"Y-ya jangan Kek. Kiki udah lama banget jadi bodyguard Dylan. Enggak mungkin Dylan tiba-tiba pecat dia, apalagi dia kasihan kalo enggak kerja. Penghasilannya cuma dari pekerjaan ini doang, ditambah lagi dia itu yatim piatu. Pak Roni juga udah minta nitipin Kiki ke Dylan."
"Titipin-titipin... Memangnya kamu helm apa minta titipin." dumel Rudi."Sumpah deh, semua ini cuma salah paham aja kok. Pokoknya liat aja, secepatnya nih. Dylan bakalan punya pacar lagi deh bahkan sampai menikah kalo bisa." ucap Dylan yang setelahnya langsung membatin."Kalo bisa itu juga, kalo enggak ya putusin." batin Dylan licik.Rudi coba menimbang perkataannya lalu berkata."Oke, kakek terima tantangan kamu. Tapi kalau misalnya kamu enggak bisa membuktikan kalau kamu punya pacar PEREMPUAN dalam waktu dekat. Awas aja. Nanti kakek nikahin kamu sama kambing sekalian!" ucap Rudi."Okeh. Siap. Berani deh, sama sapi sekalian, biar mahalan dikit haha." ucap Dylan.Di koperasi lantai 5. Kiki dan Putra sedang menyempatkan diri sarapan bihun plus gorengan. Sebenarnya niat awalnya adalah Putra yang mau sarapan dan Kiki hanya menemani, tapi sayangnya Kiki jadi ikut-ikutan.Tapi itu juga kalau tidak dibujuk oleh Putra. Lelaki itu terus memaksa Kiki untuk ikut menemaninya makan juga.Putra menawarkan cabai untuk Kiki."Lo mau cabe kan? Nih gue kasih." ucap Putra seraya memberikan satu rawit hijau pada Kiki."Kebetulan emang lagi nyari tukang cabe." ucap Kiki seraya menerima dengan senang hati lalu memakannya.Tiba-tiba karyawan penjaga koperasi mengajak mereka bicara."Eh, Put, Ki. Katanya itu aki-aki dateng ya? Heboh loh di grup chat." ucap Heni."Aki-aki siapa? Tukang pijet?" tanya Putra."Bukan! Itu loh kakeknya pak direktur." ucap Heni yang langsung membuat Putra batuk-batuk setelahnya.Kiki pun gerak cepat menepuk punggungnya pelan lalu berikan botol mineralnya pada Putra, hingga ia meneguknya."Kayaknya ada yang enggak beres kalo sampe ada kakeknya Pak Dylan. Ki, apa jangan-jangan bakal ada kiamat kubro setelah ini?" tanya Putra cemas."Hah?" hanya itu respon yang Kiki utarakan.Tidak dalam hitungan ketiga pun pintu terbuka keras dan terbanting ke dinding. Muncul seorang pria yang lantas membuat semua pasang mata di koperasi tersebut melotot kaget.Dylan muncul dengan gunting rumput besarnya, disertai seringaian horror yang hanya dimiliki oleh Suzanna. Ia membuka tutup gunting."Siapa yang kepalanya mau dibotakin? Oh atau mau burungnya yang dibotakin?" tanya Dylan cukup dramatis.Putra merengek kejer. "WAA AMPUN PAK! ANU SAYA CUMA SATU!"Seorang wanita cantik berambut lurus panjang sedang duduk berhadapan dengan dua temannya di sebuah kafe. Itu adalah Klarissa dan dua teman lainnya.Nyatanya ia sedang curhat dengan beberapa temannya, yaitu Putri dan Yeni."Gila sih, dia ninggalin gue cuma karena buat macarin bodyguardnya sendiri coba. Dan dia cowok! Seenggak berartinya kah gue sebagai cewek di matanya? Yang pacarnya sampe direbut sama cowok?" curhat Klarissa.Dua temannya hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa mendengarnya."Udah deh lebih baik lo tinggalin aja dia. Ngapain juga lo repot-repot kejar itu cowok tajir. Masih banyak kali cowok tajir diluar sana." ucap Yeni. Disetujui oleh Putri."Ya tapi susah, dia itu beda. Akh lo enggak bakal ngerti, masalahnya kita udah pacaran lima tahun. Dan udah saling kenal satu sama lain cukup lama. Gue kira kita bakal sampe ke pelaminan gitu. Gue juga udah kenal sama nyokap bokap bahkan kakeknya malah. Gue yakin pasti ada penyebabnya kenapa dia bisa berpaling dari gue." ucap Klarissa."Sifat lo itu emang enggak pernah berubah ya dari dulu, selalu merasa geregetan kalo enggak bisa didapetin." ucap Yeni."Pokoknya gue bakalan cari tahu apa yang jadi penyebab mereka bisa kayak gitu, gimanapun caranya gue harus bisa dapetin dia lagi." ucap Klarissa bersungut."Ya caranya gimana lo bisa dapetin dia lagi? Emang semudah itu apa?" tanya Yeni heran.Klarissa tersenyum menyeringai. "Gue udah suruh orang supaya sebar berita ini termasuk fotonya. Gue bakal jamin banyak orang yang ilfeel sama Dylan. Lama-lama kan dia kepojok tuh, keluarganya juga pada tahu. Cepat atau lambat dia pasti bakal ninggalin bodyguardnya itu. Gue yakin." ucapnya yakin.Yeni dan Putri saling melihat lalu tertawa. Sebegitu berharapnya ya sahabatnya itu untuk balikan dengan mantan pacarnya.Sekitar pukul 10 malam, Kiki berjalan menyelinap menaiki tangga rumah Dylan. Ia tengok kanan, kiri atau belakangnya, memastikan tidak ada anggota keluarga pemilik rumah yang menyadarinya.Tepat dihadapan sebuah ruangan yang tertutup rapat lagi terkunci, Kiki berdiri. Ia ambil kunci dari saku celananya lalu putar kunci pintu perlahan dan terbuka.Secepat mungkin ia melangkah masuk ke dalam ruang kerja ayah Dylan, jalan ke depan lemari dan cari sesuatu didalamnya.Mulai dari rak sebelah kanan atas, kiri atas, kanan bawah dan kiri bawah. Terdapat banyak file dan dokumen menumpuk. Tapi hasilnya masih nihil.Foto yang sempat dilihatnya kemarin, dimana sebenarnya foto itu?Perasaan kemarin ada dilemari itu. Tapi kok tidak ada ya?Ia buka laci dibawah lemari dan tersentak. Ketika kedua matanya terpusat pada foto yang dicarinya itu muncul!Foto yang terdiri dari enam orang, disebelah kanan ada ibu dan ayah Dylan, lalu disebelah kiri foto itu ada tiga orang juga termasuk anak perempuannya, akan tetapi bagian kepala tiga orang itu dirobek.Yang terlihat hanya foto separuh badannya saja, termasuk anak perempuan tersebut. Ia memakai baju kodok dan rok selutut.Baju ini... Persis sekali dengan baju yang ia pakai dulu. Kenapa bisa sama? Apakah mungkin anak perempuan di foto itu adalah dirinya?!Dylan pasti tahu mengenai anak perempuan ini! Pokoknya secepatnya dirinya harus bertanya pada Dylan!Kiki pun segera kantungi foto itu. Tiba-tiba suara pria terdengar."Kamu ngapain disitu Ki?" tanya Dylan yang langsung membuat Kiki kaget bukan kepalang. Ia bangkit dengan segera dan berdiri tegap didepannya."B-bukan apa-apa tuan.""Itu apaan yang kamu kantungi?" tanya Dylan curiga."I-ini saya lagi nyari kertas robekan, tuan. Saya mau nulis nomer, mau beli pulsa." ucap Kiki beralasan."Ya enggak mesti disini juga kali Ki. Ini sih uji nyali namanya. Kamu enggak denger kalo disini suka ada penampakan? Saya aja enggak berani kesini, penasaran aja karena pintunya kebuka. Kirain papa udah pulang. Ternyata kamu." ucap Dylan."Tapi enggak ada apa-apa kok, tuan." ucap Kiki."Kamu kalo mau nyari kertas robekan bisa ke kamar saya.""Saya takut tuan udah tidur.""Belom, saya tidur jam 11 atau jam 12.""I-iya tuan.""Yaudah ayo keluar. Keburu muncul penampakannya. Diculik kamu nanti." ucap Dylan segera pergi dari sana diikuti Kiki.Dylan berniat akan naik kembali ke atas tangga, tapi Kiki keburu memanggilnya kembali. "Tuan."Dylan memutar tubuhnya, menatap Kiki heran. "Kenapa?""A-anu... Saya mau nanya sesuatu.Tapi besok aja tuan, sekarang tuan tidur aja hehe. Selamat malam tuan. Permisi." ucap Kiki.Dylan merasa aneh, kenapa harus ditunda besok sih? Bikin kepo saja.Kiki segera keluar dari rumah itu, menuju bangunan lumayan besar disebelah rumah tersebut, tempat dimana ia dan beberapa bodyguard, pembantu dan supir tinggal.Kiki masuk ke dalam kamarnya yang disana ia bisa melihat Putra sudah tertidur pulas diatas ranjangnya.Didalam tiap kamar terdapat dua buah ranjang dan dua buah lemari, dikarenakan didalam satu kamar ditempati oleh dua orang pekerja sana.Kiki rebahan diatas ranjangnya, sambil memandangi foto yang tadi ia sembunyikan.Siapa sebenarnya yang merobek foto itu? Apakah mungkin... Ayah Dylan?!Jika benar yang merobek fotonya adalah ayah Dylan, kenapa? Apa ada masalah yang menyebabkan beliau sampai merobek fotonya?Tapi masih belum tentu juga. Minimal dirinya harus mencari tahu terlebih dahulu siapa foto anak perempuan itu, apakah benar itu dirinya atau bukan. Besok, ia harus menanyakan ini pada Dylan!Esok paginya. Kiki masih sibuk mengurus keperluan Dylan, ia siapkan pakaian kantornya seperti biasa lalu dasi, sepatu dan kaus kaki. Ia siapkan tas juga dan masukkan laptop ke dalamnya. Ia bereskan barang-barang yang berceceran di atas lantai termasuk.... Segitiga miliknya. Ia masukkan baju kotor dan segitiga itu ke dalam box cucian baju kotor. Sebenarnya tugasnya disana bukan hanya sebagai pengawal pribadi saja akan tetapi asisten pribadi juga. Jadi apapun yang Dylan lakukan harus selalu melibatkan dirinya. Ia yang diserahkan tugas untuk menyediakan segala keperluan Dylan, tadinya itu adalah pekerjaan Roni. Akan tetapi kini diwariskan kepada penerusnya yaitu Kiki, meski s
Kiki diluar sana tiba-tiba pergi. Dylan menyadari kalau Kiki tidak ada lagi diluar, padahal barusan ia sangat ingin meminta pertolongannya. "Kiki kemana sih! Heran selalu ngilang kalo lagi butuh!"Di lain tempat Kiki terus mengikuti kemana kaki Putra menuju. Ternyata kini dirinya diarahkan menuju pantry. "Ini Ki, bantuin gue naruh ini buat ke ruang meeting." ucap Putra memberikan dua piring makanan pada Kiki. "OBnya soalnya lagi sibuk disuruh yang lain sama atasan." ucap Putra. Kiki menuruti pintanya dan segera membawakannya menuju ruang meeting kembali. Ia ditemani oleh Putra yang sibuk mendorong troli berisi gelas minuman. "Tunggulah Ki, jangan cepat-cepat. Mau ke toilet lo?" tanya Putra."Ayo Put, saya takut tuan kenapa-napa." ucap Kiki masih terburu-buru."Yaelah tuan muda mah enggak usah dipikirin Ki, udah gede dia. Emangnya masih bocah." ucap Putra.Tiba-tiba terjadi kehebohan di ruang meeting sana. Kiki maupun Putra pun jadi kaget hingga inisiatif berlari secepatnya dari s
"Sayang. Maafin aku ya sayang, aku enggak tahu. Aku kira kamu---""Minta maaf sekarang juga! Sama Kiki!" tandas Dylan. "Karena kamu Kiki jadi yang kena imbasnya, karena kamu juga media berkata buruk tentang kepribadian saya! CEPAT!" tandasnya lagi. Klarissa memalingkan wajah, ia menyesal. Tapi dirinya jaim, gimana dong? "CEPAT!""K-kiki gue minta maaf." ucap Klarissa terpaksa.Kiki setengah tertawa melihatnya. Entahlah ia merasa dibela saja oleh lelaki ini. Tapi kok sesenang ini ya?"Akh Kiki! Gak boleh mikir aneh! Kamu itu bukan seleranya, udah hush hush hushh... Hidup itu bukan selalu tentang cinta Ki!" batin Kiki.Di waktu istirahat kerja. Kiki tiba-tiba ditarik tangannya oleh Putra. "Kerja mulu, ke kantin lah. Udah istirahat nih." ucap Putra yang mendadak muncul didepannya. Tepatnya saat ini Kiki sedang berjaga didepan ruang kerja Dylan. "Udah duluan aja. Tuan Dylan masih didalam. Enggak enak aku." ucap Kiki seraya menunjuk ke dalam ruang kerja Dylan, dimana sang tuan muda s
"Ya karena enggak sesuai kriteria saya." ucap Dylan enteng."Tapi tuan, mohon maaf sebelumnya. Kita udah menghabiskan waktu, biaya dan tenaga banyak untuk ini. Masa sih diantara 60 orang enggak ada satu pun yang sesuai sama kriteria tuan? Minimal yang nyerempet-nyerempet dikit aja tuan." ucap Kiki."Enggak ada satupun yang sesuai kriteria saya. Dan saya enggak mau maksa diri saya buat nerima orang yang menurutmu nyerempet-nyerempet dikit itu." ucap Dylan tersenyum. Kiki menghela nafas. "Terserah tuan deh. Sekarang juga udah sore, kantor ini mau tutup. Kita lanjut besok ya tuan." ucap Kiki. "Oke." ucap Dylan seraya pergi dari sana akan tetapi baru beberapa langkah, Dylan langsung terjatuh. Kiki pun kaget dan langsung mendekatinya. "Tuan, tuan kenapa?" tanyanya panik. Dylan terus memegang kakinya. "Saya enggak bisa berdiri Ki. Aw. Kaki saya kesemutan." Dylan merintih. "Kesemutan? Yaudah saya bantu luruskan kakinya ya tuan." ucap Kiki segera meluruskan kedua kakinya diatas lantai d
"Kamu... Suka sama dia?" tanya Rudi. Kiki tersentak tidak percaya. "E-enggak Kek." "Lalu kenapa kamu begitu perhatian sama dia?" tanya Rudi."K-karena dia adalah tuan saya Kek, saya diberi tanggung jawab untuk selalu berada disampingnya memenuhi kebutuhannya dan memperhatikannya setiap waktu. Bukan karena hal lain. Itu penjelasan saya, permisi. Dan ditambah saya seorang laki-laki. Tidak mungkin saya menjalin hubungan dengan tuan muda. Itu hal yang tidak etis menurut saya." pamit Kiki segera pergi meninggalkannya, setelah membungkuk terlebih dahulu. Esok paginya, di kantor Rolland Group.Sayembara masih terus dilakukan meski terhitung ini sudah hari ketiga, dimana kini hanya tinggal belasan orang saja yang tersisa. Dimana Kiki dan Putra tidak terlalu keteteran seperti kemarin-kemarin. Satu per satu perempuan sudah bergiliran masuk ke dalam ruangan dimana Dylan berada. Kali ini diantara 15 orang yang tersisa itu tidak ada satupun yang tak lolos di step awal, yaitu cara berjalan seb
Selagi itu, mereka para pendemo masih sibuk menghancurkan dan membalikkan semua barang yang ada didepannya. Disaat yang sama juga Kiki, Putra, satpam maupun para karyawan lapangan yang ada disana bahu-membahu untuk menangkap maupun menghajar para pendemo tersebut. Berbeda halnya dengan Dylan yang begitu ketakutan, ia sedang bersembunyi di kamar mandi ketika itu. Ia bahkan terlihat gemetaran dan begitu cemas. Kiki terus berlari mencari dimana Dylan. Ia geledah semua tempat di lantai satu, meski mayoritas ruangan berpintu disana masih terkunci. Selagi terus mencari dirinya melihat beberapa orang yang langsung menghajarnya, ia balik menghindar dan ikut menghajar. Satu per satu orang yang dihajarnya pun tumbang seketika. Kiki berteriak."Tuan! Tuan dimana! Tuan Dylan!" pekik Kiki masih terus berlari. "Tuan!" tiba masanya ia melintasi toilet sambil meneriaki nama sang tuan, Dylan yang ada didalam pun membalas teriakannya. "Kiki! Kiki saya disini Ki!" pekiknya berulang-ulang, hingga
"Kamu tidak perlu merasa penasaran dari siapa papa tahu tentang ini. Yang kamu perlu beritahu adalah jawaban dari pertanyaan papa itu." ucap Dietrich. Dylan bertambah kesal. Ia jadi semakin enggan untuk menjawab pertanyaannya. Ia hanya terdiam.Rudi yang melihat situasi ini pun angkat bicara. "Itu adalah gosip yang tidak benar. Kiki sendiri bilang, dia tidak suka dengan Dylan. Hal yang terjadi kemarin hanya salah paham saja dan oknum tertentu sepertinya sedang mencari kegaduhan dari misinformasi ini." bela Rudi.Meski begitu penuturan Rudi, akan tetapi Dietrich kembali berkata. "Kalau berita tentang putusnya kamu dari Klarissa, apa itu juga palsu?" tanya Dietrich pada Dylan. Tentu Dylan jadi terdiam karena hal ini, seberapa banyak sih ayahnya ini tahu tentang masalah pribadinya?Kali ini Dylan segera menjelaskan. "Ya karena Dylan mau cari wanita lain. Dan ada beberapa hal yang membuat Dylan yakin ingin memutuskan hubungan itu. Simpel kan?" ucap Dylan.Tentu Dietrich begitu menyayan
Klarissa memalingkan wajahnya sebentar. Merasa sedikit malu, tapi sayangnya disaat itu saja. Dirinya lantas kembali berkata padanya. "Tapi kan aku udah minta maaf. Masa kamu enggak mau maafin aku sih? Bahkan ke Kiki juga, Kiki aja enggak merasa bermasalah dengan hal ini. Masa kamu sendiri merasa bermasalah sih?" tanya Klarissa."Karena Kiki enggak ada di posisi saya, dia enggak dimarahi siapapun, pusat perhatian siapapun dan bukan seorang pria yang cukup terkenal seperti saya. Jangan asal ucap hanya karena kamu tahu sedikit tentang hidup saya." ucap Dylan. "Y-ya maaf. Masa sih aku enggak dimaafin Lan? Kamu apa enggak tega sama aku yang udah dateng jauh-jauh kesini cuma untuk nemuin kamu?" tanya Klarissa memelas. "Ya kamu mau ngapain nemuin saya? Memang tidak ada pria lain yang akan menjadi incaran kamu selanjutnya?" tandas Dylan."Kok kamu ngomong gitu sih? Incaran apa maksudnya? Yang aku cinta kan kamu Lan!" ucap Klarissa.Dylan memilih terdiam ketika itu. Kiki maupun Putra saling