Share

BAB 23

Author: jasheline
last update Huling Na-update: 2024-12-08 22:45:23

Selena baru saja tiba di rumah, dan saat ini dia tengah video call dengan Nicholas. Seperti biasa, Selena belajar malam ditemani oleh abang angkatnya yang selalu setia membantunya memahami pelajaran.

"Ooo... iya, iya, aku tahu, kenapa aku nggak kepikiran ya? Ih, aku benar-benar lupa." Selena tertawa geli, sementara Nicholas tertawa kecil di layar laptop.

"Makanya, kalau di sekolah jangan cuma sibuk main sama hantu terus, dek..." kata Nicholas, membuat Selena meringis mendengar gurauannya.

"Gimana lagi, bang? Aku terlahir dengan kelebihan ini, jadi nggak tega kalau lihat sosok yang tersesat..." jawab Selena dengan nada serius.

"Tapi, dek, abang rasa kayaknya kamu udah ada peningkatan baru, deh. Nggak sih?" Nicholas bertanya, Selena pun menatap layar laptop, penasaran.

"Peningkatan apa, bang?" tanya Selena, kebingungan.

"Kamu sekarang bisa lihat kejadian yang belum terjadi, kan? Abang yakin kalau kamu terus latih kemampuanmu, kamu pasti bisa lebih dari ini," kata Nicholas dengan keyakin
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • CALON TUMBAL   BAB 24

    Keesokan harinya, Selena pergi ke sekolah bersama Linggar dan Rangga, seperti biasanya. Namun, kali ini pikirannya dipenuhi kegelisahan tentang Jovi yang berada di gedung olahraga.“Rangga, Li, kalian mau bantu aku, nggak?” tanya Selena, sedikit ragu.“Mau lah! Kenapa harus nanya? Kalau butuh bantuan, bilang aja, Sel,” jawab Linggar dengan nada tegas, mendahului Rangga.Selena tersenyum kecil. “Hehe, makasih, Li.”Linggar langsung membusungkan dada, menaik-turunkan alisnya penuh percaya diri.Rangga menatapnya dengan tatapan heran. “Li, kenapa sih lo baik banget sama Selena, tapi dingin banget kalau sama orang lain?”Linggar langsung melirik Rangga dengan tajam.“Tuh, tuh! Lirikan matanya udah kayak macan hutan. Serem banget,” cibir Rangga, sambil setengah bercanda. Sebenarnya, pertanyaan itu sudah lama ingin ia lontarkan, tapi baru kali ini ia punya keberanian.“Lo tuh ya, suka menilai orang dari tampang. Mana lo tau isi hati gue. Beda sama Selena,” balas Linggar sinis.Rangga melong

    Huling Na-update : 2024-12-08
  • CALON TUMBAL   BAB 25

    Selena terpental keras ke samping, tubuhnya terbentur dinding dengan kekuatan yang tak terduga. Di dunia nyata, Rangga dan Linggar terlihat panik. Sejak tadi, tubuh Selena mematung tanpa menghirup napas sama sekali. Mereka terus berusaha menyadarkannya, bahkan Rangga dan Linggar sama-sama mengucapkan doa dengan suara gemetar."Selena! Ya Allah, apa yang terjadi padamu?" Rangga berseru penuh kecemasan."Sel, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Linggar, suaranya dipenuhi kekhawatiran yang mendalam.Tiba-tiba, Selena menarik napas dengan terengah-engah, seolah-olah udara di sekitarnya makin menipis. Napasnya sempat terhenti saat dia dan Jovi saling tarik menarik, namun akhirnya napas itu kembali mengalir deras."Jovi." Selena menyadari bahwa sosok Jovi berhasil melepaskan diri dari cengkeraman gelap.Di sampingnya, Selena menyaksikan Aki mencekik sosok tua yang sebelumnya mencengkeram Jovi. Sosok tua itu kini terlihat kelabakan dan panik sebelum Aki membawanya pergi dengan cepat dan tegas.Se

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • CALON TUMBAL   BAB 26

    (Kilas balik Jovi, Tahun 1987)Jovi adalah anak yang pendiam, tumbuh dalam kemewahan, tetapi kekayaan keluarganya tak mampu menggantikan kekosongan kasih sayang yang dia butuhkan. Ayah dan ibunya, keduanya pekerja keras yang terjebak dalam rutinitas, jarang memiliki waktu untuk anak mereka yang kesepian."Pa, nanti bisa ikut kumpulan orang tua, kan?" tanya Jovi, suaranya penuh harap, mengharapkan sedikit perhatian dari sosok ayahnya."Jovi, papa udah bilang kan berkali-kali, papa sibuk. Nanti tanya mama aja," jawab ayahnya, tak sedikit pun melirik ke arah Jovi."Iya, pa," jawab Jovi, suara lirih menahan kecewa.Jovi sudah mencoba bertanya pada ibunya juga, dan jawabannya tak jauh berbeda. Keduanya tak pernah punya waktu. Sejak saat itu, Jovi belajar bahwa dia harus menghadapi dunia seorang diri. Setiap kali ada acara perkumpulan orang tua, Jovi akan datang tanpa pendamping, berjalan sendirian. Dia tak memiliki teman sejati, dan setiap kali dia mencoba mempercayai seseorang, dia hanya

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • CALON TUMBAL   BAB 27

    Selena tiba di rumah, dan sepanjang perjalanan, pikirannya terusik oleh cerita pilu Jovi. Siapa sangka, di balik senyumnya yang selalu ceria, Jovi menyimpan luka mendalam yang begitu pahit.‘Terima kasih, ya Allah. Meski aku tak lagi memiliki orang tua, aku masih jauh lebih beruntung dibandingkan Jovi. Aku bersyukur atas semua jalan yang Engkau beri. Aku tahu, semua ini telah Engkau atur, dan sebaik-baiknya pelindung hanyalah Engkau,’ batin Selena dengan penuh rasa syukur.Ia kembali berbicara dalam hati, membayangkan wajah keluarganya. ‘Ayah, Bunda, Uti... Terima kasih atas cinta yang begitu besar. Meski aku tak dapat bersama kalian lebih lama, aku tetap merasakan kasih sayang kalian. Aku tidak sendiri, tidak pernah kesepian. Aku beruntung... sangat beruntung.’Dari arah pintu masuk, sosok Ayah Nicholas terlihat, lengkap dengan jubah dokternya. Selena yang melihat ayah angkatnya pulang, langsung tersenyum lebar."Papa!" serunya ceria. Ia berlari kecil, menghampiri, dan langsung menya

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • CALON TUMBAL   BAB 28

    Selena duduk di tepi ranjangnya, tubuhnya bergetar pelan, dan air matanya mengalir deras. Ia baru saja terbangun dari mimpi yang begitu nyata, pertemuan pertamanya dengan sang bunda. Hatinya terasa sesak karena momen indah itu berakhir terlalu cepat. "Hiks… hiks… Bunda…" gumamnya di antara isakan yang semakin mengoyak ketenangannya. Mimpi itu, meski singkat, meninggalkan jejak yang dalam. Selena merasa begitu banyak yang ingin ia tanyakan, tetapi ibunya dalam mimpi itu menyuruhnya pergi sebelum sempat semua pertanyaannya terucap. Perasaan bercampur aduk membuatnya sulit untuk menenangkan diri. Dengan nafas tersengal, ia menghapus air matanya. "Snif… snif… hiks… hiks…" Perlahan, ia bangkit dan memutuskan untuk menenangkan hatinya dengan sholat malam. Di atas sajadahnya, Selena memohon dengan sepenuh hati. Ia meminta ketenangan, mendoakan orang tua yang telah tiada, serta mengenang kasih sayang sang uti yang membesarkannya dengan penuh cinta. "Robbana aatina fiddunya hasanah, w

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • CALON TUMBAL   BAB 29

    Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya tiba di rumah Selena, yang tampak asri dan nyaman. Rumah lama itu kini telah direnovasi oleh Ayah Nicholas, namun tetap mempertahankan bentuk aslinya. Selena sengaja meminta agar rumah tersebut tidak diubah total, supaya kenangan bersama ayah dan utinya tetap terasa. Beberapa bagian diperkuat dan halaman depan kini lebih rapi, dengan tanaman yang tertata indah.Rumah itu dulunya menjadi tempat tinggal bagi anak-anak didik Ustad Sholeh, namun kini mereka sudah dipindahkan ke pondok baru yang dibangun Ayah Nicholas tidak jauh dari sana.Saat mobil berhenti, seorang wanita tua muncul dari dalam rumah. Dengan sigap, ia membantu Selena dan sopir menurunkan barang-barang bawaan."Wah, ini rumah siapa?" tanya Linggar, matanya menyapu rumah sederhana namun penuh karakter itu."Rumahku," jawab Selena dengan senyum penuh nostalgia, menatap rumah yang menyimpan sejuta kenangan bersama orang-orang yang dicintainya."Bang Rangga pulang!" Teriak seorang a

    Huling Na-update : 2024-12-11
  • CALON TUMBAL   BAB 30

    Rangga duduk dengan napas terengah-engah, matanya celingukan, terkejut setengah mati. Wajah itu tiba-tiba muncul di atasnya, dengan mata serba putih dan wajah penuh darah."Astaghfirullah," Rangga mengusap dadanya, mencoba menenangkan diri.Baru kali ini dia mengalami gangguan langsung dari makhluk gaib. Rasanya sangat mengerikan, seperti dunia tiba-tiba berubah jadi mimpi buruk.Terdengar langkah kaki dari luar kamar. Linggar keluar setelah mendengar teriakan Rangga, sementara Selena masih terlelap dalam tidurnya."Napa sih lu!? Kaget gue," tanya Linggar dengan bingung."Ada setan, Li. Tadi nongol di depan muka gue, serem banget. Astaghfirullah," jawab Rangga, masih terlihat ketakutan dan celingukan."Boongan kan lu?" ujar Linggar, masih tak percaya."Ngapain juga gue boong? Lu tahu sendiri, gue bisa lihat," Rangga menegaskan, membuat Linggar sedikit ragu.Linggar melirik sekitar dengan cemas. "Jangan berisik, ntar Selena bangun. Gue tidur di sini juga deh sama lu," katanya, sementar

    Huling Na-update : 2024-12-11
  • CALON TUMBAL   BAB 31

    Ayah bayi itu melangkah mendekati Selena dengan wajah merah padam, amarahnya meluap-luap. Namun, sebelum ia berhasil mencapai Selena, Linggar maju dengan sigap, berdiri di depannya seperti perisai hidup. Sementara itu, Rangga menarik Selena menjauh, menjadikannya aman dari jangkauan pria yang sedang kehilangan kendali."Minggir kamu!" bentaknya kepada Linggar, suaranya penuh amarah. Tubuhnya yang besar dan gemuk memberikan tekanan saat ia mendorong Linggar."Enggak akan! Saya nggak akan minggir," jawab Linggar tegas, tetap berdiri tegap meski terdorong mundur beberapa langkah. Berkat latihannya, kuda-kudanya kokoh, dan ia tidak gentar menghadapi pria itu.Di sisi lain, ibu Rangga dengan cepat menyerahkan bayi itu kepada ibunya si bayi, mencoba mengurangi ketegangan. Ia lalu berusaha melerai, khawatir situasi semakin tak terkendali."Owek! Owek! Owek!" Tangis bayi yang keras berpadu dengan suara pertengkaran, membuat suasana semakin mencekam."Cukup, Gun! Udah, berhenti!" seru ibu Rang

    Huling Na-update : 2024-12-13

Pinakabagong kabanata

  • CALON TUMBAL   BAB 126

    Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-

  • CALON TUMBAL   BAB 125

    Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

  • CALON TUMBAL   BAB 118

    Selena sudah bersama ibunya Intan, saat ini ibunya Intan sedang menangis tersedu-sedu karena kondisi Intan makin tidak normal. Ibunya Intan juga menceritakan pada Selena tentang kejadian kemarin saat ada belatung yang keluar dari kemaluan Intan, Selena dan Linggar sampai ngeri mendengarnya."Tiap malem dia selalu merintih kesakitan, minta ampun, minta tolong, tapi dia sama sekali nggak kebangun dan sadar. Tante ngaji, dia makin kesakitan. Tante nggak ngerti lagi harus gimana.." Ujar ibunya Intan."Kita ke rumah Faaz dulu ya, tan. Aku semalem udah ngomong sama orang tuanya. Abis itu aku kenalin tante sama temen papaku yang bantu nolongin Faaz waktu itu." Ujar Selena, dan ibunya Intan mengangguk."Iya nak, tante berharap ada yang bisa nolong Intan." Ujar ibunya Intan.Akhirnya Selena dan Linggar membawa ibunya Intan itu ke rumah orang tua Faaz, dimana di sana juga ada Faaz yang senang dengan kedatangan Selena. Selena salim dengan kedua orang tua Faaz dan kini mereka duduk di ruang tamu.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status