Share

Melanggar Prinsip

Bab.05 Melanggar Prinsip

"Apa yang membuat kamu suka sama aku?" tanya Rachel sambil menikmati makanan yang tersaji di depannya.

Saat ini keduanya tengah berada di sebuah rumah makan yang menyediakan hidangan ikan bakar dengan banyak pilihan jenis ikan laut. 

Arka meneguk air putih sejenak. Menyingkirkan piring di depannya yang memang makanannya sudah tandas. "Menurut kamu, apa?" tanyanya balik dengan tidak memalingkan sedikit pun pandangannya dari Rachel.

Ditatap seperti itu, tentu saja membuat Rachel jadi salah tingkah. Memang, dia bukanlah seorang gadis remaja yang baru saja merasakan indahnya cinta. Namun tetap saja, mendapat tatapan penuh pemujaan oleh lawan jenisnya, membuat Rachel tersipu malu.

Pipinya sudah merona, bukan karena perona pipi. Tapi karena hawa tubuhnya mendadak panas. 

Wanita itu melipat bibir ke dalam, menggerakkan tangan untuk mengipasi wajahnya berharap rona di wajahnya tidak tampak oleh Arka.

Tapi harapan Rachel tidak terkabul. Pria di depannya malah tersenyum simpul melihat tingkah malu-malu Rachel. 

Dan untuk pertama kalinya Arka yakin dengan seyakin-yakinnya kalau ia sudah jatuh cinta pada wanita yang ada di hadapannya.

Dan untuk pertama kalinya juga bagi seorang Arka ada wanita yang mampu menyentuh hatinya yang terdalam.

"Ka, ngapain sih lihatinnya gitu banget? Ada yang salah sama aku?" tegur Rachel karena sudah sejak tadi Arka tidak berkedip menatapnya.

Wanita itu sampai menggoyang-goyangkan tangan di depan wajah Arka. 

Arka mengerjap beberapa kali, baru tersadar dari lamunannya. Rupanya sejak tadi ia tenggelam dalam khayalan indah yang otaknya ciptakan.

Sekarang ia harus kembali ke kehidupan nyata dimana ia sadar kalau wanita di depannya itu adalah istri orang. 

Wanita yang sebenarnya tidak bisa dimiliki seutuhnya seperti keinginan Arka.

Namun sebagaimana yang sudah ia bahas sebelumnya dengan Rachel, dimana keduanya sepakat untuk menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi.

Bagi Arka, tidak ada pilihan lain. Hanya itu satu-satunya cara untuk bersama dengan wanita idamannya. Daripada tidak sama sekali. 

Padahal kalau Arka mau, di luaran sana ada banyak wanita single yang mendekatinya. Tidak terikat dalam pernikahan. Tapi pria itu menolak.

Bahkan sejak saat ia sudah mulai dekat dengan Rachel, perlahan Arka sudah memutuskan kontaknya dengan beberapa wanita yang selama ini selalu menghangatkan ranjangnya. Juga dengan seorang wanita yang selama ini menjadi friend with benefitnya.

Akan tetapi, masih ada satu orang yang Arka belum bisa lepaskan sampai detik ini. Bukan karena ia cinta pada wanita itu. Tapi ada alasan lain. Apalagi hubungan mereka memang terbilang rumit serumit labirin.

"Kamu cantik, Ra. Aku suka. Tidak, mungkin sekarang aku sudah jatuh cinta sama kamu," ungkap Arka, sungguh-sungguh.

Rachel yang mendengarnya terlihat membesarkan bola mata. Kelopak mata wanita itu tampak membukakan tutup, karena tidak yakin dengan apa yang barusan ia dengar.

'Kenapa sih, Pria itu selalu saja bikin aku melayang? Kalau begini gimana aku gak baper coba?' ucap Rachel dalam hati. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Bahkan mulut wanita itu menganga, tanpa sadar mendapatkan pernyataan cinta yang kesekian kalinya dari Arka.

Ya, Arka memang memang kerap kali memberikan kata-kata cinta untuk Rachel. Dan hal itu membuat Rachel bahagia. Adalah hal yang tak pernah ia dapatkan dari suaminya selama ini. Selain nafkah lahir yang berupa materi saja. 

Padahal sejatinya, seorang wanita yang dinikahi memiliki hak untuk mendapatkan nafkah lahir dan batin. Nafkah batin di sini tidak melulu hanya seks semata. Akan tetapi ada banyak cara untuk memenuhi kebutuhan batin seorang wanita. Misalnya dengan memberikan perhatian dan ucapan cinta, lebih dari cukup untuk bagi mereka.

Namun sayangnya kebanyakan pria yang sudah lama hidup bersama dengan istrinya menganggap hal tersebut tidak penting. Padahal gara-gara hal yang dianggap tidak penting itulah malah bisa membuat si wanita akan mencari sosok pria lain yang bisa memberikan kenyamanan dan merasa disayang.

"Jangan gombal, deh. Aku gak mempan. Sepertinya kamu ini hobi ngegombalin perempuan ya?" kata Rachel pada akhirnya.

Arka terkekeh mendengar itu. "Memang, yang kamu bilang itu benar. Aku memang hobi menggombali perempuan di luar sana," sahut Arka, membuat wajah Rachel cemberut di sana. "Tapi, itu dulu, Ra. Sebelum bertemu dengan kamu. Ngerti?" tambahnya, sungguh-sungguh.

Rachel tidak serta merta percaya begitu saja dengan pengakuan Arka. "Ck, dasar buaya buntung. Paling jago kalo ngeles!" semburnya yang masih tidak percaya.

"Hahaha, lalu cara ngebuktiinnya gimana dong, Ra? Apa aku harus belah dada ini dan kamu liat sendiri isinya hanya ada kamu?" ujar Arka, terbahak. Kalau dulu dia berkata seperti itu pada wanita yang tengah dekat dengannya hanya sebagai gombalan saja, tapi kali ini, Arka serius mengucapkannya.

Arka benar-benar merasakan ketertarikan yang nyata pada Rachel. Bahkan kalau wanita itu bersedia untuk menikah dengannya saat ini juga maka ia akan mengabulkannya.

Satu hal yang Arka tidak pernah mau lakukan. Yakni berkomitmen dalam satu ikatan pernikahan dengan wanita. Arka sangat menghindari hal itu. 

Tapi dengan Rachel, ia bersedia melewati batasan itu. Ia bersedia membuang prinsip hidupnya selama ini. Ia bersedia menjadi seorang pria yang terikat dengan satu wanita saja dalam hidupnya.

Dan wanita itu adalah Rachel. Namun sayangnya hal itu nyaris bisa diwujudkan oleh Arka.

Karena wanita yang ia ingin miliki seutuhnya itu sudah memiliki suami. Ditambah lagi ada seorang anak dalam pernikahan mereka. Otomatis Rachel akan berpikir seribu kali untuk bercerai dengan suaminya karena tidak mau berdampak negatif pada anaknya.

Arka bisa memahami itu.

Rachel memilih untuk melanjutkan makannya yang sejak tadi dibiarkan menganggur begitu saja karena asyik mengobrol dengan Arka.

"Ra, apa suatu saat nanti kamu mau menikah denganku?" 

Pertanyaan Arka sontak membuat Rachel tersedak karena kebetulan wanita itu sedang mengunyah makanannya.

~uhuk~uhuk~uhuk~

Arka langsung bergeser duduknya ke samping Rachel, menepuk pelan tengkuk wanita itu agar batuknya berhenti. Arka lantas membantu Rachel untuk membuka tutup botol minum air mineral milik Rachel, kemudian memberikannya pada wanita itu. Tangan Arka masih mengusap-usap pelan tengkuk Rachel menurun ke punggung belakang wanita itu.

Usai meneguk air beberapa teguk, Rachel sudah merasa baikan. Wanita itu mengusap air mata yang sempat keluar saat ia tersedak. "Udah, nggak apa-apa, kok," katanya.

"Makanya hati-hati kalau makannya. Ngunyah tuh mesti pelan-pelan," ucap Arka yang sudah kembali ke tempatnya semula.

"Aku tersedak juga karena siapa?" oceh Rachel, menyindir Arka.

"Lho kok aku sih?"

Rachel memutar bola matanya malas. "Ya iyalah. Kamu."

"Kok bisa?" 

"Ya tentu saja bisa. Kenapa kamu tiba-tiba bahas soal pernikahan tadi?" tanya Rachel, memberitahu sebab ia tersedak.

"Lho, memang salah ya, kalau aku menginginkan itu, Ra?" tanya Arka balik, alisnya terangkat sempurna ingin tahu jawaban Rachel.

Rachel meletakkan di meja botol minum air mineral di tangannya usai ditutup kembali oleh wanita itu. "Ka, kamu tahu kan kondisi aku kayak gimana?" Arka mengangguk di sana. 

Rachel kemudian menghela nafas berat lantas lanjut berkata. "Apa yang kamu katakan tadi soal pernikahan, adalah hal yang mustahil bisa kita lakukan. Dan alasannya pasti sudah kamu tahu kan? Lagi pula kamu baru mengenal aku, belum tahu siapa aku, bagiamana aku, seperti apa aku sebenernya. Kamu belum tahu apa-apa tentang aku, Ka. Mungkin saja saat ini kamu hanya merasakan sensasi suka sama aku yang hanya bersifat sementara. Siapa yang bakal tau kalau esok, satu minggu kemudian, sebulan kemudian rasa suka kamu ke aku sudah hilang dan berganti dengan sosok wanita baru, hm?" papar wanita itu.

Arka terdiam. Ia mencerna setiap kalimat yang Rachel lontarkan. Bersamaan dengan itu, dering ponsel milik Rachel menginterupsi.

"Maaf, aku jawab telpon dulu ya?" kata Rachel.

"Siapa yang telepon?" tanya Arka mau tahu.

Rachel membalik ponsel menghadap ke Arka, memperlihatkan nama kontak si penelpon yang ternyata adalah suami wanita itu.

Entah mengapa seketika hati Arka seolah tercubit hanya karena melihat nama kontak pria lain di ponsel Rachel yang diberi nama "My Husband". 

Dia cemburu. 

Arka menertawai dirinya sendiri karena sudah bersikap konyol. Bukankah sejak awal dia sudah tahu kalau mencintai wanita yang sudah dimiliki oleh orang lain, beresiko untuk menyakitinya? Karena hal seperti ini akan sering terjadi ke depannya jika ia memutuskan untuk tetap berada di sisi Rachel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status