Share

ATM Berjalan

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2025-06-29 14:12:10

🔥🔥🔥

Beberapa hari terlewati, Zaskia sudah bisa lebih menata hati. Dia jarang menangisi mantan kekasihnya lagi, dia juga sudah berani menghapus foto kenangan mereka berdua yang ada di memori ponselnya. Semua berkat kesibukannya menulis, atau mungkin karena hal lain?

"Huaammh...." Zaskia menguap karena sudah merasa ngantuk.

Begadang adalah hal yang biasa penulis lakukan saat sedang mengejar target update, hal itu yang sedang Zaskia lakukan saat ini. Dia tetap duduk manis di depan laptopnya meskipun matanya sudah terasa panas dan mengantuk.

Zaskia sudah habis dua cangkir kopi, pinggangnya juga sudah terasa nyeri. Tapi dia masih saja enggan meninggalkan kursi kerjanya, tanggung adalah alasan utamanya.

"Ini sudah larut, ayo cepat tidur!" ucap Anjas yang sejak tadi memperhatikan Zaskia dari atas kasur.

"Tidur saja duluan, aku belum mengantuk," sahut Zaskia tanpa menoleh ke arah suaminya.

"Bagaimana aku bisa tidur, lampu kamarnya menyala terang," Anjas memonyongkan bibirnya beberapa centi ke depan.

"Ah, baiklah. Aku akan pindah kerja di ruang sebelah saja dan mematikan lampu kamar ini agar kamu bisa tidur," ucap Zaskia.

"Sudahi saja kerjamu! Masih bisa dilanjut besok kan? Kerja begitu keras apa yang sedang kamu cari huh?" Anjas merasa sedikit kesal karena perintahnya tak dituruti.

"Tentu saja uang, aku sedang mencari uang!" oceh Zaskia.

"Untuk apa kamu masih susah-susah cari uang? Sekarang kamu sudah punya ATM berjalan," cicit Anjas.

"ATM berjalan?" Zaskia menaikan alisnya sebelah.

"Aku." Anjas menepuk dadanya sendiri dengan rasa penuh percaya diri.

Blush....

Kedua pipi Zaskia bersemu merah, kalimat sederhana yang keluar dari bibir Anjas berhasil membuatnya merona. Dia seolah sedang meminta Zaskia untuk bergantung padanya dalam hal apapun dan tidak mengizinkannya untuk berkerja terlalu keras.

Selain Ayahnya, belum pernah ada pria lain yang berani menunjukan tanggung jawabnya pada Zaskia. Saat ini pria yang dibenci olehnya itu mendadak terlihat keren dimatanya.

"Ada ATM di laci meja kerjamu, kamu bisa menggunakannya untuk membeli keperluanmu juga belanja bulanan rumah," lanjut Anjas. Zaskia membuka laci dan mendapati sebuah ATM berwarna gold di sana.

"Berapa jumlah saldonya?" Zaskia penasaran.

"Mungkin sekitar tiga atau empat ratus juta," sahut Anjas enteng.

"Apa?" Zaskia terkejut. Dia belum pernah memegang uang sebanyak itu sebelumnya.

"Kenapa? Masih kurang kah? Apa kamu mau pegang black card pribadiku?" tawar Anjas.

"Tidak perlu, ATM ini saja sudah cukup bagiku," Zaskia meringis.

Sekarang Zaskia tau, kenapa Anjas menjadi rebutan banyak wanita. Selain kaya, tampan dan pintar, ternyata dia juga royal pada wanita. Apa dia pernah royal seperti ini pada mantan-mantan kekasihnya? Zaskia jadi ingin tau lebih banyak tentang pribadi suaminya itu.

Lelah terus didesak untuk segera tidur oleh Anjas, Zaskia akhirnya memutuskan untuk pergi tidur. Dia mematikan lampu, berbaring di sisi Anjas dan menutupi tubuhnya dengan selembar selimut tebal. Tidak lupa, dia menyusun banyak bantal sebagai pembatas antara dirinya dan Anjas.

'Sepertinya aku harus membuang bantal-bantal itu ke tong sampah nanti,' batin Anjas.

*

Burung berkicau merdu, menandakan hari sudah pagi. Zaskia membuka mata, dia menyadari dirinya sedang tengkurap di atas dada bidang seorang laki-laki. Sontak, Zaskia bangun dan terduduk. Dia melihat Anjas masih tertidur lelap sambil mendengkur halus.

'kemana perginya bantal pembatas yang aku susun semalam?' Zaskia mencari ke sana dan ke sini tapi tidak ada bantal satu biji pun.

"Untungnya dia masih tidur, coba kalau bangun? Bisa malu aku ketahuan merayap dan menempel di atasnya seperti tokek.

Zaskia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia membasuh seluruh bagian tubuhnya dengan air dan busa sabun supaya wangi.

Bruuk....!

"Aaaaaaaah....." Zaskia menjerit kencang. Dia terpeleset dan jatuh terlentang di atas lantai kamar mandi.

Anjas kaget mendengar teriakan istrinya, dia terbangun dari tidurnya karena mendengar suara gaduh itu. Dia juga mendengar rintihan kesakitan Zaskia berulang-ulang.n

"Kia, apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja bukan?" teriak Anjas dari atas kasur.

"Aku terpeleset dan jatuh, kakiku sakit sekali. Hiks ... Hiks ..." Zaskia menangis menahan rasa nyeri.

"Sial ...!" Anjas mengumpat. Dia bangkit dari tempat tidur menuju pintu kamar mandi.

"Cepat keluar dari dalam, biar aku lihat kakimu!" perintah Anjas.

"Aku tidak bisa bangun, sakit ...!" Zaskia merengek seperti anak kecil.

"Kalau begitu aku yang masuk ya, aku dobrak pintunya dari luar,"

Satu, dua, tiga ....

Brakkk....!

Pintu kamar mandi terbuka, Anjas melihat Zaskia masih berbaring di atas lantai dalam keadaan polos.

"Tutup matamu!" teriak Zaskia.

Anjas yang sempat melotot beberapa menit langsung memejamkan mata. Dia mengambil handuk yang menggantung di tembok dan berjalan menghampiri Zaskia.

"Pakai ini," Anjas mengulurkan handuk itu pada istrinya. Zaskia berusaha duduk dan langsung memakai handuk pemberian Anjas.

"Sudah di pakai handuknya?" tanya Anjas.

"Sudah,"

Anjas membuka kedua matanya kembali, dia menggendong Zaskia ala bridal style tanpa aba-aba terlebih dahulu. Zaskia melotot kaget, dia merasa jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

'Tidak bisa, ini terlalu dekat dan terlalu manis,' gerutu Zaskia dalam hati. Adegan hari itu sangat mirip dengan yang ada di dalam drama Korea, tapi kenapa dia harus melakukannya dengan Anjas?

Anjas menaruh Zaskia di atas kursi, dia berjongkok di depan Zaskia dan mengangkat kaki Zaskia sebelah. Nampak ada memar di kaki bagian kanan Zaskia, pasti rasanya sangat sakit.

"Kita harus pergi ke dokter," seloroh Anjas.

"Tidak mau, aku benci rumah sakit!" ucap Zaskia.

"Kakimu bengkak, kalau tidak segera diobati bahaya. Apa kamu mau mau kakimu diamputasi?" Anjas sengaja menakut-nakuti Zaskia agar mau pergi ke dokter.

"Tidak mau, aku tidak mau diamputasi. Hua .... Hua .... Hua..." Zaskia menangis histeris. Anjas berusaha menahan tawa melihat wajah Zaskia yang dianggapnya begitu lucu saat sedang menangis.

Anjas menutup matanya dengan selembar kain hitam, dia membantu Zaskia untuk memakai pakaian karena kedua siku Zaskia juga sakit akibat terjatuh. Awalnya Zaskia keberatan, tapi pada akhirnya dia mengalah dan mau menerima bantuan dari suaminya.

Anjas nampak sangat berhati-hati, dia tidak ingin menyentuh seujung kuku pun kulit Zaskia. Kalau hal itu sampai terjadi, Zaskia pasti akan mengamuk dan memukulnya tanpa ampun.

Zaskia menarik nafas lega saat selesai memakai pakaian, pria itu menepati janjinya lagi. Dia tidak berbuat macam-macam seperti yang ditakutkan oleh Zaskia.

"Ayo kita pergi ke rumah sakit," Anjas memapah tubuh kecil Zaskia. Wanita itu berjalan tertatih sambil sesekali meringis karena merasakan nyeri yang luar biasa.

"Ternyata terkilir itu rasanya sakit, bahkan lebih sakit dari orang yang sedang patah hati," celetuk Zaskia.

"Iya, aku percaya katamu. Kamu menangis dan berteriak saat jatuh terpeleset tadi. Tapi saat ditinggal oleh Kevin kamu hanya menitihkan air mata saja," Anjas setengah menahan tawa.

"Berhenti menggodaku, itu tidak lucu!"

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 53

    Suasana kelas siang itu terasa berbeda bagi Ray. Sejak beberapa minggu terakhir, Prilan berubah drastis. Gadis itu, yang biasanya cerewet dan selalu mencari perhatian Ray, kini seolah menarik diri. Tak ada lagi pesan singkat penuh emotikon lucu. Tak ada lagi komentar-komentar manja di setiap unggahan Ray di media sosial.Bahkan, di kelas pun Prilan bersikap dingin. Jika dulu dia selalu duduk di bangku dekat Ray hanya untuk bisa melihat wajahnya lebih jelas, kini gadis itu memilih duduk di deretan paling belakang, menunduk, fokus pada buku-bukunya, seolah Ray tak pernah ada.Awalnya, Ray mengira ini hanya fase sesaat. Tapi semakin lama, semakin terasa bahwa Prilan benar-benar menjauhinya. Ada sesuatu yang hilang dari hari-harinya.“Bro, lo kenapa dari tadi murung?” tanya salah satu teman Ray, menepuk bahunya.Ray hanya menghela napas, matanya tak lepas dari punggung Prilan yang sedang membereskan buku di mejanya. “Gue nggak ngerti, kenapa dia tiba-tiba gini,” gumamnya lirih.Temannya m

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 52

    Sudah seminggu Ray tidak pernah lagi mengganggu Prilan. Tidak ada godaan saat melewati lorong kelas, tidak ada panggilan iseng di kantin, bahkan senyum menyebalkannya pun tak terlihat lagi.Sebaliknya, Ray kini lebih sering terlihat di lapangan basket, dikelilingi para siswi yang tertawa-tawa melihat aksinya menggiring bola. Wajahnya yang tampan dan postur tingginya seperti magnet bagi para gadis. Tapi tidak bagi Prilan.Setidaknya, itu yang ingin dia yakini.Dari balik jendela kelas, Prilan memperhatikan Ray yang sedang tertawa bersama teman-teman basketnya. Keringat membasahi pelipisnya, tapi senyum itu—senyum yang dulu sering ditujukan padanya—kini tampak bebas, liar, dan milik semua orang kecuali dirinya.Entah kenapa, dadanya terasa sesak.“Huh, sok ganteng,” gumam Prilan pelan, sambil memalingkan wajah dari jendela.Namun, suara langkah kaki yang cepat membuatnya menoleh kembali. Seorang gadis berambut ikal sebahu, mengenakan rok abu dan jaket sekolah, berlari kecil ke arah Ray.

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 51

    Langit sore menggelap perlahan, menyisakan bias jingga yang muram di jendela kamar Ray. Ia duduk termenung di tepian ranjang, menatap lantai tanpa benar-benar melihat apa pun. Napasnya berat. Di tangannya, ponsel menyala redup dengan pesan terakhir dari Prilan yang hanya dibacanya tanpa balasan.Harusnya Ray tak tersinggung saat gadis itu menolaknya. Sejak awal, cara Ray mendekati gadis itu memang sudah salah.Anjas memperhatikannya dari ambang pintu. Ia tak butuh waktu lama untuk tahu ada yang tidak beres. Langkahnya ringan, tapi terdengar jelas di lantai kayu yang bergemeretak pelan. Ia menghampiri putranya dan duduk di sebelahnya tanpa banyak bicara."Ray," panggilnya lembut.Ray tak menoleh. Dia hanya menunduk lebih dalam, bahunya terangkat seolah sedang menahan sesuatu. Anjas menghela napas, lalu bertanya pelan, "Ada apa, Nak?"Butuh beberapa detik sebelum Ray menjawab, suaranya serak dan pelan, nyaris seperti bisikan. "Aku ditolak... sama Prilan."Anjas mendengus kecil. Lalu, ta

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   Bab 50

    Ray membuka pintu rumah dengan langkah gontai, masih mengenakan seragam SMA-nya yang sedikit kusut karena seharian duduk di kelas dan... patah hati. Matanya kosong menatap ke depan, wajahnya lesu seperti baru saja kalah dalam pertandingan penting. Padahal biasanya, pulang sekolah dia selalu bersemangat, langsung menceritakan kegiatannya pada sang ibu.Zaskia yang sedang duduk di ruang tamu langsung bangkit begitu melihat putranya masuk."Ray, kamu pulang, Nak. Ganti baju dulu, ya. Mamih udah siapin makan siang kesukaanmu, ayam goreng kremes dan sambal terasi," ucapnya dengan senyum lembut, berusaha menyambut Ray dengan hangat seperti biasa.Ray hanya mengangguk pelan tanpa suara. Ia melewati ibunya begitu saja, menuju kamarnya. Zaskia mengerutkan dahi. Ada yang tidak beres.Beberapa menit kemudian, Ray kembali ke ruang makan dengan kaus oblong dan celana pendek. Mereka duduk berhadapan, menyantap makan siang dalam keheningan. Zaskia sesekali melirik anaknya, mencari celah untuk memula

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 49

    Sinar matahari siang menyorot cerah ke lapangan sekolah. Jam istirahat baru saja dimulai, dan para siswa berhamburan keluar dari kelas, mencari hiburan dan angin segar. Beberapa berkumpul di kantin, sebagian lagi duduk di bawah pohon rindang. Tapi perhatian sebagian besar siswa hari itu tertuju ke lapangan basket.Ray berdiri di tengah lapangan dengan bola basket di tangan. Seragam olahraganya basah oleh keringat, tapi senyumnya justru semakin lebar. Di depannya, Dedi berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya sedikit memburu. Mereka baru saja menyelesaikan ronde pertama permainan satu lawan satu.“Lanjut, atau mau menyerah?” Ray memutar bola di ujung jarinya, matanya menantang.Dedi mendengus. “Jangan mimpi. Aku belum selesai.”Kerumunan siswi di pinggir lapangan bersorak saat Ray melesakkan bola ke dalam ring dengan gerakan lay-up yang mulus. Gerakannya lincah, cepat, dan penuh percaya diri. Setiap lemparan selalu tepat sasaran, membuat banyak gadis berdecak kagum.“Gila, Ray jago

  • Bukan Sekedar Suami Pengganti   bab 48

    Anjas berdiri diam di balkon rumahnya, memandangi langit senja yang merona jingga. Angin sore berembus pelan, menerpa wajahnya yang terlihat letih. Di tangannya tergenggam cangkir kosong, sisa kopi yang tadi dia teguk perlahan.Pikirannya tidak berada di sana. Ia melayang jauh ke masa lalu, ke sebuah masa yang sudah dia kubur dalam-dalam tapi tiba-tiba mencuat kembali. Ingatannya tentang seorang gadis di bangku SMA—mantan kekasihnya—menyeruak tanpa diundang.Gadis itu begitu menyayanginya. Tapi Anjas, dalam kebodohannya yang remaja, hanya memanfaatkannya. Ia pura-pura mencintai hanya demi membuat Zaskia, gadis yang benar-benar ia sukai saat itu, merasa cemburu. Cinta yang dipaksakan, tak pernah tumbuh meski dia mencoba. Sampai akhirnya Anjas memutuskan hubungan itu secara sepihak—dingin, tanpa penjelasan, tanpa permintaan maaf."Aku tidak bisa terus berpura-pura," ucapnya saat itu, tanpa tahu betapa hancurnya hati gadis itu.Karma memang tidak pernah lupa alamat, pikir Anjas getir. Ki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status