Share

Rashya Terbaring Koma

Author: Ivander Kaz
last update Last Updated: 2022-08-24 14:30:00

Waktu tengah malam.

Dari balik kaca bening, Zaphira memandang penuh ketakutan suasana di dalam ruang perawatan intensif, Rashya sedang berbaring antara hidup dan mati. "Oh Tuhan, tolong selamatkan pria itu, berikan kesempatan meminta maaf padanya!"

Tuan Imran Nadhirrizki merangkul erat istrinya yang terisak tidak sanggup melihat keadaan putra mereka belum menunjukkan hasil memuaskan usai operasi besar sejak kemarin siang.

Sebuah peristiwa gawat darurat tiba-tiba terjadi di waktu tengah malam.

Denging mesin memekakkan telinga terdengar meraung-raung di ruang perawatan intensif. Pasien tidak mampu melewati masa kritis dengan baik. Mesin penghitung detak jantung dan tekanan darah tiba-tiba saja menurun drastis. Dokter dan perawat berhamburan cepat ke ruangan berusaha segala cara menyelamatkan pasien di situasi darurat.

Sepasang alat hentak jantung akhirnya digunakan memicu tekanan darah pasien kembali normal. Perawat bergerak membersihkan area dada pasien. Semua menjadi tegang. Keluarga pasien tak pernah putus berdoa demi kesembuhan Rashya dibalik kaca.

Kedua tangan Dokter Darsono sigap mengambil tindakan berbahaya di tengah masa kritis yang belum selesai dalam waktu 24 jam setelah operasi. Pasien sama sekali tak menampakkan kesadaran malah makin menurun tajam.

Clear-!

Teriakan dokter memberi aba-aba. Semua orang menjauh tidak mengganggu proses tindakan medis.

Bugh-!

Satu hentakan keras menekan ke dada pasien. Dalam sekian detik tubuh Rashya terlontar ke atas kemudian jatuh lagi ke ranjang rumah sakit. Dokter dan perawat memantau ke layar mesin menunjukkan angka tertera detak jantung dan tekanan darah tak berubah.

Dokter Darsono bersiap menghentak jantung pasien kedua kali. Satu-satunya cara terakhir menyelamatkan putra kesayangan Tuan Imran Nadhirrizki dan Nyonya Sisca.

Bugh-!

Bunyi hentakan itu begitu kuat sama seperti yang pertama. Zaphira langsung memejamkan mata kuat-kuat, dan merapal doa tulus di lubuk hati paling dalam.

"Oh, Tuhan, tolong lepaskan rasa bersalahku padanya. Berikan kesembuhan paripurna bagi Rashya Afkar Alfarezer, putra dari Tuan Imran dan Nyonya Sisca."

Mesin berbunyi kembali, suaranya mulai teratur. Tak seperti sebelumnya mendenging membuat semua orang kalang kabut dalam kepanikan. Tekanan darah pasien kembali normal namun ternyata berujung hal lebih fatal.

Pria tampan, seorang CEO perusahaan besar, dan tunangan dari Marcella Hadiningrat mengalami proses luka trauma dalam. Kini tertidur panjang, koma. Kaku tak bergeming untuk seterusnya. Dokter Darsono menghela nafas berat. Mereka memerlukan mukjizat berharap pasien sadar sendirinya.

"Dok, bagaimana kondisi anak kami, apa sebenarnya terjadi, dan kenapa Rashya belum sadar juga?" Tuan Imran bergegas menghampiri. Istrinya berada di luar sedang ditenangkan calon menantu mereka. Jiwanya rapuh melihat putra sulung bagai es membeku.

"Maaf Tuan, kami terus berupaya memberi yang terbaik untuk pasien; tekanan bawah alam sadarnya belum berhasil menyentuh ke permukaan, putra anda sementara sedang koma, itu lebih baik agar lukanya sembuh dulu tanpa banyak bergerak."

Gantian tubuh Tuan Imran terasa lemas. Sulit menerima kenyataan Rashya mengalami koma sebelum sempat bangun usai operasi. "Dok, bisakah anda menjaminnya kembali sadar, hidup normal seperti anak lainnya?"

Pengusaha kaya raya itu mencoba berpikiran positif. Pernikahan antara putranya dan putri Tuan Hadiningrat akhirnya tertunda akibat kecelakaan mengerikan. Rashya butuh waktu berbulan-bulan kembali pulih dan bekerja lagi. Entah bagaimana dengan calon menantu, sanggupkah gadis itu setia dalam suka duka dengan mempertaruhkan cinta mereka demi tunangannya keadaan koma.

"Kami belum yakin," jawab dokter ragu. "Efek samping dari benturan aspal ke kepala dan punggung pasien belum diketahui sampai tersadar nanti, yang dikhawatirkan tubuhnya tidak bisa sempurna tegak berdiri bila beberapa syaraf penting terganggu."

Deg-! Degup jantung Zaphira kian berdebar. Tak sengaja mendengarkan percakapan mereka di dalam ruang intensif. Rashya Afkar Alfarezer bukan lagi pemuda gagah dan menawan. Ia menyebabkan semua ini. Putra seorang pengusaha terbaring koma sejak tengah malam, entah kapan akan terbangun lagi.

"Tuan," selanya pelan memecah keheningan di antara mereka. "Maaf aku tak sengaja membuat keadaan putra anda seperti ini."

Ayah Rashya menggeleng. "Bukan salahmu, Nona, penabrak itu melakukan padamu dan putraku, aku akan mencari tahu pelakunya membalas semua yang pernah terjadi pada kalian berdua!"

Terlukis jelas di wajah pria paruh baya itu menaruh dendam besar. Cahaya mata sayu berubah api membara. Tuan Imran Nadhirrizki beranjak meninggalkan ruang perawatan membiarkan putranya beristirahat tenang dalam kedamaian.

"Eh' Tuan... " seru Zaphira pelan.

Ia menoleh tertegun sejenak menunggu ucapan gadis keras kepala yang tak mau pergi ingin tetap menemani putranya. Padahal mereka tak mengenal asal usulnya hanya seseorang memiliki perasaan bersalah.

"Tuan dan Nyonya, pulang saja dan beristirahat, biarkan aku yang menjaga pasien di sini." Kalimatnya terasa getir tak mampu berbuat apa-apa kecuali kehadirannya meringankan beban keluarga kaya raya itu.

Anggukan ayah Rashya menyetujui pendapatnya. Mereka sangat kelelahan setelah kemarin siang menanti di luar kamar operasi hingga selesai. Kini sudah pukul tiga pagi masih menyaksikan putranya terus berbaring tanpa ada bisa dilakukan orang tuanya lagi. Usia senja menghalangi mereka beraktifitas lebih keras.

Tidak cuma pasien mengalami penderitaan berat. Keluarga mereka hancur lebur tanpa ada pegangan lagi. Tinggal putra bungsu berada di luar negeri yang akan meneruskan tahta keluarga Imran Nadhirrizki. "Terima kasih bantuanmu, hubungi nomor ini bila putraku terjadi sesuatu kapan saja jangan pernah ragu!" Disodorkan sebuah kartu nama ke gadis lugu.

Sedikit gemetar Zaphira menerima, dan membaca sekilas, nama pengusaha besar tertulis jelas. Disimpannya kartu itu baik-baik, dan berjanji pada diri sendiri menjaga Rashya hingga tiba saatnya membuka mata lagi.

Bukan imbalan uang atau perhatian dari keluarganya diinginkan. Ia sedang menebus rasa bersalah setiap waktu menusuk hati. "Seandainya...." Selalu saja kata itu terngiang dibenak. Luka kecil di lengan dan bahu mulai sembuh tapi bukan Rashya yang keadaannya terus memburuk.

"Baiklah Tuan, selamat beristirahat, hati-hatilah di jalan."

Zaphira mengangguk hormat melepas pria paruh baya itu keluar menemui istrinya, dan menggandengnya segera pulang. Sementara tunangan Rashya menatap sinis sebelum beranjak tak menyukai gadis gembel menjaga calon suaminya tapi apa mau dikata, tubuhnya lelah kalah.

Nizar memandangnya sejenak lalu merangkul bahu Marcella mengajak pergi. Pagi ini harus ke kantor, dan menengok Rashya setelah pulang bekerja.

Dari balik lift terlihat semburat senyum Tuan Imran ketika memandang seorang gadis gigih bersemangat dalam menjalani hidup. Lebih cocok mendampingi Rashya yang sering bersikap urakan dan memberontak daripada dengan Marcella di suatu saat nanti.

Berhati-hatilah Nak, jaga dirimu baik-baik! ucapnya dalam hati. Lalu pintu lift menutup memisahkan mereka meninggalkan putra kesayangan, dan gadis asing bersamanya. Tiada yang tahu tentang masa depan mereka selanjutnya. Pria terbaring koma tak ingat lagi soal gadis lugu pernah ditolongnya memberi kekuatan yang tak sebanding tunangannya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Maukah Jadi Kekasihku?

    Di dalam mobil adik Rashya, tangan Zaphira berpautan gelisah. Darimana pria itu mengetahui, mencari tahu sampai ke kampus? Pikirnya bingung. Selama ini tak pernah meninggalkan jejak apapun soal dirinya ke keluarga Tuan Imran Nadhirrizki, datang saat malam hari ke ruang perawatan Rashya usai sepulang bekerja dan kuliah lalu pagi buta sebelum matahari terbit sudah pulang ke kost-an melanjutkan istirahat sebentar sebelum bertugas sebagai perangkai bunga di Nana Florist. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Rashya, dan siapa yang memberi tahu keberadaanku di kampus?" tanya Zaphira penasaran pasien mengharapkan kedatangan setelah tersadar dari koma. Pandangan Arzu lurus ke jalan tak bisa menceritakan keadaannya. Mama terus melarang keras menghubungi gadis asing itu, dan membiarkan sepenuhnya Marcella merawat tunangannya. Namun Rashya terus menyebut gadis lain usai berhasil sadar dan membuka mata lebih menginginkan Zaphira mendampingi dirinya. Dan pertengkaran hebat begitu dahsyat tak

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Panggilan Darurat

    Sepulang dari kantor, Adzriel menjemput Zaphira di halaman kampus. Gadis itu akhirnya memiliki sebuah kehidupan normal. Betapa senang mendengar pasien tabrak lari itu terbangun dari koma, sahabat tersayang tidak perlu kembali ke rumah sakit menjaganya. "Ra, bagaimana skripsimu?" Ia bertanya begitu serius memperhatikan masa depan gadis yang tinggal di kamar sewaan jauh dari kerabat, dan berharap dapat menjadi pendampingnya di kemudian hari. "It's okay, sudah banyak menulis dalam seminggu ini, kebetulan tak perlu menemani pasien lagi setiap malam jadi kini punya banyak waktu luang," balasnya begitu senang melupakan kekalutan berbulan-bulan kembali memikirkan kehidupan sendiri . Adzriel ikut gembira bebas mendekati gadis itu setelah dua bulan waktu terbuang, dan tanpa dihalangi Arzu brengsek mengganggu mereka. "Baguslah, kalau ada kesulitan bilang saja, dosen pembimbingmu pasti yakin bisa selesaikan tepat waktu," tukasnya menyemangati. "Oya, maafkan jika aku pinjam laptopmu agak

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Sebuah Keajaiban

    Kelopak matanya terbuka pelan, mimpinya berubah menjadi kenyataan. Bayangan gadis menghilang membawa terus muncul ke permukaan menuju cahaya terang menyilaukan. Hey, jangan pergi, tolong tunggu aku! Teriakan keras menggelegar. Gadis itu menoleh tersenyum lalu pergi lagi. Rashya terus berlari mengejar sampai akhirnya sadar sendirian tanpa teman dan keluarga, menatap dinding putih dan lampu menyilaukan. Bahu mencoba digerakkan namun tak memiliki kekuatan, tiba-tiba merasakan menyentuh sesuatu menghangatkan. Sebuah tangan halus, jarinya lentik mungil. Rashya tak mampu mengangkat tubuh hanya lirikan mata melihat siapa yang bersamanya saat ini, tanpa sengaja telah membangunkan seorang gadis asing yang tak dikenal sama sekali, tapi pernah hidup di dalam mimpi! Zaphira terhenyak sesaat jari itu menghentak beberapa kali di tangannya. "Oh, Tuhan, akhirnya kau sadar juga!" berteriak kaget ketika sejenak beradu pandang dengan bola mata Rashya. Kebahagiaan melihatnya terbangun tapi kebin

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Cahaya Kehidupan

    Pukul dua malam, memasuki bulan kedua bagi pasien terbaring koma di kamar perawatan VVIP. Suasana hening berubah menakutkan dan menegangkan. Zaphira dikejutkan bunyi denging kencang dari mesin monitor meraung-raung, tersentak keras dari tidur dan membuka mata secepatnya langsung berdiri mendekat ke balik kaca. Pasien khusus di sebuah rumah sakit terkenal tiba-tiba saja terkena serangan jantung di saat tidur koma, dan ini serangan kedua kali setelah sebulan lalu dari operasi panjang pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit. Dokter dan suster berlarian ke ruangan menjalankan prosedur cepat tindakan medis yang dibutuhkan pasien dalam keadaan darurat. Peralatan sentak picu jantung disiapkan lalu terdengar aba-aba Dokter agar perawat menyingkir. Dugh-! Satu kali tubuh Rashya terlontar sesaat dan jatuh terbaring lagi di ranjang. Layar belum menunjukkan angka normal. Dokter terus bekerja keras melenyapkan kekhawatiran. Sentakan kedua seharusnya lebih menjanjikan dari yang pertama,

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Bangunlah, Rashya!

    Sudah sebulan lebih berlalu. Rashya masih terbaring kaku, deru nafasnya teratur dibantu selang oksigen. Detak jantung dan tekanan darah tertera di layar mesin tergambar normal. Melihat dari balik kaca membuat Zaphira kian lara tak ingin lagi tinggal di ruang itu bersamanya, meski adik pasien memaksa beristirahat menemani di dalam. "Ra, kita makan malam dulu, kamu pasti kelaparan dari tadi setelah pulang kerja terus kuliah," Arzu memecah keheningan di antara mereka. Dia tahu gadis itu kesal jika mencampuri urusan pria bernama Adzriel tadi. "Tidak, terima kasih; Kau lihat saja, Adzriel membawa makanan dan buah, semua itu lebih dari cukup bagiku," elaknya mengambil tempat duduk lagi beristirahat dan tidur cepat seperti biasanya. Pengalihan Zaphira dari upaya mendekati dirinya terus mendesak mau menerima tawaran apapun yang tak dibutuhkan sama sekali. "Kenapa 'sih kamu enggan banget bersamaku, malas mengobrol, memangnya aku salah apa?" tukas Arzu bertambah kesal. Sungguh gadi

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Merebut Perhatian Zaphira

    Adzriel, kawan baik Zaphira datang mengejutkan membawakan makanan untuknya ke rumah sakit. "Ra, kamu makan ini, bagus untukmu!" desaknya sambil menyodorkan buah sudah dikupas. "Kamu ngapain kesini, merepotkan saja bawa ini dan itu, sudah kayak hajatan," balasnya kesal. Bukan hati tak senang, tetapi pandangan adik Rashya begitu curiga terhadap mereka berdua. Arzu Rakha Kaivan berdiri menjauh pura-pura sibuk dengan gawai terus mencuri pandang ke Zaphira dan Adzriel. Dari tatapannya tak menyukai kehadiran pria lain di samping gadis yang diam-diam disukai. "Ra, kamu kan sebentar lagi skripsi, ga mungkin-lah harus terus berada di rumah sakit setiap malam. Nanti kuliahmu jadi terbengkalai, belum lagi bekerja di pagi hari," protes Adzriel begitu perhatian. Zaphira memasang muka cemberut, "Duh bawel banget, 'kan aku bisa mengatur waktu, di sini lebih banyak tidur sambil menunggu pasien dan bisa menulis skripsi." Gadis keras kepala! "Ya sudah 'Ra, pakai laptop aku saja biar kamu mudah men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status