyolnya.

Rachel menumpukan dua tangannya di atas meja rias. Pandangan masih tertuju pada cermin di hadapannya.

"Apakah aku ini tidak cukup menarik di matamu, Mas? Sampai-sampai aku minta malam ini saja waktu kamu untuk kita duduk berdua. Makan malam bersama, itu pun tak bisa kau penuhi?" Rachel menertawai dirinya sendiri.

Ia lantas duduk di kursi. Kemudian mulai berniat menghapus make up yang sudah ia pakai tadi. Percuma juga ia mempercantik dirinya. Toh, suaminya lebih memilih meeting dengan orang kantornya dibandingkan meluangkan waktu untuknya.

Padahal Rachel tidak memintanya setiap waktu. Sekali ini saja. Tapi, apa yang Rachel dapat. KEKECEWAAN. 

Terbersit di benak Rachel untuk menyudahi pernikahan yang sudah terasa hambar ini. Namun, ia masih ingat dengan putranya, Rayhan.

Selama beberapa tahun terakhir pernikahannya dan Anto, pria itu memang terlampau cuek dan jarang memberikan Rachel perhatian layaknya seorang suami pada istrinya. 

Meskipun diawal-awal Anto bersikap demikian Rachel bisa memakluminya. Tapi tidak akhir-akhir ini. Wanita itu merasa materi apapun yang Anto berikan padanya, tidak akan bisa mengganti perhatian dan waktu pria itu untuknya.

Rachel butuh teman bicara. Berbagi cerita tentang aktivitas-aktivitas sehari-hari setiap menjelang tidur. Atau kalau tidak bisa setiap malam mereka melakukan itu, Rachel maunya dalam sepekan Anto bisa meluangkan waktu untuk bersama istri dan anaknya di rumah. 

Tidak perlu liburan ke luar pulau atau ke luar negeri. Stay di rumah saja. Tapi waktunya berkualitas. Bermain bersama Rayhan, putra mereka. Bercengkrama dengannya. Itu saja sudah cukup untuk Rachel.

Wanita itu terisak di sana. Meratapi nasib yang hanya dijadikan sebagai istri pajangan bagi suaminya. Ingin mundur dari pernikahan, Rachel tidak bisa. Lebih tepatnya sangat sulit ia lakukan.

Ada anak dan juga kedua orang tuanya yang Rachel pikirkan. Dan pada akhirnya ia tidak bisa bersikap egois. 

Sekali lagi, Rachel memberikan kesempatan pada Anto. Kali ini Rachel tetap bertahan dalam pernikahannya yang hambar demi orang-orang yang ia sayangi. Khususnya untuk putranya. Biar bagaimanapun, apapun keputusan yang Rachel ambil, pasti akan memiliki dampak besar pada putranya yang masih berusia di bawah umur itu.

Usai menghapus makeup dengan menggunakan miceral water salah satu merek ternama di industri kosmetik dan skincare, Rachel segera mengambil baju tidur di lemari untuk mengganti gaun yang ia kenakan saat ini.

Bermalas-malasan jalan, wanita itu lakukan ketika mengayun langkah ke kamar mandi usai mengganti gaunnya dengan baju tidur batik merah muda yang bermodel setelan celana panjang.

Rachel ingin segera mengistirahatkan tubuh dan pikirannya malam ini. Rachel sudah memutuskan untuk tidak lagi mengemis perhatian dari Anto. Cukup sudah ia merendahkan dirinya di hadapan pria itu.

Kalau tidak ingat anak dan kedua orang tuanya yang begitu memuja Anto sebagai menantu idaman mereka, Rachel sudah dipastikan sudah lama meminta cerai.

Saat sudah selesai membersihkan wajahnya dengan sabun khusus wajah dan memakai serangkaian paket skincare rutinnya, Rachel segera kembali ke ranjang untuk beristirahat.

Namun ketika wanita itu sudah anteng dalam selimut dan merebahkan kepalanya di bantal, suara notifikasi ponselnya terdengar.

Penasaran, Rachel pun memutuskan untuk membacanya. Pikirnya, mungkin penting. Karena dikirim malam begini. Mengingat nomor W* miliknya tidak sembarangan diberikan pada orang. Hanya orang tertentu saja yang Rachel kasih.

Kening wanita itu mengerut ketika melihat nama kontak si pengirim pesan. Nama yang selama sebulan terakhir sudah tidak pernah muncul di daftar pesan masuk atau pun pesan keluarnya.

Pak Instruktur : Malam, Rachel. Maaf mengganggu. Saya tiba-tiba saja ingin mendengar suara kamu. Boleh saya menelpon? 

Itu isi pesan W* yang Arka kirim barusan.

Rachel berpikir sejenak sebelum membalasnya. Ia bingung harus menjawab apa. Namun pada akhirnya wanita itu memutuskan untuk mengiyakan permintaan Arka.

Rachel tidak tahu kalau sebenarnya Arka saat ini sedang berada di depan rumahnya. Pria itu nekat mendatangi rumah Rachel karena tidak bisa menahan kerinduannya pada wanita itu. Melihat kondisi rumah yang sepi, hanya ada mobil milik Rachel di garasi, Arka mencoba peruntungannya untuk mengirimkan pesan pada Rachel yang isinya meminta ijin agar ia bisa menelpon wanita itu.

Tapi siapa sangka kalau Rachel mengiyakannya.

Dari sinilah hubungan mereka dimulai. Arka melihat ada celah untuknya bisa masuk ke dalam kehidupan Rachel Azani. Satu-satunya wanita yang mampu membuatnya tertarik dan tergila-gila ingin memilikinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status