Home / Lainnya / Buruk Rupa / Rencana Loncat

Share

Rencana Loncat

Author: Sinar gaje
last update Last Updated: 2021-09-28 08:31:08

Argan dan Allen sedang didalam perjalanan menuju ke sekolah. Allen sangat gelisah, karena belum memberikan kabar untuk Kiran dan Natasha, sang sahabatnya.

"Kenapa Len? Lu kayaknya gelisah." ucap Argan yang menyadarinya.

"Eh? Ketahuan yah gelisahnya?" ucap Allen cengir.

"Ketahuanlah. Emang kenapa gelisah? Apa yang lu pikirin sampai gelisah galau merana begitu?" tanya Argan sedikit jahil.

"Nggak papa kok. Aku hanya gelisah karena hal kecil doank." ucap Allen tidak berniat untuk memberitaunya.

"Ohh... Kalau boleh ku nasehati yah? Nggak baik loh terlalu gelisah dengan hal kecil doank. Nanti, kalau kamu gelisah dalam hal kecil, bagaimana kamu mau menjalankan hal yang besar? Yahkan Len? Aku hanya menasehati loh... Jangan merasa nggak enak'kan yah? Sorry kalau ada ada kesalahan." ucap Argan menasehati sembari fokus menatap kedepan jalan raya.

"Hm? Iyah aku tau kok. Nggak papa juga kalau kamu menasehati aku. Lagian, terkadang nasehat orang ada benarnya juga'kan?" ucap Allen tersenyum mengerti.

Argan menatap sekilas wajah Allen yang sedang tersenyum itu. Argan juga menyunggingkan sedikit senyuman saat melihat senyuman Allen yang tulus dan sedikit manis itu.

"Gan, apa kita nggak bisa lebih cepat lagi?" tanya Allen.

"Ngapain cepat-cepat?" tanya Argan bingung.

"Yah biar nanti jangan telat." ucap Allen memberitau.

"Telat? Emang kita udah telah kok." ucap Argan santai sembari memberhentikan mobilnya.

"Ha? Kalau sudah tau kenapa berhenti sih, Gan?" tanya Allen sedikit kesal dan marah.

"Yah gimana mau nggak berhenti coba? Kita aja udah sampai ke depan gerbang." ucap Argan memberitau.

"Ha?" bingung Allen.

Allen pun melihat kedepan, dan benar saja bahwa mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah yang sudah digembok oleh pak Satpam penjaga sekolah.

"Eh iyah... Hehe..." cengir Allen sedikit malu menunduk.

"Menggemaskan!" batin Argan tersenyum.

"Jadi gimana caranya kita masuk?" tanya Allen menatap.

"Yah, loncat aja'kan?" ucap Argan.

"Loncat? Nggak ahk! Ntar jatuh sakit tau nggak?!" tolak Allen mantab.

"Yaudah. Kalau kau nggak mau biar aku sendiri saja yang pergi loncat dari belakang sekolah. Lagian kalau kau disini terus, emang ada yang berubah seperti keinginanmu itu, begitu?" ucap Argan memberitau sembari siap-siap untuk keluar dari mobilnya.

"Tunggu!" cegah Allen cepat sembari memegang tangan Argan yang hendak membuka pintu mobilnya.

"Kenapa?" tanya Argan mengernyit.

"Jangan pergi. Tungguin aku." ucap Allen melemas.

"Ha? Kenapa harus ditungguin kalau nggak mau ikut'kan?" ucap Argan tuduh poin.

"Hmm? Maaf. Aku akan ikut loncat bersamamu. Tapi, bagaimana dengan mobilmu ini?" tanya Allen sedikit khawatir.

"Tenang saja. Nanti aku suruh penjaga di rumahku buat bawa mobil ke rumahku. Lagian, nggak ada yang berani untuk maling disini'kan? CCTV sekolah juga sampe kok kesini." ucap Argan santai sembari menunjuk kearah CCTV luar sekolah.

"Jadi, kita sebenarnya udah tertangkap CCTV sekolah donk?" ucap Allen sedikit gelisah sembari melihat CCTV sekolah yang ditunjukan oleh Argan.

"Yah begitulah. Mau tidak mau bukan?" ucap Argan pasrah.

"Jadi, jika mobilmu dibawa pulang, kau pulang pakai apa?" tanya Allen.

"Kau banyak bertanya deh, Len! Udah ayok turun, supaya kita bisa loncat sebelum Pak Satpam tau. Ntar jadi berabe urusannya." ucap Argan memberitau.

"Hehe... Iyah juga. Yaudah ayok." ajak Allen yang sudah siap.

"Yaudah. Pegang tanganku, jangan dilepaskan yah? Nanti kau duluan loncatnya, biar aku yang terakhir loncatnya, biar aman aja Len. Oke'kan?" ucap Argan memberitau sebelum mereka keluar dari mobil.

"Hmm! Aku mengerti kok, Gan." angguk Allen mengerti.

"Aku bingung harus bahagia atau takut dengan Guru dan takut akan ketelatanku. Tapi yang jelas, aku seperti merasakan hangatnya kasih sayang orang yang menyayangi diri kita sendiri. Aish! Apaan sih? Aku terlalu banyak berfikir sehingga aku memikirkan perilaku hangat dari Argan. Ingat Len! Lo itu hanya gadis yang sering di Bully dan dikucilkan oleh keluarga dan orang sekitarmu. Kau tidak pantas berfikir untuk bersama Argan, karena dia beda jauh darimu! Sadar Len!" bentak Allen didalam batinnya.

"Bagus! Ayo laksanakan!" ucap Argan bersemangat.

"Hmm!" dehem Allen bersemangat.

Lalu Argan dan Allen pun melakukan rencana mereka yang telah mereka rencakan tadi didalam mobil.

"Semoga aja berhasil yah Len?" ucap Argan menatap.

"Iyah, Gan. Semoga." ucap Allen membalas tatapan Argan dengan senyumannya.

"Dia gadis yang tidak takut untuk tersenyum setulus itu. Apa aku setega ink untuk ngelakuin ini?" batin Argan menatap kasihan terhadap Allen.

"Yaudah ayok!" ajak Allen yang membuyarkan lamunan Argan.

"Hmm! Ayok!" ucap Argan tersadar.

Lalu Argan dan Allen pun pergi menuju kebelakang sekolah dengan berhati-hati. Argan dan Allen terus bergandengan sampai mereka sudah loncat dari tembok rendah dibelakang sekolah.

"Ada yang sakit?" tanya Argan.

"Nggak ada kok Gan." ucap Allen.

"Yaudah ayok!" ucap Argan.

"Hmm!" dehem Allen.

"Yuk!"

"Hayuk kemana?! Kalian berdua mau kemana anak-anak?!" 

NOTE : "Jangan pernah menyakiti orang yang sudah merasa nyaman denganmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buruk Rupa   Jatah-Menjatah

    "Pak." panggil Argan saat sudah berada didalam Ruang Kantor Guru."Ada apa?" tanya Pak Samson cuek."Bapak mau ngehukum kami'kan?""Hm!""Trus? Kenapa kami dari tadi malah disuruh berdiri gaje gini Pak? Udah hampir setengah jam disuruh berdiri Pak. Kasihanilah Pak... kami capek dan letih akan keberdirian yang tiada taranya Pak." dramatis Argan."Diam! Dramatis banget kamu!" sentak Pak Samson."Yaelah Pak. Buat kita bahagia dikit napa Pak?" ucap Argan."Mau ditambahin nggak hukumannya? Bapak lagi baik." ucap Pak Samson menahan amarahnya dengan seulas senyuman paksa."Eh... eh? Nggak jadi Pak." ucap Argan."Yasudah! Berdiri dengan tegak!" perintah Pak Samson."Pak?" panggil Allen pelan."Hmm?" dehem Pak Samson."Itu Pak... anu..." gugup Allen."Anu apaannya Allen? Bikin Bapak pusing!" ucap Pak Samson."Itu Pak... Allen kecapean berdiri terus. Bisa nggak Allen duduk sebentar? Sebenta

  • Buruk Rupa   Pak Samson

    "Mau kemana lagi? Yah menyusup ke sekolah'lah! Biar nggak ketahuan sama guru Killer yang sadis loh!" jawab Argan santai tanpa melihat siapa yang bicara."Gan?" panggil Allen berbisik.Sayangnya, Argan tidak mendengar ucapan Allen dan malah lebih menatap kedepan."Emangnya siapa guru killernya?""Yah Pak Samson! Kan dia udah sedeng dari rahim emaknya." jawab Argan santai tanpa dosa."Ohh! Jadi Pak Samson memang udah sedeng dari rahim Ibu'nya yah?" ucapnya menahan geram seperti ingin menerkam habis Argan."Iy-- eh Bapak Guru yang paling ganteng dan tampan!" ucap Argan menoleh dan mencoba menggoda Gurunya."Hah! Dari tadi udah dipanggil tapi nggak ngerti juga'kan?" ucap Allen."Lu sih! Nggak manggil dari tadi!" ucap Argan menyalahkan Allen."Ish apaan sih?! Dari tadi tuh Allen udah manggil Argan dan ingin menyuruh Argan diam dan berbalik! Tapi Argan aja yang nggak mau dengerin Allen." ucap Allen sedikit marah.

  • Buruk Rupa   Rencana Loncat

    Argan dan Allen sedang didalam perjalanan menuju ke sekolah. Allen sangat gelisah, karena belum memberikan kabar untuk Kiran dan Natasha, sang sahabatnya."Kenapa Len? Lu kayaknya gelisah." ucap Argan yang menyadarinya."Eh? Ketahuan yah gelisahnya?" ucap Allen cengir."Ketahuanlah. Emang kenapa gelisah? Apa yang lu pikirin sampai gelisah galau merana begitu?" tanya Argan sedikit jahil."Nggak papa kok. Aku hanya gelisah karena hal kecil doank." ucap Allen tidak berniat untuk memberitaunya."Ohh... Kalau boleh ku nasehati yah? Nggak baik loh terlalu gelisah dengan hal kecil doank. Nanti, kalau kamu gelisah dalam hal kecil, bagaimana kamu mau menjalankan hal yang besar? Yahkan Len? Aku hanya menasehati loh... Jangan merasa nggak enak'kan yah? Sorry kalau ada ada kesalahan." ucap Argan menasehati sembari fokus menatap kedepan jalan raya."Hm? Iyah aku tau kok. Nggak papa juga kalau kamu menasehati aku. Lagian, terkadang nasehat orang ada benar

  • Buruk Rupa   Argan

    "Kir." panggil Natasha."Hm?" dehemnya yang masih serius dengan buku ditangannya."Kir!" panggil Natasha lagi dengan nada yang sedikit menaik."Ish! Apaan sih, Nat! Ngeganggu orang lagi serius aja deh!" kesal Kiran yang terpaksa harus menghentikan aktifitas membacanya."Udah deh! Nggak usah terlalu serius kali sama tuh mapel. Lebih baik, lu serius tentang dimana keberadaan Allen sahabat kita satu-satunya Kir. Gimana sih? Jadi sahabat kok nggak peka amat Kir?!" ucap Natasha bingung dan menyindir."Ihh! Apaan sih Nat? Lu pikir gua gila apa? Main kata gua nggak peduli sama sahabat gua sendiri lagi! Tuh mulut kalau ngomong mohon difilter aja yah mbak? Takut ntar malah ngebuat orang pen nabok tuh mulutnya yah Mbak?" jelas Kiran kejam melotot."Ish! Dasar kucing garong! Gua masak jadi daging kucing sop baru tau rasa!" ucap Natasha tak masuk akal karena geramnya."Dih, anjim!" ucap Kiran."Udah ahk, nggak perlu basa-basi. Yang jelas s

  • Buruk Rupa   Bersamanya

    "Yaudah. Jadi, lu kesini mau ngapain? Mau ngebantuin gua atau nggak nih?" tanya Argan."Hm? Yaudah. Karena lo kawan sekolah gua, pastinyalah gua bantuin." ucap Allen."Yaudah yuk bantuin!" ucap Argan bersemangat."Hmm..." dehem Allen sembari memerhatikan jam ditangan Argan.Argan sedikit bingung karena Allen menatap jam tangan mahalnya itu. Argan langsung berfikir negatif thinking dengan Allen. Argan langsung menarik tangannya dan menyembunyikan jam tangannya dibelakangnya."Kenapa?" tanya Allen bingung."Nggak! Lu ngapain lihat'tin jam tangan gua terus? Apa jangan-jangan lu mau nyolong yah? Bukannya ngebantuin malah mau nyolong aja! Sana ihh!" ucap Argan sedikit kasar mendorong Allen.Allen yang diperlakukan seperti itu pun sedikit bingung dan terdiam di tempat. Allen menatap Argan dengan tatapan bingungnya."Apaan sih?! Aku tuh lihat jam tangan kamu karena mau lihat udah jam berapa! Udah itu aja! Nggak ada tuh niatku buat nyo

  • Buruk Rupa   Dipertemukan Oleh Takdir

    Pagi hari telah muncul. Allen sih Gadis yang sudah terbiasa bangun pagi jam 05:00 subuh, hanya untuk membantu Bibi yang ia sayangi itu."Bi? Ini sudah jam 06:00. Aku bangunin Alana dulu yah?" ucap Allen."Iyah Non." ucapnya.Lalu Allen pun pergi naik keatas, tempat dimana Alana berada. Allen sudah selesai mandi dan bersih-bersih."Alana..." panggil Allen dari luar pintu karena takut Alana marah."Lan? Alana? Bangun. Ini sudah jam 06:00. Kamu harus siap-siap. Hari ini kita upacara." ucap Allen."Sshht! Bising tau nggak Len?!" teriak Alana marah."Maaf Lan. Tapi ini sudah pagi." ucap Allen."Issh! Siapa bilang ini masih subuh?! Bising tau nggak?!" sentak Alana lagi."Lan?""DIAM!!!" teriak Alana sekuat mungkin."Ada apa ini? Kenapa Alana teriak-teriak? Apa yang telah kamu lakukan padanya Allen?" tanyanya."Ibu? Tidak kok Bu. Allen nggak ngapa-ngapain. Allen hanya nyuruh Alana buat siap-siap untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status