Share

Hubungan Terlarang

Bab. 04. Hubungan Terlarang

Seminggu setelah malam itu, malam dimana Arka menghubungi Rachel, komunikasi keduanya semakin intens. Kerap kali Arka mengirimkan pesan singkat pada Rachel hanya untuk bertanya kabar, atau sedang melakukan apa.

Rachel pun menyambut dengan tangan terbuka. Wanita itu selalu membalasnya pesan yang Arka kirim.

"Hei, Ka. Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Kayak orang kesambet!" ujar Pria yang seragamnya sama dengan yang dipakai Arka.

"Bukan urusan kamu. Sana pergi. Kamu masih ada siswa bukan? Tuh nama kamu sudah dipanggil sama Winda. Sana!" usir Arka, tidak mau diganggu.

Saat ini ia tengah berbalas chat dengan Rachel. 

"Ck, dasar. Ingat, Ka. Kamu mesti hati-hati kalau yang kamu demenin sekarang adalah istri orang. Endingnya gak bakalan ngenakin!" seru rekan Arka yang tahu bagaimana sepak terjang Arka selama ini.

"Berisik. Udah sana!" usir Arka lagi dengan tangan mengibas di udara.

Pria itu kembali membaca pesan balasan dari Rachel yang baru saja wanita itu kirim.

"Aku gak mau mikirin ke depannya bagaimana. Yang jelas saat ini aku hanya mau menjalani saja dengan Rachel. Seperti air mengalir. Aku juga gak mau banyak berekspektasi. Namun yang jelas, aku nyaman dengannya," gumam Arka seraya menatap foto profil Rachel di kontak W* wanita itu.

Arka kemudian menghela nafas panjang, lantas beranjak dari tempatnya. Waktu istirahat sebentar lagi akan berakhir. Pria itu mau bersiap untuk mengajar siswanya setelah ini.

***

Rachel yang tidak henti senyum-senyum sendiri membuat Bi Inah, sang asisten rumah tangga heran. 

Wanita paruh baya yang sudah cukup lama bekerja di rumah itu jadi penasaran apa yang tengah dilihat oleh majikannya di layar ponsel. 

Apa NYONYA-nya sedang menonton film komedi? Makanya senyum-senyum seperti itu?

Pertanyaan itu menari-nari di benak Bi Inah. Pasalnya hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan kondisi majikannya beberapa hari terakhir.

Apalagi Bi Inah tahu kalau makan malam romantis yang dirancang oleh NYONYA-nya seminggu lalu gagal total karena Tuan-nya tidak pulang tepat waktu. Sama seperti hari-hari sebelumnya.

Dan biasanya kalau sudah seperti itu, maka mood NYONYA-nya akan buruk selama beberapa hari ke depan.

Tapi...hal itu tidak terjadi. NYONYA-nya malahan bersikap biasa saja, bahkan nyaris seperti tidak terjadi apa-apa. Hal tersebut membuat Bi Inah jadi kepo.

"Nya, lagi liat apa sih? Kayaknya senang banget, sampai senyum-senyum gitu?" tanya Bi Inah pada akhirnya. Hubungan Rachel dan Bi Inah memang cukup dekat. Rachel tidak pernah memperlakukan Bi Inah sebagai seorang pembantu di rumahnya.

Rachel pun tidak menyebut kalau Bi Inah adalah pembantunya. Kalau ditanya oleh ibu-ibu teman arisan atau tetangga, Rachel selalu menyebut Bi Inah adalah kerabat yang kebetulan tinggal di rumahnya. 

"Bibi kepo. Nggak usah tau. Ini rahasia, hehehe." Rachel langsung membalikkan ponselnya agar tidak dilihat oleh BI Inah.

"Yah, Nyonya. Padahal Bibi kan penasaran," kata Bi Inah.

Rachel kembali terkekeh melihat kelakuan Bi Inah. "Udah ah, Bi. Saya mau siap-siap jemput Rayhan di tempat Mama. Bibi siapin makan malam aja buat Tuan, siapa tahu Tuan pulang cepat," kata Rachel.

"Nyonya balik kan sebentar? Nggak nginap di rumah Bu Maryam?" tanya Bi Inah.

"Balik, kok. Cuman malam. Saya mau ngobrol-ngobrol dulu sama Mama di sana. Pokoknya Bibi siapin aja makan malam buat Tuan. Okey?" ujar Rachel.

"Siap, Nya." 

Setelahnya Rachel melangkah masuk kamar untuk mandi lebih dulu.

Sebenarnya menjemput Rayhan hanya alasan Rachel saja untuk keluar rumah agar Bi Inah tidak banyak bertanya. Padahal faktanya Rachel sudah membuat janji bertemu dengan Arka sebelum ke rumah orang tuanya.

Rachel seperti wanita yang sedang kasmaran. Ia mulai terbiasa dengan kehadiran Arka dalam hidupnya yang memberikan perhatian yang tidak pernah wanita itu dapatkan dari Anto, suaminya selama mereka menikah.

Rachel bukan meminta hal-hal yang berlebih-lebihan. Bukan muluk-muluk sebenarnya. Wanita itu hanya mau memiliki pasangan yang sedikit saja mengakui keberadaannya.

Selama ini, Anto hanya sibuk dengan pekerjaanku dan juga mementingkan diri sendiri. Pria itu egois. Tidak pernah mau mendengarkan pendapat Rachel setiap kali Rachel mencoba untuk berdiskusi sesuatu hal dengannya. Apalagi menyangkut urusan keluarga Rachel. Anto selalu malas mendengarnya.

Tapi giliran itu adalah urusan keluarga Anto, maka Rachel harus mendengarkan dan peduli terhadap mereka.

Egois bukan? Bahkan hampir setiap keluar kota, Anto tidak pernah mengabari Rachel keadaannya di sana. Jangankan untuk menelepon, mengirimkan pesan yang mengatakan dia sudah tiba di tempat tujuan dengan selamat saja, Anto tidak melakukannya.

Padahal Rachel tidak jarang selalu tidur larut malam ketika suaminya itu keluar kota hanya untuk menunggu kabar darinya yang mengatakan kalau ia sudah tiba di tujuan dengan selamat atau sekedar mengucapkan selamat malam pada istrinya.

Akan tetapi hal itu tidak pernah terjadi. Anto tidak pernah menganggap keberadaan Rachel di rumah. Kalau ditanya apakah Rachel tidak pernah protes atau membicarakan hal itu dengan Anto, maka jawabannya adalah sudah sangat sering. Sampai Rachel sudah bosan memberitahu suaminya soal itu.

Jadi, ketika ada seseorang yang memberikan Rachel perhatian dan mengakui keberadaannya, wanita itu merasakan kebahagiaan tersendiri.

Ya, walaupun Rachel tahu kalau apa yang ia rasakan pada Arka, tidaklah benar. Itu sesuatu yang salah.

Perasaan suka, nyaman yang Rachel rasakan terhadap Arka adalah perasaan yang salah. Itu tidak boleh terjadi. Namun, hasrat ingin dicintai dan disayangi layaknya pasangan, sejenak membuat Rachel terlena. 

Meskipun awalnya Rachel hanya menganggap Arka hanya teman mengobrol, berbagi cerita. Namun sepertinya pria itu sangat lihai men-treatment wanita. Rachel mulai menyukai Arka. Dan perasaan itu hadir begitu saja.

Entah sejak kapan itu bermula, tapi yang jelas, Rachel senang jika berada di dekat Arka. Rachel senang jika mengobrol dengan pria itu.

Rachel sengaja berangkat dengan menggunakan taksi online. Ia malas menggunakan mobil atau motor. Lagi pula, kalau memakai kendaraan sendiri membuatnya tidak nyaman jika mau bertemu dengan Arka. Karena bisa saja ada keluarga ataupun temannya yang akan mengenali kendaraannya.

Bisa repot urusannya, apalagi kalau ia terlihat jalan dengan pria yang bukan suaminya.

Seperti rencananya, Rachel akan bertemu Arka di tempat pria itu bekerja. Mereka akan berjalan-jalan sore menikmati waktu bersama sebelum Rachel ke rumah orangtuanya untuk menjemput Rayhan, putranya.

Beberapa belas menit kemudian, Rachel sudah tiba di tujuan. Seperti yang dikatakan oleh Arka di telpon beberapa saat lalu, benar saja pria itu sudah tampak menunggu Rachel di depan apotek yang lokasinya beberapa ratus meter dari gedung lembaga kursus mengemudi tempat Arka bekerja.

Rachel segera menyetop taksi yang ia tumpangi. Membayar ongkos lalu segera turun dari sana.

Wanita itu tidak lupa mengenakan masker untuk menutupi wajahnya dari pandangan orang-orang yang ada di sana. Biar bagaimanapun ia harus tetap berjaga-jaga jangan sampai di sana ada kenalan suaminya atau temannya sendiri yang melihat ia bersama Arka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status