Share

Bab 4

Penulis: Shenina
Melalui celah pintu yang tidak tertutup rapat, Ashley melihat Marcello memeluk Ivana dan berciuman dengan penuh hasrat.

Begitu mendengar kalimat terakhir dari Marcello, tubuhnya mematung di tempat. Ternyata Ivana tidak berbohong. Ashley memang hanya hiburan bagi Marcello di waktu senggang, sementara Ashley malah selama ini menganggap dirinya sebagai penopang hidup pria itu.

Namun kini, semua itu sudah tidak penting lagi. Lagi pula, sebentar lagi dia akan meninggalkan pria itu.

Ashley tersenyum getir tanpa suara dan berbalik hendak pergi, ketika tiba-tiba asap tebal menyelimuti lorong.

"Gawat! Ada kebakaran ...!"

Suara alarm berbunyi nyaring, seluruh klub langsung berubah panik. Ashley terdorong dan terinjak oleh orang-orang yang berhamburan keluar. Dia berusaha bangkit, tapi sekali lagi tubuhnya terjatuh dan kakinya tertahan oleh arus manusia yang panik.

Saat mengangkat kepala, dia melihat Marcello sedang berlari ke area yang aman dengan Ivana di pelukannya. Secara naluriah, Ashley mencoba merangkak ke arah mereka dan berteriak sekuat tenaga memanggil nama Marcello untuk memohon pertolongannya.

Sepertinya Marcello mendengarnya. Saat menoleh, dia tampak terkejut melihat Ashley yang berlumuran darah di lantai. Marcello refleks ingin berbalik untuk menolong. Namun ketika menyadari Ivana yang tampak lemah di pelukannya, dia hanya terhenti sesaat lalu berbalik dan pergi tanpa ragu.

Ashley terpaku. Lelaki yang dulu berjanji akan selalu melindunginya, kini berpaling di saat nyawanya dipertaruhkan. Dia menarik napas panjang, lalu berpegangan ke dinding sambil menahan rasa sakit dan mengikuti arus manusia menuju luar gedung dengan langkah yang gontai.

Begitu sampai di luar dan memastikan dirinya selamat, lututnya melemas dan tubuhnya terjatuh ke tanah. Nyaris saja ... nyaris saja dia kehilangan nyawanya.

Ketika napasnya mulai teratur, Ashley mengangkat pandangan. Di kejauhan, tatapannya bertemu dengan Marcello. Ada penyesalan dan kegelisahan di wajah pria itu, tapi dia tetap berdiri di sisi Ivana, tanpa bergerak sedikit pun.

Apakah dia takut Ivana salah paham?

Ashley tersenyum tipis, lalu dengan susah payah bangkit dari lantai. Matanya mulai memerah. Dulu, Marcello adalah orang yang akan panik luar biasa hanya saat melihat jari Ashley tergores dan memaksa membawanya ke rumah sakit. Namun kini, di matanya hanya ada Ivana.

Ashley pulang sendirian. Dia mengambil kotak P3K, membersihkan luka, meneteskan obat antiseptik, lalu membalut lukanya sendiri. Setelah itu, dia tertidur di sofa dalam keadaan setengah sadar.

Saat terbangun, hari sudah lewat tengah malam. Seperti yang sudah bisa ditebak, Marcello tidak pulang. Dia tidak bertanya ke mana pria itu pergi. Hingga pagi menjelang dan hendak keluar rumah, dia tiba-tiba bertemu Marcello yang baru saja datang dari luar.

Begitu melihatnya, Marcello langsung memeluknya erat. Sorot matanya penuh kecemasan sembari memeriksa luka di tubuh Ashley dengan hati-hati. "Kamu sudah ke rumah sakit? Bagian mana yang masih sakit?"

Ashley menatapnya dengan diam. Apa pria ini tidak merasa terlambat bersandiwara seperti ini di hadapannya?

"Maaf, Ashley. Wanita semalam itu adikku. Dari kecil dia takut sekali sama api, jadi aku nggak bisa meninggalkannya."

Adik ....

Dia bahkan masih sempat menciptakan identitas palsu untuk Ivana.

"Bukan adikmu juga nggak apa-apa, Marcello. Aku sudah nggak punya uang lagi untuk menafkahimu. Jadi mulai sekarang, kamu bebas."

Raut wajah Marcello langsung berubah. Dia menarik Ashley ke dalam pelukannya dengan keras. "Apa maksudmu? Setelah bosan bermain, kamu mau menendangku begitu saja?"

"Ashley, aku nggak terima. Kamu pernah bilang akan bertanggung jawab padaku."

Ashley hanya menggeleng pelan, lalu menyingkirkan tangan pria itu dari tubuhnya dengan tenang.

"Marcello, ini cuma permainan. Jangan bilang kamu nggak bisa menerimanya? Tiga tahun ini aku sudah kasih kamu cukup banyak. Sekarang aku bangkrut, kamu masih mau menuntut lebih?"

Marcello menahan bahunya dengan kuat, lalu menggigit lembut telinganya penuh amarah. "Pokoknya, aku nggak akan pergi. Kamu nggak akan bisa menyingkirkanku semudah itu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 25

    Sejak Hector tiba-tiba menyatakan perasaannya, sikap Ashley terhadap pernikahan mereka pun berubah drastis.Hector pernah menyelamatkannya dua kali, lima tahun lalu dan lima tahun kemudian. Dalam situasi yang hampir sama. Setiap kali, dia bisa selamat karena pria itu.Jadi, dia tidak punya alasan untuk merasa tidak puas. Memang Ashley yang bersalah lebih dulu, jadi apa pun yang dilakukan Hector padanya, rasanya masih bisa dimaklumi.Hector membawa Ashley pulang ke Keluarga Sandiago, memperkenalkannya sendiri di hadapan semua anggota keluarga dan secara resmi mengumumkan bahwa Ashley adalah istrinya. Ashley bisa melihat jelas ketidakrelaan di wajah Keluarga Sandiago, tapi tak ada seorang pun yang berani menunjukkan penolakan secara terang-terangan.Tak lama kemudian, Hector juga mengumumkan identitas Ashley di depan publik. Dia membawanya ke berbagai acara resmi dengan terang-terangan. Semua orang memuji bahwa mereka pasangan yang serasi dan bahagia.Ashley pun berusaha memainkan peran

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 24

    Tubuh Ashley mulai bergetar tanpa kendali. Lima tahun sudah berlalu, tetapi hal itu tetap menjadi luka yang selalu dihindarinya untuk dihadapi. Andai bisa, dia lebih memilih Hector tidak pernah tahu apa pun. Biarlah pria itu terus membencinya, itu tidak apa-apa.“Kamu kira dengan diam-diam mengembalikan 100 miliar itu, semuanya bisa dianggap nggak pernah terjadi?”Ternyata Hector sudah tahu segalanya. Sayang, dia mengetahuinya terlalu terlambat.Hector teringat setengah tahun lalu, sebelum ibunya meninggal dunia. Saat itu, sang ibu memanggilnya sendirian ke sisi ranjang. Tubuhnya sudah lemah dan pikirannya sering kabur, tapi ingatan tentang bagaimana dulu dia memaksa Ashley pergi masih begitu jelas.“Selama ini kamu selalu sendiri, bahkan nggak pernah ada wanita di sisimu. Tiap kali orang menyinggung soal pernikahan, kamu selalu bilang nggak perlu terburu-buru. Tapi aku tahu, di dalam hatimu masih ada seseorang. Hector, aku benar-benar nggak mengerti, apa yang istimewa dari wanita itu,

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 23

    "Kamu sendiri gimana? Kita sudah bersama selama tiga tahun, kamu menipuku selama tiga tahun juga. Kamu punya hati nurani nggak?" Suara Ashley terdengar tanpa emosi sedikit pun, membuat Marcello perlahan-lahan merasa putus asa.Padahal dulu, apa pun yang dia lakukan Ashley selalu percaya padanya tanpa syarat. Bahkan dia pernah berkata, "Meski suatu hari kamu berbuat salah, aku tetap akan memaafkanmu."Namun sekarang, semua itu terasa begitu jauh. Semua kasih dan keistimewaan yang pernah diberikannya, telah dihancurkan oleh Marcello sendiri.Ashley menyuruh Hector naik ke mobil lebih dulu, lalu memandang dingin ke arah Marcello yang sedang kehilangan kendali."Marcello, kupikir semalam aku sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas. Atas dasar apa kamu berpikir aku nggak akan bisa melupakanmu? Dari mana datangnya kepercayaan diri itu?""Ketika kamu berkali-kali berbohong padaku, bilang mau kerja paruh waktu padahal pergi menemani Ivana .... Ketika kamu berpura-pura miskin dan pura-pu

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 22

    Ashley benar-benar kelelahan. Dia bahkan tidak sanggup lagi berkata sepatah kata pun. Begitu masuk ke rumah, pergelangan tangannya langsung ditarik keras oleh Hector dan tubuhnya didorong menempel ke dinding."Nggak kusangka setelah kita berpisah, kamu jadi sebebas ini. Punya pria simpanan dan saling jadi pengganti. Katakan, kamu menjadikannya pengganti siapa?"Dada Ashley terasa sesak. Tatapan tajam Hector membuat pikirannya kacau dan dia spontan membalas, "Yang jelas bukan kamu.""Aku ada bilang itu aku? Kenapa kamu jadi panik begitu?"Jari panjang Hector menyusuri pinggangnya, lalu melingkar kuat di sana. Gerakannya tegas dan tidak memberi ruang untuk perlawanan."Seleramu makin buruk saja. Tidur sama dia selama tiga tahun, tapi pada akhirnya dia malah diam saja menontonmu jatuh waktu kamu terdesak? Kamu sampai dipermainkan seorang pria selama tiga tahun. Ashley, sejak kapan kamu jadi sebodoh ini?"Ashley marah dan malu karena dihina seperti itu. Dia berusaha melepaskan diri dari pe

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 21

    Setelah Keluarga Hermina mengalami kehancuran, Ashley dipaksa menikah demi menyelamatkan keadaan. Saat itu, semua orang hanya menunggu saat dirinya menjadi bahan tertawaan. Bahkan di masa paling putus asa pun, dia masih memikirkan bagaimana caranya tetap berbuat baik pada Marcello.Selama tiga tahun bersama, Ashley benar-benar percaya bahwa Marcello adalah pria malang yang kehilangan orang tuanya dan tidak punya tempat pulang. Setiap kali melihat orang memperlakukannya dengan buruk, hatinya langsung bergejolak dan ingin melindunginya.Memang benar, mungkin awalnya Ashley memilihnya karena alasan pribadi. Namun selama tiga tahun itu, perasaannya tulus. Setidaknya, dia tidak pernah berbuat salah terhadap Marcello.Bahkan ketika Marcello memberinya hadiah murah, Ashley tetap menyimpannya dengan hati-hati. Dia selalu berpikir bahwa Marcello tidak punya banyak uang dan jika Marcello bersedia mengeluarkan uang demi dirinya, berarti Marcello benar-benar mencintainya.Namun setelah Ivana kemba

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 20

    "Ashley ...." Begitu melihatnya, mata Marcello langsung memerah. Dia melangkah cepat ke depan dan menggenggam lengan Ashley dengan erat. Telapak tangannya panas sampai nyaris membakar kulitnya."Akhirnya aku menemukanmu. Mereka bilang kamu menikah dengan Keluarga Sandiago, tapi aku nggak menemukanmu di rumah Keluarga Sandiago. Untung saja aku bertemu denganmu di sini."Perasaan gembira karena menemukan Ashley membuat Marcello tidak ingin melepaskannya lagi. Sepanjang perjalanan mencarinya, Marcello diam-diam bersumpah akan meminta maaf padanya dan tidak akan pernah berpisah darinya lagi.Namun saat pandangannya jatuh pada cincin berlian di jari Ashley, matanya seketika memerah penuh amarah. Dalam sekejap, logikanya dihancurkan oleh rasa panik."Selain cincin berlian yang kuberikan padamu, kamu nggak boleh pakai pemberian siapa pun!"Marcello mencoba menarik cincin itu dari jarinya dengan kasar, tetapi Ashley yang sedang mabuk dan pusing luar biasa langsung menepis tangannya. Namun begi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status