Bab23
'Mengapa tuan Wiliam berniat menculik Case? Dan orang-orang tadi siapa? Apa sebenarnya hubungan Case dan orang-orang itu?' Batin Khan Wilson gelisah dan penuh dengan pertanyaan, juga diliputi rasa penasaran yang tinggi.
Sesampainya di rumah sakit sebelumnya, Case dan Khan Wilson pun kembali mempertanyakan tentang Ibunya yang hilang.
"Saya bisa tuntut kalian," ancam Case yang sangat panik dengan kondisi Ibunya yang hilang tanpa jejak. Bahkan pihak rumah sakit, tidak mau mengatakan apapun.
"Silahkan," jawab pihak penanggung jawab rumah sakit. "Kami tidak memiliki pasien yang bernama Aluna Welas, oke."
Khan Wilson pun terkejut mendengar jawaban pihak rumah sakit. Dia semakin penasaran, dengan kejadian yang menimpa Case.
"Tidak mungkin! Kalian jangan bercanda, ini tentang nyawa Ibuku," teriak Case histeris.
"Case tenanglah," pinta Khan Wilson.
"Tuan, bagaimana aku bisa tenang, Ibuku hilang, dan mereka tidak tahu a
Bab24"Alasan tidak masuk akal, kamu dan keluargamu sama saja, jahat."Hati Joe terasa nyeri, mendengar ucapan dan makian Case padanya dan keluarganya."Case ...." Joe berusaha meraih tangan wanita itu. Namun Case menepisnya."Sudahlah, bisakah kalian berdua tidak bertengkar? Ada hal penting yang harus kita selesaikan," ucap Khan Wilson menengahi keduanya.Joe dan Case terdiam. "Case, pulanglah bersama Joe, biar aku yang urus ini semua," kata Khan Wilson."Tuan, apakah anda yakin, bagaimana saya bisa tenang? Ini masalah ibu saya.""Case, kamu bisa percaya padaku, oke.""Case, mengapa hal ini bisa terjadi?" desah Joe dengan suara parau. Lelaki itu pun tadinya bingung ketika ke rumah sakit dan menanyakan kamar Aluna Welas yang kosong."Tanyakan pada dirimu sendiri bodoh. Andai malam itu aku ke rumah sakit, mungkin tidak begini ceritanya," bentak Case. "Kamu senangkan, Ibuku yang kalian anggap benalu itu hilang. Aku tidak a
Bab25Plaakkkk.Tamparan keras untuk Elvina dari Case, hal ini pertama kali dia lakukan pada adik iparnya itu.Joe Wilianus dan nyonya Sabhira sangat terkejut."Case ...." nyonya Sabhira berteriak."Diam!" bentak Case dengan tatapan tajam. "Kurang ajar sekali mulutnya itu," ucap Case menatap tajam pada Elvina yang memegangi pipinya yang panas dan sakit."Ibu ..., sakit," lirih Elvina."Kurang ajar sekali," ucap nyonya Sabhira, dan berniat menampar wajah Case. Namun sebelum tangan nyonya Sabhira mendarat di wajah mulus Case, tangan kekar itu menangkap tangan nyonya Sabhira."Jangan lakukan itu, Bu.""Lepas, durhaka kamu, Joe. Apakah kamu tidak lihat, bagaimana dia begitu kerasnya menampar wajah adikmu," bentak nyonya Sabhira pada Joe."Dia pantas mendapatkannya," jawab Joe. "Seharusnya ibu bisa mengajari Elvina berkata baik, agar tidak ada Case lain yang menampar ucapan kurang ajarnya itu," kata Joe teg
Bab26Perasaannya kini sedang tidak tenang. Usai makan, dia menggunakan tenaganya untuk menangis dan memanjatkan doa kepada Tuhan.Case sangat rindu pada Ibunya, dan berharap Tuhan mau memberinya kesempatan, untuk bertemu dengan Ibunya yang menghilang tanpa jejak._______Khan terdiam di depan jendela kamarnya, memandangi gemerlap malam dari ketinggian. Rasa rindu pada Ibunya kadang menyelinap ke sanubari lelaki tampan itu."Apa yang sebenarnya terjadi pada Case dan Ibunya? Mengapa tuan Alexander menculiknya? Apakah Ibu Case berada di tangan mereka?"Berbagai pertanyaan menyerbu pikirannya. Khan sebenarnya sangat lelah untuk berpikir.Bahkan untuk menyelesaikan urusan mengenai Ibunya saja dia belum bisa, di tambah harus mencari tahu keadaan Ibu Case, membuat Khan Wilson semakin merasa pusing.Dengan pikiran yang sesak, dengan rasa yang gelisah, Khan Wilson melakukan panggilan telepon ke nomor Case.Hingga pangg
Bab27"Jangan lama-lama kalau mandi," titah nyonya Sabhira dengan angkuh. "Aku tidak rela, jika melihat anak-anakku mengerjakan kerjaan pembantu," lanjutnya.Usai mandi, Case keluar dan bergegas mengenakan pakaian. Nyonya Sabhira dan Elvina, telah menunggunya di dapur.Melihat kedatangan Case, nyonya Sabhira memasang wajah galak."Dari mana saja kamu kemarin? Saya sudah memberikan kamu sejumlah uang untuk berbelanja. Tapi kamu tidak pulang ke rumah! Kamu mengacaukan acara pertemuan saya, bodoh!" Maki nyonya Sabhira sembari mengomel panjang lebar."Ibu saya menghilang," lirih Case."Hilang?" Nyonya Sabhira menggebrak meja kompor. "Berani sekali perempuan miskin ini membual. Kau pikir, aku akan percaya dan perduli? Jangan bermimpi," tekan nyonya Sabhira dengan tegas."Seharusnya mati saja wanita miskin itu, menyusahkan sekali mengobatinya yang tidak kunjung sembuh," keluh nyonya Sabhira."Ya begitulah orang-orang miskin, selalu m
Bab28"Jangan ...." kali ini Joe bersuara dan meraih lengan Mary.Perasaan Joe benar-benar dilema."Mengapa aku tidak boleh pergi?""Mari kita rayakan bersama," ucap Joe lagi. Joe melihat ke arah Case."Case, istirahatlah ke dalam, dan kita akan bicara nanti," pinta Joe dengan lembut."Aku akan keluar," kata Case pelan."Kau tidak diizinkan," sahut nyonya Sabhira."Kenapa? Aku harus mencari ibuku, dan anda tidak berhak melarangku," bentak Case dengan tatapan tajam menatap nyonya Sabhira."Kau berani sekali melawanku." Nyonya Sabhira berniat menampar wajah Case, namun wanita itu menahan tangannya."Jangan sentuh saya! Atau kalian semua akan menyesal," bentak Case, sembari menghempaskan tangan nyonya Sabhira dengan kasar."Wow, sepertinya dia sedang kerasukan," kata Mary White, yang terkejut dengan keberanian Case."Case, kendalikan dirimu. Untuk masalah ibumu yang hilang, bukankah aku sudah berjan
Bab29Case begitu bersemangat. Namun ketika dia membawa tasnya keluar kamar dan bergegas berjalan menuju pintu.Suara keras bariton itu menghentikan langkah Case."Kau mau kemana?" tanya Joe Wilianus. "Letakkan kembali tas itu! Dan masuk ke dalam kamar," titah Joe keras.Case membalikkan badan. "Joe, mari kita bercerai. Dan masalah warisan, silahkan kamu ambil semuanya! Aku tidak butuh, aku cuma mau ibuku," sahut Case dan wanita itu kembali melangkah lebar menuju pintu utama."Berhenti, Case Mowelas! Atau kamu, akan menyesali semuanya," teriak Joe keras. Namun Case tidak memperdulikannya, dia terlalu lelah untuk bertahan di keluarga Wilianus yang kejam itu."Joe, biarkan dia! Hentikan semua ini. Lagi pula, tujuanmu menikahi dia, hanya untuk warisan kakek. Dan sekarang, wanita itu menyerahkan sepenuhnya pada kamu! Ceraikan dia, Joe. Dan kamu, nikahi Mary White, dia pasangan yang pantas untukmu," ucap nyonya Sabhira.Joe terdiam, mata l
Bab30Khan Wilson yakin, tidak ada yang kebetulan, semua pasti ada sebabnya. Hal itu pulalah, yang membuatnya semakin dilanda rasa penasaran yang tinggi.Khan Wilson menunjukkan kamar untuk Case tempati."Kamu yakin ini kamarku?" tanya Case pada Khan. Kamar yang sangat mewah dan luas. Serta di lengkapi dengan perabotan elit di dalamnya."Tentu saja, di apartemen ini, kamar cuma ada dua. Apakah kamu mau sekamar denganku?" tanya Khan dengan tatapan nakal."Haha." Case menanggapinya dengan tawa."Masuk dan beristirahatlah! Aku ke kantor dulu, masih ada pekerjaanku yang belum selesai," kata Khan."Baiklah, sekali lagi terimakasih," jawab Case lembut."Tidak masalah," sahut Khan sembari tersenyum manis.Case merebahkan dirinya di atas kasur empuk. Pandangannya menerawang keseluruh langit-langit kamar yang di desain sangat mewah dan indah.Wanita itu meraih ponselnya dan membuka layar kunci. Begitu banyak panggila
Bab31"Ini untukmu!" Khan Wilson memberikan bingkisan tas belanja dari brand ternama."Apa ini?" Case bingung dan meraih itu dari tangan Khan."Pakailah gaun ini, dan ikut bersamaku malam ini."Case Mowelas mengernyit. "Tuan, apakah kita akan pergi ke pesta? Bagaimana caraku untuk berbahagia, sedangkan ibuku belum juga di temukan dan aku belum tahu kabarnya sama sekali.""Kamu tenang saja, cepat atau lambat, kamu pasti akan tahu. Maka dari itu, ikutlah bersamaku malam ini.""Tuan Khan, apa maksud anda? Apakah ada sesuatu yang di sembunyikan?" selidik Case.Khan Wilson tersenyum. "Ini kejutan untukmu," jawab Khan Wilson."Tahan semua rasa penasaranmu, yang jelas, kamu pasti akan tahu maksudku nanti."Case pun mengalah, dan dia pun hanya mengikuti ucapan lelaki tampan di depannya itu._____"Case bersamamu?" tanya Wiliam, ketika memanggil Khan Wilson ke ruangannya."Ya, Tuan."Wiliam m