Indra tidak perduli pada teriakan histeris Marisa, yang ada justru Indra seperti orang kalap dan memukuli Henry secara bertubi-tubi!Marisa mencoba memisahkan Indra dan Henry dengan cara memeluk Indra dari belakang dan menarik-narik nya. "Cukup, Pak Indra! Sudah! Hentikan! Kalau Bapak marah karena saya pergi dengan Pak Henry, saya minta maaf! Kalau mau marah, marah saja sama saya!" teriak Marisa.Indra melepaskan cengkeramannya pada kerah Henry hingga pria itu tersungkur dengan wajah yang lebam-lebam! Kini kemarahan Indra beralih pada Marisa!"Kamu membela dia sampai sebegitunya?! Kamu mau menggantikan dia untuk menjadi sasaran kemarahan saya?!" mata Indra membeliak mengerikan!"Tapi Pak Henry memang tidak bersalah! Dia tidak memaksa atau menculik saya! Lepaskan dia dan jangan pukuli lagi! Saya mohon!" ratap Marisa karena tidak tega melihat bagaimana keadaan Henry yang babak belur."Gila!" teriak Indra! "Kamu dulu kabur dari Sumedang bersama dia! Sekarang kamu juga meninggalkan tugas
Indra Perdana mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat itu dia sedang dalam perjalanan menuju ke Sentul untuk mengikuti acara main golf yang di gelar komunitas antar para pengusaha muda sukses.Indra merasa senang sekali bisa mengajak Marisa pergi. Sebaliknya Marisa merasa was-was kalau Indra akan berbuat jahat lagi seperti waktu di Sumedang dulu."Awas saja kalau tiba-tiba Pak Indra berbuat kurang ajar seperti waktu itu! Aku akan langsung menceritakan semuanya pada Pak Andro!" batin Marisa.Seperti bisa mengetahui apa yang sedang dirasakan Marisa, Indra tiba-tiba berkata. "Saya tidak akan mengajak kamu menginap di Sentul. Kita segera pulang kalau acaranya sudah selesai""Iya, Pak. Mudah-mudahan tidak hujan" kata Marisa yang hari itu berpakaian casual, dengan baju kaos lengan pendek, celana jeans panjang dan rambut yang di ekor kuda yang di masukan kedalam celah di belakang topinya.Indra diam-diam merasa kagum pada Marisa. Mau pakai gaya apapun, casual, kantoran, bergaun. g
Indra tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Sofie. "Saya tergoda oleh wanita lain?! Wanita yang mana?! Kamu jangan aneh-aneh! Saya sudah melewati waktu satu tahun bersama kamu! Saya sudah mengikat kamu dengan tali pertunangan, itu artinya kamu adalah calon istri saya!""Kamu yakin?! Kamu tidak akan tergoda oleh wanita lain?!" tanya Sofie lagi."Sudahlah Sofie! Saya tidak mau membicarakan tentang masalah ini! Buang-buang waktu saja! Tidak ada gunanya sama sekali!""Kamu bicara seperti itu! Tapi saat tidur bersama ku, kamu menyebut nama Marisa!" jerit batin Sofie. "Lalu bagaimana masa depan kita, Dra?" hanya itu yang dapat keluar dari mulut Sofie."Saya sudah menerima kamu sebagai calon istri saya seperti apa yang orang tua kita inginkan! Saya pasti akan menikahi kamu! Tapi saya tidak tahu kapan itu! Saya lebih suka hidup bebas seperti ini! Saya juga tidak suka berkomitmen dan saya tidak percaya pada sebuah hubungan yang namanya pernikahan!" kata Indra tegas."Kamu gak bisa begini
Keesokan harinya Marisa kembali ke kantor. Marisa merasa tubuhnya sudah kembali fit untuk bekerja. Indra belum sampai di kantor karena ada jadwal fitnes di hari Rabu pagi. Menjelang makan siang barulah Indra muncul di ruangan kerjanya.Marisa pun bertemu kembali dengan Indra. Suasana diantara mereka menjadi canggung. Indra tidak banyak bicara, Marisa juga demikian. Beberapa menit berlalu tanpa kata-kata. Indra sudah sibuk dengan laptopnya."Pak Indra, ini ada beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani," kata Marisa seraya meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja Indra."Oke, kamu sudah sembuh?" tanya Indra."Alhamdulillah sudah, Pak.""Kamu besok temani saya, ya? Saya ada acara main golf bersama para pengusaha muda sukses yang menjadi klien perusahaan.""Kemana Pak?""Ke Sentul.""Oh ya, baik, Pak.""Itu juga kalau kamu sudah benar-benar sehat!""Insya Allah saya sudah sehat, Pak.""Oke, jam delapan pagi kita berangkat dari sini!"Marisa kembali ke meja kerjanya. Rasanya aneh
Jam lima pagi Gery memasuki ruangan rawat inap Marisa untuk meminta izin pada Indra untuk pulang ke kosan karena akan bersiap berangkat ke kantor."Ya, kamu pulang saja duluan. Saya tetap disini sampai dokter datang dan memeriksa keadaan Marisa" kata Indra."Baik, Pak. Makasih ya udah bantu jagain Marisa" kata Gery."Ini sudah menjadi kewajiban saya""Kewajiban Bapak?" Gery mengerutkan keningnya."Iya, Marisa kekasih Andro, bukan? Andro adalah adik saya dan saat ini Andro sedang pergi ke luar kota! Jadi kewajiban saya untuk menjaga Marisa!""Oh gitu" Gery agak meruncingkan bibirnya. "Kalau begitu saya pamit dulu, Pak""Kalau kamu sudah sampai di kantor, katakan kepada Pak Nino untuk menghubungi Bella, sekretaris saya kalau saya tidak masuk kantor hari ini""Siap Pak!""Kamu jangan mengatakan kalau saya tidak masuk kantor hari ini karena menunggui Marisa! Katakan saja pada Pak Nino kalau saya ada urusan kerja dengan Marisa!""Siap, Pak! Tapi Pak, kenapa Anda perhatian banget sama Maris
Marisa masih menggelengkan kepalanya, mata nya juga masih menatap Indra dengan ketakutan."Saya bilang diam! Saya minta maaf atas apa yang saya lakukan tadi siang pada kamu! Sekarang saya akan menebus kesalahan saya dengan menemani kamu disini. Dan kamu jangan melarang saya untuk menyuruh Gery pergi! Karena saya tidak suka dia ada di ruangan ini, di antara kita!" kata Indra tegas.Perlahan Marisa berhenti menggeleng dan akhirnya diam dan memejamkan matanya. Sementara Gery masih mematung karena bingung dengan apa yang terjadi. Ada juga keterkejutan di dalam hatinya karena mendengar permintaan maaf dari Indra. Walaupun permintaan maaf itu terdengar terpaksa dan tidak tulus. Tapi kalau bisa membuat seorang Indra Perdana minta maaf, itu saja sudah bisa di katakan luar biasa!Indra melirik pada Gery yang masih mematung. Matanya melotot sadis. Gery langsung gemetaran."Kamu mau apa masih berada disini?! Saya bilang kamu harus pergi dari sini! Tinggalkan saya dan Marisa! Kamu ini punya telin