Share

Bukan Salah CINTA
Bukan Salah CINTA
Author: Linda Rumana

Pernyataan Cinta

Bab. 01 Pernyataan Cinta

"Jadilah kekasih saya. Aku menyukaimu!" ucap seorang pria dengan rahang tegas dan alis tebal, hidung mancung bak perosotan TK. 

Dia adalah Arka Daniel Adrian namun akrab disapa Arka oleh rekan kerjanya di salah satu lembaga kursus mengemudi yang ada di kota Jakarta.

Sementara wanita yang baru saja ditembak oleh Arka adalah Rachel Azani. Dia adalah salah satu siswa Arka yang sedang menjalani kursus mengemudi.

Rachel masih tidak bergeming di tempatnya. Wanita itu rupanya masih mencerna apa yang dikatakan oleh Instrukturnya.

Beberapa detik kemudian, tawa Rachel langsung pecah sesaat setelah mobil yang dipakai latihan ia tepikan lebih dulu di bahu jalan yang tidak ramai kendaraan lalu lalang. 

"Pak Arka ini ada-ada aja deh. Becandaan kok kayak gitu. Entar kalo saya baper beneran gimana?" kata Rachel di sela ia tertawa. 

"Kenapa kamu anggap saya bercanda?" ujar Arka menanggapi. Pandangan mata pria itu tampak serius. Hal itu membuat Rachel jadi menghentikan tawanya seketika.

"Pak Arka ini apaan sih? Sudah tentu yang Pak Arka bilang tadi cuma guyonan bukan? Gak serius sama sekali?" balas Rachel, kening wanita itu mengerut--meminta penjelasan pada sang instruktur.

Bagaimana caranya Arka meyakinkan wanita di sampingnya itu kalau yang ia utarakan tadi adalah serius. Bukan guyonan semata. 

Arka memang memiliki pribadi yang humoris dan hobi sekali bercanda dengan siapa saja. Tidak heran kalau membuat Rachel memiliki pemikiran demikian.

Tapi untuk kali ini, pria yang genap berusia tiga puluh tujuh tahun beberapa hari lalu itu benar-benar menyukai Rachel. Bahkan bisa dibilang dia sudah tertarik dengan sosok Rachel sejak pertama kali melihat wanita itu.

"Bagaimana kalau saya katakan serius? Apa kamu mau menerima perasaan saya?" tanya Arka pada akhirnya. Setidaknya ia ingin mendengar seperti apa jawaban Rachel.

Bukannya menjawab, Rachel malah tertawa terbahak-bahak. Wanita itu bahkan sampai memegangi perutnya saking renyahnya tertawa. "Tunggu dulu, Pak. Ini ceritanya Pak Arka nembak saya?" ujar Rachel.

Arka menyunggingkan senyum seraya mengangguk. "Iya. Saya nembak kamu. Gimana, kamu mau kan?" 

Rachel menghela nafas panjang. Menoleh ke arah pria yang beberapa hari terakhir mengajarinya mengemudi. Jujur saja Rachel suka dengan Arka. Dia suka dengan pembawaan pria itu yang gampang akrab dengan siapa saja. Karena buktinya, seorang Rachel yang jarang bisa nyambung obrolannya dengan orang, apalagi dengan orang yang baru dikenalnya--bisa langsung akrab dengannya.

Itu satu poin plus bagi Rachel terhadap penilaiannya pada Arka. Tapi kalau untuk menjalin hubungan dekat lebih dari sekedar teman ngobrol dan instruktur yang mengajarinya mengemudi, rasanya Rachel tidak bisa. Pasalnya dia sudah memiliki suami. Ditambah lagi dalam pernikahannya sudah dikaruniai seorang putra. 

"Ehm, gimana ya Pak. Saya--"

"Kamu gak bisa karena sudah punya suami?" sambar Arka cepat, seolah tahu apa yang ada di benak Rachel.

"Yup. Itu Pak Arka tau. Jadi, jawabannya sudah tahu juga dong?" ucap Rachel, lalu kembali menghela nafas sejenak. "Lagi pula, kenapa sih Pak Arka bisa suka sama saya. Saya ini gak cantik-cantik amat lho. Biasa aja. Gak ada yang menarik dan istimewa pada diri saya."

"Bagimu memang seperti itu tapi bagi saya kamu berbeda," tandas pria itu dengan tidak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari Rachel. 

Rachel menggigit bibir bawahnya, menggaruk-garuk kepala. Bingung harus menanggapi apa. "Pak Arka, saya--"

"Tidak usah jawab sekarang. Kamu bisa memikirkannya dulu. Saya tahu kalau ini hal yang sulit buatmu. Tapi, adalah hak saya kan untuk menyukai kamu. Walaupun kamu tidak membalasnya, tidak mengapa," ucap Arka, tanpa aba-aba langsung menggenggam satu tangan Rachel yang sedang berada di tuas rem perseneling mobil.

Rachel langsung menepis tangan Arka, menjauhkannya dari jangkauan pria itu. Ini salah, sangat salah. Dia tidak bisa melakukan itu! 

Kemudian Rachel meminta untuk pulang detik itu juga. Bahkan wanita itu meminta Arka yang menyetir mobil latihan untuk kembali ke kantor lembaga kursus dimana motor Rachel diparkir.

Wanita itu butuh waktu untuk menenangkan diri. Ia terlalu terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Belum pernah selama ia hidup, ada pria yang dengan lancangnya menyentuhnya seperti tadi selain suaminya. 

Rachel memang bukan wanita yang penampilannya muslimah, memakai hijab dan berbaju longgar panjang membungkus seluruh tubuhnya. Tapi, ia punya prinsip. Tidak boleh ada pria asing yang bukan dalam lingkaran keluarga atau suaminya sendiri yang boleh menyentuhnya seperti yang Arka yang lakukan tadi.

Kalau dulu ada yang coba-coba berbuat demikian maka Rachel akan langsung memberinya pelajaran tanpa ampun. Akan tetapi yang terjadi tadi, mengapa ia tidak melakukan apapun terhadap Arka. Hanya menjauh dan meminta pulang segera. 

Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara. Baik Arka maupun Rachel tidak ada yang mau berkomentar.

Suasana akrab dan ramai seperti sebelumnya sudah berubah jadi hening. Hanya klakson mobil yang sesekali terdengar.

Ekor mata Arka melirik wanita di sebelahnya. Baru kali ini ada wanita yang tidak senang ia sentuh seperti tadi. Biasanya para wanita bahkan langsung menyodorkan diri mereka pada Arka tanpa diminta. Tanpa embel-embel menyatakan perasaan suka.

Namun baru saja, Arka ditolak mentah-mentah oleh seorang wanita. Memang, Arka memiliki prinsip tidak peduli dengan status wanita yang ia inginkan. Apakah masih sendiri atau sudah ada pasangan. Jika Arka mau, maka pasti bisa ia dapatkan.

Untuk Rachel, ada sedikit perbedaan. Arka benar-benar merasakan ketertarikan pada wanita itu yang tidak pernah Arka rasakan sebelumnya.

Padahal dilihat dari segi fisik dan paras wajah, Rachel itu standar saja. Tidak begitu cantik tapi tidak jelek juga. Tapi entah mengapa, Arka senang melihatnya. Wanita itu memiliki kharisma tersendiri.

Mobil latihan yang dikendarai Arka sudah tiba di depan kantor.

Rachel langsung bergerak mengambil tas miliknya yang ada dibelakang namun Arka sudah lebih dulu mengambilkan untuknya.

"Ini tasnya," ucap Arka sembari menyodorkan tas hitam kecil bertali panjang pada Rachel.

"Terima kasih," sahut Rachel yang langsung berniat turun dari mobil.

"Maaf, Rachel." Arka berkata dari tempatnya. Melihat dengan mata sayu pada Rachel.

Tidak ada jawaban dari Rachel. Hanya anggukan kepala saja.

Arka menghela nafas panjang. "Kalau kamu mau melaporkan tindakan lancang saya pada kantor, silakan. Kalau ka--"

"Terima kasih untuk semuanya, Pak. Saya permisi. Ini terakhir kali saya latihan di sini. Permisi!" ucap Rachel yang langsung memotong perkataan Arka lalu keluar dari mobil tanpa menoleh sedikit pun pada Arka.

"Arrrggghhh!" Arka mengusap kasar wajahnya. Ia memukul-mukul setir mobil beberapa kali membuat tangannya memerah.

"Bodoh, tolol!" umpat pria itu pada dirinya sendiri. Detik berikutnya ia tertawa sumbang. Lebih tepatnya menertawai dirinya sendiri. 

Ia memegang dadanya yang terasa aneh. Mengapa hatinya merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu oleh Rachel? Benarkah wanita itu sudah membuatnya jatuh cinta? Biasanya dia yang membuat wanita patah hati karena ditolak olehnya. 

Tapi kali ini, untuk pertama kalinya Arka merasakan sakitnya ditolak oleh wanita.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status