Share

Putra Bungsu Tuan Imran

Author: Ivander Kaz
last update Last Updated: 2022-08-24 15:10:28

Nyonya Sisca tidak percaya jika suaminya begitu saja mengizinkan gadis miskin itu menemani putranya di rumah sakit.

Sudah tiga minggu bolak balik menjenguk Rashya selalu saja yang dilihatnya, Zaphira sedang menunggu di luar, atau fokus menatap pasien dibalik kaca.

"Papa, gimana 'sih? Seharusnya kita lebih berhati-hati menerima orang asing di tengah suasana genting ini. Dan sebenarnya mau apa gadis lancang itu ke keluarga kita?"

Ibu dari Rashya marah melampiaskan kekesalan sudah berhari-hari, namun suaminya hanya berdiam diri sejak putranya mengalami koma.

Makan malam mereka bagai perang. Ketegangan dan kekalutan orang tua tiada pernah berakhir khawatirkan kondisi putra sulung mereka tak kunjung sadar juga.

Berbagai cara mereka tempuh menghubungi dokter ahli saraf dalam dan luar negeri, dan hasilnya tetap sama, semua dikembalikan kemampuan pasien sendiri.

Bila pasien sudah sadar, dokter baru menganalisis lebih dalam memberi tindakan medis sesuai dibutuhkan. Dan sekarang yang dilakukan keluarga menunggu sebuah keajaiban itu datang.

"Mama, dengarkan Papa baik-baik! Gadis itu juga sama dengan putra kita mengalami trauma, menjadi korban dari kasus tabrak lari yang belum terpecahkan sampai kini," Tuan Imran meminta istrinya tenang.

"Iya, aku tahu itu! Tapi, bukan haknya berada di rumah sakit, membuat pening kepala melihat gadis itu seakan tunangannya Rashya. Pokoknya tidak setuju, kau harus usir Zaphira dari sana!" balas Nyonya Sisca ngotot.

Tuan Imran menatap tajam. "Uhmm, apa kau pikir, kita mampu mengembalikan setiap tetesan darah miliknya yang telah mengalir ke tubuh anak kita?"

Hufft-! Nyonya Sisca pun diam seribu bahasa.

Raut wajah cemberut lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan menuju ke kamar. Hatinya sungguh sedih.

Perasaan seorang ibu melahirkan dan membesarkan anaknya sampai dewasa, kini tergeletak tak berdaya di ranjang rumah sakit. Bukan tidur nyenyak di rumahnya sendiri.

Sementara, Tuan Imran memilih tetap berada di ruang makan. Duduk termenung tak lagi memiliki selera untuk menghabiskan hidangan lezat di atas piring.

Hatinya juga ikut gundah. Pikirannya terus melayang ke rumah sakit membayangkan hal buruk dapat terjadi kapan saja. Bukan seharusnya orang tua memakamkan anaknya.

Tak berhenti rasa panik itu datang seakan menjelma menjadi kenyataan. Pekerjaan di kantor terbengkalai, sekretaris mengambil alih selama Tuan Imran sibuk mencarikan pengobatan terbaik untuk Rashya.

Di tengah keheningan di sebuah rumah mewah megah, terdengar suara mengejutkan dari seorang anak muda yang membuyarkan lamunannya.

"Malam, Papa! Kok makan sendirian di sini?" celingukan mencari ibunya. "Mama ada di mana, 'Pa?" tanya Arzu Rakha Kaivan, putra bungsu Tuan Imran dan Nyonya Sisca yang baru tiba di tanah air.

Dua koper dibawa oleh supir langsung ke kamar. Lalu, dia memeluk erat sang papa yang terlihat semakin tua saja setelah kejadian kecelakaan menimpa kakaknya.

Kemudian mereka duduk bersama mendengarkan keluh kesahnya. "Mama sedang kurang enak badan, kelelahan pulang - pergi terus ke rumah sakit menjenguk Rashya."

"Lalu sekarang, siapa yang menjaga kakakku di rumah sakit?" Raut Arzu terlihat bingung.

"Kami bergantian dengan Nizar dan Marcella, tapi lebih sering Zaphira menunggui kakakmu sana," sahut Tuan Imran.

Zaphira-? Kening Arzu berkerut tak mengenal nama itu.

Nizar memang sahabat Rashya dari kecil dulu hingga kuliah bersama di Amerika. Kemudian, Marcella yang bertunangan dengan kakaknya, dan kedua keluarga mereka juga merupakan kolega bisnis..

"Papa, siapa Zaphira itu?" Arzu bertanya ingin tahu.

Berita kecelakaan yang disampaikan hanya tentang sang kakak. Dia tak bisa datang lebih cepat, perjalanan dari Amerika menuju Indonesia hampir satu hari bahkan lebih.

Belum lagi mengurus perusahaan di sana lebih dulu sebelum ditinggalkan olehnya. Keadaan darurat yang mengharuskan si bungsu segera kembali ke Jakarta, sesuai perintah orang tuanya.

"Zaphira cuma seorang gadis biasa yang ditolong oleh Rashya, namun naas, malah kakakmu terluka parah sampai koma," Tuan Imran menjelaskan ke putranya.

"Oh, berarti saat itu ada dua orang korban tabrak lari?"

"Ya, kau benar. Pihak kepolisian kini sedang menyelidiki kasus kecelakaan, dan Papa sudah mengirim orang untuk mencari pelaku walau ke ujung dunia sekalipun!"

"Papa tenanglah, temani Mama istirahat saja di rumah. Biar Arzu yang mengurus Rashya dan bisnis sampai dia sembuh nanti."

Senyum bangga Tuan Imran mengembang. Arzu Rakha Kaivan bersikap kian dewasa dan bertanggung jawab. Tinggal dia satu-satunya dapat dipercaya memegang tampuk kekuasaan, bila kakaknya ....

Oh, tak sampai hati pria paruh baya itu berpikir sejauh itu lagi, jika Rashya akan meninggalkan keluarga tanpa pesan terakhir darinya.

"Hey, kau mau kemana lagi?" serunya, saat melihat Arzu beranjak pergi dari ruang makan.

"Mandi dan berganti pakaian dulu, 'Pa! Kemudian ke rumah sakit menjaga kakakku," balas Arzu tanpa perlu menoleh, dan melangkahkan kaki ke lantai atas.

Sungguh dia penasaran dengan gadis yang bernama Zaphira. Sampai tak sabar melihatnya langsung, dan menanyakan mengapa sering berada di rumah sakit demi menjaga kakaknya.

Gadis yang aneh!

-------------

Seorang perawat menemui Zaphira sering menatap pasien di balik kaca ruang perawatan intensif. Sedikit iba dan bersimpati setiap malam berdiri lama di sana.

"Nona, beristirahatlah di ruang inap keluarga pasien. Tuan Imran Nadhirrizki menyiapkan untukmu jika kau sudah kelelahan, dan kami mengawasi perkembangan medis Tuan Muda Rashya."

"Terima kasih, Suster, tapi lebih baik aku menunggu tak jauh darinya," tolak Zaphira halus enggan merepotkan siapapun. Berdiri memandangi Rashya sudah cukup membahagiakan dirinya.

Tiga minggu berada di rumah sakit, pemuda tampan itu tetap diam tak memberi respons apapun membuat dia semakin bersalah.

Hidupnya dibantu peralatan canggih sangat mahal yang terpasang di sekujur tubuh, menghitung setiap tekanan darah dan detak jantung membuat suasana menyeramkan seperti di ambang kematian.

Sunyi sepi senyap di ruang dingin membekukan tubuh Zaphira yang segera merapatkan jaketnya sampai ke leher agar hangat kembali.

Sebelum kembali ke kursi, satu tangan ditempelkan ke kaca berharap pria itu menoleh membalas lambaian dan tersenyum padanya.

"Bangunlah, Rashya, keluargamu sedang menunggu dan merindukan kehadiranmu!"

Bola mata Zaphira mulai berembun. Sesaat air mata menetes, seorang perawat mendekati begitu kasihan padanya, dan memberi saran.

"Nona, apakah anda ingin menemani Tuan Rashya di dalam? Mungkin dengan adanya dirimu, pasien merasa kehadiran seseorang yang dekat dengan dirinya."

"Oh, apa aku boleh menunggu di dalam sana?"

"Anda bagian kerabat keluarga Tuan Imran Nadhirrizki, atas izinnya berada di sini, kapan pun ingin menjenguk. Silakan Nona, ayo aku antar ke dalam!"

Betapa senang hatinya lebih dekat mengenal Rashya, sang dewa penolong baginya. Sedikit ragu saat suster menarik sebuah kursi agar duduk di samping ranjang pasien.

"Ajaklah Tuan Muda ikut berbicara, supaya mendengar suara Nona, dan menyentuh alam bawah sadar kembali ke permukaan sampai dia mampu terbangun sendiri nanti."

Zaphira tercengang mendengar nasihat suster. Belum sempat bertanya lagi, dia telah meninggalkan dengan pintu tertutup rapat.

Suasana di dalam ruang malah jadi bertambah kaku, padahal pria itu cuma diam membisu. Kedua matanya terpejam, dan jantungnya dibantu selang oksigen tiada pernah berhenti mengalir ke tubuh.

Di samping ranjang, mesin penghitung tekanan darah menyala terang menampilkan angka stabil keadaan pasien saat ini, mengamati semua yang ada. Rasyha terlihat begitu tenang dan damai di dalam tidur koma.

Kini mulut kecilnya mulai membuka suara, pelan dan gugup. "Hai, aku Rara-! Memang kita belum pernah kenalan, tapi aku di sini menjagamu karena kau adalah penolongku. Uhmm... "

Tenggorokan tercekat menahan rasa bersalah yang kuat. "Mas Rashya, maafkan aku yang menyebabkan semua terjadi padamu, seandainya kau tak berada di sana, mungkin keadaannya berbeda."

Secara tak disengaja menyentuh tangan pasien, dingin sedingin hati mereka berdua. Jari kecil Zaphira melukis sesuatu tidak beraturan di telapak tangan besar dan kekar.

Mengalirkan kehangatan dari gadis lugu bagi pria asing tak pernah dikenal seumur hidupnya. Berjam-jam tak terasa berceloteh apa saja, seolah mengadukan pada dunia.

Betapa dia sedang hidup dalam ketidakadilan yang tak se-elegan kehidupan dimiliki pengusaha muda dan keluarganya yang kaya raya.

Wajah tirus Zaphira bertumpu di lengan kiri, tertunduk di sisi ranjang pasien. Tangan mereka bersentuhan akrab, lalu mulai merasa lelah. Tiga minggu dengan pria koma baru kali ini begitu dekat dengannya.

Kelopak matanya pelan-pelan terpejam dan terlelap, bermimpi yang tak sama dengan milik Rashya. Dia tak menyadari diamati dari jauh seorang pria tampan yang berwajah mirip dengan pasien berada di sampingnya.

Arzu Rakha Kaivan, adik bungsu Rashya, membiarkan gadis lugu menemani kakaknya demi menemukan jalan terang menuju kesadaran yang sejati.

Selamat beristirahat kalian berdua! gumannya pelan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat    Hamil Anak Kembar

    Sore hari Bramastra menjumpai Rasyha di rumah sakit. Kabar Zaphira pingsan didengar dari Mala yang begitu khawatir Arzu pergi tanpa ada menemani. "Hai, bro!" sapanya ke pengantin baru berada di luar kamar rawat inap. "Istrimu bilang kau ke sini diam-diam tanpa diketahui orang tua-mu." Arzu menyalami pengacara keluarga, "Eh iya, Bram. Aku khawatir Mama dan Papa panik kalau mendengar Rara dirawat, jadi lebih baik sendiri saja ke sini. Temui mereka ada di dalam sekarang." Oh, okay. Sebelum dia masuk sempat menyampaikan kebingungan atas keputusan Tuan Imran tadi pagi. "Ada apa dengan kalian sebenarnya, kenapa tuntutan hukum atas Marcella ditarik begitu mudah?" Adik Rashya meluapkan kekesalan yang sama, "Papaku yang memutuskan, dan sahabatmu setuju padahal aku tidak. Jalang itu sangat berbahaya dibebaskan tanpa ada sanksi hukum yang pasti." Mereka sama-sama tahu, putri Tuan Adi Hadiningrat mengalami masalah kejiwaan setelah gagal menikah dan kecelakaan. Ketika pulih malah sikap

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat    Keputusan Tuan Imran

    Esoknya, Tuan Adi Hadiningrat dan keluarga langsung mendatangi kediaman Tuan Imran Nadhirrizki untuk meminta maaf. Dengan rasa malu dan terkejut sikap putrinya yang kejam melukai pengantin pria. "Maafkan kami, Mas Imran dan Mbak Sisca. Sungguh tak tahu kenapa Cella tega berbuat begitu merusak nama keluarga dan hubungan baik kita selama ini," ujarnya di bawah tatapan marah semua orang. Dengan suara getir dan wajah sembab usai menangis semalaman, Nyonya Fanny ikut menambahkan, "Mbak Sisca, tolong lepaskan putriku dari tuntutan penjara. Dia memang labil jiwanya sejak kecelakaan tiga tahun lalu." Arzu dan Mala terpaksa belum menikmati bulan madu pernikahan mereka. Ulah Marcella membuat istrinya jadi ketakutan kehilangan suami yang baru dinikahi kemarin pagi. Kini tinggal Rashya dan Zaphira menemani kedua adik setelah Mariana diantar pulang oleh sopir, sementara Bramastra masih mengurus pelaku penusukan di kantor kepolisian. Akhirnya Tuan Imran Nadhirrizki memberikan jawaban ya

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat    Malam Pernikahan Berdarah

    Malam resepsi pernikahan Arzu Rakha Kaivan dan Nurmala Sasmita begitu megah dan mewah di sebuah hotel di Jakarta. Sebelumnya ijab kabul dilakukan di kediaman Tuan Imran Nadhirrizki pada pagi hari. Ayu, kakak Nurmala, dengan terharu menyampaikan rasa terima kasih ke keluarga pengantin pria yang telah meminang putri bungsu Pak Kardi. "Tuan Imran, aku tidak menyangka pesta pernikahan adikku hingga sebesar ini. Sayangnya ayah sudah tiada tak dapat melihat kebahagiaan anaknya," cetusnya. Dengan tersenyum ayah Arzu membalas, "Kami yang malah beruntung Mala mau menerima anakku apa adanya, semoga perkawinan ini mengubah sikap dan prilakunya ketika berkeluarga." Kedua anak laki-laki kini sudah menikah. Rashya begitu bahagia dengan anak dan istrinya, begitu juga putra bungsunya. Perbedaan strata bukanlah jadi halangan menggapai impian anak-anak mereka. "Ayu, nanti adikmu tinggal bersama kami saja. Rumah terlalu besar dan sepi tanpa mereka. Nanti kalian dapat sowan kapan saja," Nyonya

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat    Honeymoon Kedua

    "Shya, aku dan Mala ikut ke Bali ya? Kan bisa menjaga Alpine selagi kalian honeymoon!" Arzu membujuk kakak memperbolehkan pergi bersama mereka. "Hey, kau belum menikah sudah main bawa anak gadis orang!" Rashya menggeleng tegas kemauan adiknya yang keras kepala. "Lah, dulu malah boleh kau membawa Rara ke sana!" protesnya keras. "Kan kamarnya juga pisah, bukan jadi satu sama aku. Ayolah bro, kita butuh liburan selepas membantu pernikahan kalian." Zaphira melerai perseteruan mereka dengan mengajak kedua adik ipar ikut serta ke pulau dewata, "Ngga pa-pa Mas, mereka kelelahan empat hari menyiapkan pesta pernikahan kita. Kasih rewards liburan terbaik saja." "Tapi sayang, kita mau honeymoon bukan diikuti adikku terus menerus. Toh mereka setelah menikah bisa pergi sendiri ke sana!" balas Rashya sebal. Tak lama terdengar teriakan Mama tersayang sedang menggendong Alpine dari teras belakang, "Shya, ajak Arzu dan Mala ke Bali biar cucuku ada yang mengurus!" Oh, My God-! Dia langsung

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat    Cinta Tak Bisa Dipaksakan

    Suara dering gawai berkali-kali mengganggu Angelina di saat keluarganya sedang menghadapi hal genting. "Mau apa menghubungiku lagi?" tanyanya geram. Malam ini dia dan Bhanu Malik terbang ke Surabaya menemani ibunya pulang menemui orang tua, setelah ayahnya memberi tahu pernikahan mereka tak dapat diselamatkan lagi. "Kenapa kalian tak sabar menunggu kedatangan kami di rumah Rara? Bukankah sesuai kesepakatan menuntut brengsek itu membagi aset mendiang suamiku?" protes Nyonya Ella. "Tidak ada kesepakatan apapun dengan Rara. Semua ditangani pengacaranya sekarang! Papa sampai ingin menceraikan Mama-ku bila kami bersikeras. Sebaiknya anda berhenti menghubungiku sejak malam ini!" Angelina Malik melempar gawainya ke sofa. Rencana yang gagal memaksa Zaphira malah berakibat fatal ke keluarganya sendiri. Duta besar pulang ke Bern tanpa membawa anak dan istri sebagai pelajaran mereka. Pertengkaran berikutnya terdengar di ruang tamu, Arini disidang kedua orang tua tak terima sikap menant

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat    Talak Untuk Nyonya Arini

    Di tengah suasana pesta pernikahan menjelang sore hari, Angelina dan Bhanu menyusun rencana menekan sepupu mereka saat sendirian tanpa didampingi suami dan sahabatnya. Suatu kebetulan Zaphira sedang mengajak putranya yang mengantuk ke kamar untuk beristirahat. Kedua sepupu mengikuti dan menyergap dari belakang. "Rara, kami butuh surat pernyataan mengembalikan hak bagian warisan ayahmu ke keluarga ayahku!" "Hey, apa-apaan ini?" terkejut lengannya dicengkram kencang hampir membuat Alpine terguncang dalam pelukan. Bhanu tidak mau melepaskan meski Zaphira meronta menepiskan tangannya. "Kami datang ke pernikahanmu demi melindungi kepentingan bisnis yang kau rampas kemarin!" "Brengsek kau!" memaki sepupu kurang ajar merusak pesta pernikahan cuma karena harta ayahnya. "Aku tak ada urusan dengan kalian lagi. Semua dikuasakan ke pengacaraku sekarang!" Perseteruan mereka di selasar diketahui pengasuh Nita yang menyusul majikan perempuan menjaga putranya lalu bergegas melaporkan ke T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status