Share

Masih Memilih Setia

Bab.02 Masih Memilih Setia

"Ada apa Ra?" tanya Almira, saudara sepupu Rachel yang kebetulan berkunjung ke rumahnya. 

Wanita yang memiliki rambut bergelombang dicat pirang itu mengambil tempat duduk di sebelah Rachel yang tengah melihat-lihat brosur travel.

"Mau liburan ya?" tanya Almira lagi, yang ikut melihat brosur di tangan Rachel.

"Hem. Maunya sih gitu. Tapi gak tau deh Mas Anto. Kamu tahu sendiri gimana dia. Sibuknya minta ampun. Bahkan untuk sekedar berdiam di rumah sehari saja, Mas Anto gak pernah bisa," sahut Rachel mendesah malas. Wanita itu menyandarkan kepalanya ke belakang di punggung bangku yang ia duduki.

Almira menanggapi dengan gumaman oh saja. Memang ia tahu kalau suami dari sepupunya selalu saja sibuk bekerja di luar. Tapi, toh juga kesibukan Anto untuk Rachel dan putra mereka. 

Buktinya, baru beberapa tahun menikah tapi Rachel sudah memiliki rumah yang cukup besar juga kendaraan roda empat dua buah di rumahnya. Belum lagi anaknya Rachel mampu disekolahkan di salah satu sekolah elite di kota ini. 

Semua hal itu tentu saja tidak lepas dari pengamatan Almira. Diam-diam wanita itu merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh saudari sepupunya. Dia yang hanya seorang wanita janda karena diceraikan oleh suaminya tidak punya apa-apa. Bahkan untuk punya kendaraan roda dua saja, Almira harus kerja banting tulang hanya demi mengumpulkan uang untuk DP.

Belum lagi uang angsuran setiap bulannya yang harus ia pikirkan. 

Namun kondisi yang berbeda dengan Rachel. Saudari sepupunya itu seolah bisa mendapatkan semua dengan mudahnya. Tinggal minta pada suaminya langsung dikasih.

"Memang Mas Anto sibuk banget ya?" tanya Almira.

Rachel mengendikkan bahu, "Iya. Tau sendiri. Kalau akhir tahun seperti ini, dia selalu lembur. Kadang malah kerjaannya dibawa pulang ke rumah. Mana adak waktu untuk mikir liburan," paparnya.

Almira kembali hanya mengangguk paham. Lalu memilih untuk tidak berkata apa-apa lagi.

"Eh, tadi di telepon kamu katanya mau nawarin sesuatu. Apaan sih?" tanya Rachel yang kini teringat dengan pembicaraannya dengan Almira di telepon.

"Oh iya. Sampe lupa. Bentar ya aku ambil produknya dulu di motor." Almira baru ingat kalau tujuannya datang untuk menawarkan produk baru yang ia jual pada sepupunya.

"Kamu jualan produk apa lagi emang, Mir?" 

"Ada deh. Pokoknya kamu pasti suka. Ntar ya," sahut Almira yang kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju garasi dimana ia memarkirkan motornya.

Sedang Rachel memilih berpindah tempat duduk ke dalam. Sambil menunggu sepupunya mengambil produk yang ia sebutkan, Rachel menyuruh Mbok Ratmi, ART-nya untuk membuat minum untuknya dan Almira.

"Eh, pindah ke dalam ya?" ujar Almira yang sudah muncul dari luar dengan membawa tas belanja warna hijau berukuran sedang ditangannya.

"Iya nih. Di belakang lumayan panas hawanya. Di sini bisa ngadem di bawah AC," kata Rachel. "Mana produknya?" tanyanya sudah tidak sabaran.

Almira segera mengeluarkan produk terbaru ia jual dan menyodorkan pada Rachel.

"Ini apaan, Mir?" Rachel menelisik kemasan botol kecil yang ada di tangan. 

"Itu sabun pencuci area kewanitaan. Biar kembali keset dan kayak perawan lagi. Bagus buat kamu pakai biar Mas Anto makin lengket dan gak tergoda sama cewek-cewek di luar sana," jelas Almira mengenai produk jualannya.

Rachel berpikir sejenak, menimbang apakah akan membelinya atau tidak. Ia teringat kalau seminggu lagi adalah hari ulang tahun pernikahannya dan Anto. 

Dan... sepertinya memberikan kejutan pada suaminya adalah hal yang bagus. Rachel berencana akan mengajak Anto untuk menginap di hotel semalam. Kalau soal anak mereka, Rachel akan menitipkan ke orang tuanya. Toh, cuma semalam saja.

Tidak akan membuat Bapak dan Ibu Rachel repot. Malah kedua orang tuanya akan senang. Sekarang yang penting dia bisa meyakinkan suaminya agar mau diajak menginap di hotel satu malam saat hari perayaan pernikahan mereka.

Rachel akan memakai produk yang ditawarkan oleh Almira untuk membuat suaminya puas dengan pelayanannya di ranjang. Ya, minimal momen pengantin baru bisalah terulang.

Itu yang dipikirkan oleh Rachel. 

"Oke deh, Mir. Aku ambil satu. Mau nyoba dulu. Kalau hasilnya bagus, nanti aku bakalan repeat order lagi sekaligus aku promoin sama ibu-ibu arisan di komplek ini," ujar Rachel yang akhirnya memutuskan untuk membeli produk kewanitaan yang ditawarkan Almira.

Di tempat lain…

Tampak Arka sedang beristirahat di ruang khusus instruktur yang ada di lembaga kursus PANDAI MENGEMUDI. Pria itu memilih untuk berdiam di sana dari pada mengobrol dengan rekan yang lain di luar.

Sejak Rachel tidak datang lagi untuk melanjutkan latihannya, sejak itu pula Arka lebih banyak diam dan murung.

Bahkan beberapa ajakan teman wanitanya untuk check-in di hotel usai pulang bekerja, ia tolak mentah-mentah. Entah mengapa Arka tidak bisa mengenyahkan bayangan Rachel dari ingatannya. 

"Bagaimana kabarnya sekarang?" gumam Arka sembari membayangkan wajah Rachel tengah tersenyum padanya.

Pria itu mengusap kasar wajahnya. Mengapa ia tidak bisa melupakan sosok Rachel? Bayangan wanita itu selalu hadir dalam benaknya. Bahkan ketika bertemu dengan wanita baru, yang jauh lebih cantik dan menarik dari Rachel, tetap saja pikiran Arka tertuju pada Rachel.

Semangat hidupnya pun terasa hilang. Seperti yang dilakukan oleh pria itu sekarang. Dibandingkan dengan bercengkrama dengan rekannya sesama instruktur, Arka lebih memilih untuk berdiam di ruang istirahat.

Beberapa kali sebenarnya Arka berniat menghubungi Rachel, namun ia takut kalau yang menjawab panggilannya adalah suami wanita itu. Sungguh, Arka tidak mau kalau sampai Rachel ribut dengan suaminya hanya karena telponnya.

Makanya, Arka menahan diri dengan keras untuk tidak menghubungi wanita itu.

***

Rachel baru saja selesai membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Menunggu suaminya pulang bekerja adalah hal yang tidak mau ia lakukan lagi.

Terlebih lagi di penghujung tahun seperti ini. Anto akan selalu sibuk mengurus beberapa pekerjaan yang sudah deadline. Rachel juga tidak bisa sepenuh menyalahkan Anto karena hal itu. Toh, Anto bekerja sekeras itu demi untuknya dan juga putra mereka.

Rachel menghela nafas panjang saat melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Idealnya sebenarnya orang bekerja hanya sampai sore hari. Tapi ini... suaminya bahkan menjadikan kantornya sebagai rumah.

Dan rumah hanya tempatnya transit layaknya hotel.

Miris, memang. Meskipun memiliki materi yang bisa dikatakan berkecukupan, namun sayang dia tidak mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya ia inginkan dalam hidup.

Entah mengapa, apa yang Anto berikan padanya terasa kosong bagi Rachel. Rumah, mobil juga tunjangan bulanan yang lumayan tetap saja tidak bisa mengisi kekosongan hatinya. 

Apa yang harus ia lakukan untuk mengisi kekosongan itu? Sedangkan ia tidak diberikan opsi untuk memilih atau pun menyampaikan uneg-unegnya. Dalam kegamangannya itu, tiba-tiba terlintas di benaknya bayangan seseorang yang hampir ia lupa sosoknya seperti apa.

Rachel langsung menghalau bayangan pria yang muncul di otaknya. "Ingat, Rachel. Kamu itu udah nikah. Udah punya anak. Tidak pantas memikirkan pria lain!" ucap Rachel pada dirinya.

Bagaimana pun buruknya kondisi hati wanita itu beberapa hari terakhir, Rachel tetap tidak akan membiarkan pihak ketiga masuk dalam kehidupan rumah tangganya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status