Share

Pernikahan Yang Tertunda

Author: Ivander Kaz
last update Last Updated: 2022-08-24 14:09:32

Tuan Imran langsung mendampingi seorang gadis sedang mendonorkan darah demi menyelamatkan nyawa Rashya Afkar Alfarezer yang masih berada di kamar operasi. Di sebuah kamar periksa, Zaphira Ayu Lutfiah ditemani seorang dokter dan perawat melihat keadaannya terlebih dahulu.

Tahap proses pemeriksaan hemoglobin darah dan golongan darah pendonor telah sesuai. Dengan sigap mereka mengecek anamnesis, tekanan darah dan fisik sederhana kemudian membersihkan lengan Zaphira bersiap pengambilan darah.

Tetesan darah berharga tidak ternilai harganya sangat berguna bagi putra kesayangan Tuan Imran mengalir mengisi kantung transparan sampai penuh nanti. Ia tak banyak mengeluh diam berbaring tenang. Hanya ini dapat dilakukan membalas kebaikan Rashya.

Keluarga pasien mempunyai segalanya tak dimiliki olehnya. Operasi sejak siang belum selesai hingga sore ini semakin membuatnya kian bersalah tak tentu arah. Ambillah seluruh darah ini jika perlu, asalkan ia dapat mengembalikan kesadaran pria itu lagi! Pintanya tulus di dalam hati.

Satu kantung darah berharga siap ditransfusikan ke pasien. Perawat bergegas mengirim ke ruang operasi memenuhi permintaan dokter bedah. Mereka masih menunggu pendonor lain dari karyawan perusahaan keluarga pasien. Zaphira termenung menatap orang tua sangat mengasihi anaknya. Gara-gara dirinya, Rashya terluka parah.

Tuan Imran begitu senang melihat proses donor darah telah selesai dan lancar. Sebuah amplop disodorkan, namun gadis itu menolak. "Ini sebagai tanda terima kasih, golongan darahmu sangat cocok bagi anakku; sekarang beristirahat, dan makanlah sesuatu agar tubuhmu segar lagi."

"Tapi, Tuan ..."

"Aku sudah siapkan uang lima juta ke setiap pendonor darah anakku, kau terima saja ini!"

"Maaf Tuan, aku tak ingin dibayar, tapi bolehkah..." Zaphira Ayu Lutfiah ragu mengatakan keinginannya.

"Nona, ada apa, uangnya kurang banyak? Aku mampu berikan 10 juta untukmu!" Ayah Rashya heran, baru kali ini menemukan seseorang tak mau menerima uang darinya. Gadis sombong angkuh melebihi kekuasaan dimiliki keluarga Imran Nadhirrizki.

Namun ternyata bukan uang diinginkan Zaphira, tapi sesuatu berbeda. "Maaf Tuan, tak ingin menyinggung anda, maksudnya apa boleh aku terus menjenguk Mas Rashya sampai sadar nanti?"

Senyum Tuan Imran melebar, dan mengangguk setuju. "Silakan saja, kapan waktu mau berkunjung ke putraku, itu semua juga karena darahmu kini mengalir ke dalam aliran darahnya."

Negoisasi yang membingungkan!

Binar mata bersinar terang kembali percaya diri. Orang tua Rashya mengijinkan menengok anaknya. Tak perlu berdebat lagi bersama calon mantu yang bersikap sinis dan benci. Ia pun tak peduli merasa tidak ada urusan dengan Marcella.

-----------

Kabar gembira sementara.

Setelah delapan jam operasi mencekam bagi keluarga Rasyha, akhirnya tim dokter berhasil melakukan yang terbaik. Seorang dokter datang menemui Tuan Imran. Raut kelelahan terlukis di wajah usai proses panjang dalam menyelamatkan jiwa pasien di tangannya.

"Bagaimana dokter, apa Rashya bisa sembuh dan hidup normal kembali?" tanyanya ingin tahu.

Dokter Darsono cuma menggeleng lebih baik berkata sebenarnya tentang kondisi pasien. "Terlalu dini untuk mengetahui semua itu, Tuan. Pasien harus melewati masa kritis dengan baik, setelahnya di observasi sampai cepat pulih."

"Sepertinya anda ragu soal keadaan anakku, katakan saja biar dipenuhi pengobatan dan perawatan Rashya agar sembuh total!" Tuan Imran mendesaknya lagi.

Penjelasan Dokter selanjutnya ternyata tak juga dapat menyenangkan hati keluarga pasien, "Pasien telah mengalami benturan hebat di kepala dan punggung, luka trauma menyebabkan efek panjang di kemudian hari seperti amnesia, koma, kelumpuhan bahkan juga kematian."

Oh, Tuhan!

Tak cuma Tuan Imran terhenyak mendengar keterangan dari dokter. Nyonya Sisca langsung lemas dituntun ke bangku oleh calon mantu dan sahabat Rashya. DI sudut, Zaphira terenyuh berdiam diri menggigit bibirnya. Pria asing sedang terluka parah di kamar operasi banyak menanggung beban berat akibat kelalaiannya.

Ayah Rashya memohon ke dokter berulangkali, "Tolong lakukan semua yang terbaik demi kesembuhannya!"

Sang dokter mengiyakan, tugas belum selesai hingga pasien menunjukkan hasil saat organ di tubuh kembali bekerja sempurna. "Mari berdoa untuknya, kita cuma berusaha namun hanya Tuhan yang dapat menentukan segalanya."

Keluarga Tuan Imran ditinggalkan sendiri merenungi nasihat dokter tadi. Pintu kamar operasi terbuka lebar. Semua orang berdiri mengelilingi ketika ranjang rumah sakit ditarik keluar. Rashya menutup mata berbaring tak berdaya. Selang oksigen, infus, dan berbagai macam peralatan menempel lekat di tubuhnya.

Para perawat bergegas membawa pasien ke ruang khusus pemulihan. Perintah khusus dari pemilik rumah sakit turun beberapa jam lalu. Seluruh dokter berjanji memberikan fasilitas eksklusif dan intensif bagi pasien bernama Rashya Afkar Alfarezel.

Keluarga pasien diperlakukan istimewa sesuai finansial mereka. Apalagi Tuan Yunus, pemilik rumah sakit juga koleganya. Baru saja Tuan Imran bergerak mengikuti putranya, datang seorang perawat memberi tahu hal penting padanya.

"Tuan, putra anda dibawa ke ruang pemulihan, kami terus memantau perkembangan pasien melewati masa krisis."

"Okay, lakukan semua dengan baik, jika perlu apapun demi pengobatan anakku langsung saja menghubungi Tuan Yunus nanti!"

Perawat wanita bergidik ketakutan, kekuasaan Ayah Rashya memang luar biasa. "Baiklah, Tuan, mohon tanda tangani persetujuan anda agar rumah sakit melakukan pengobatan sesuai prosedur dibutuhkan untuk pasien." Dokumen penting itu disodorkan, dibubuhi tanda tangan Tuan Imran tanpa perlu membaca lagi.

Zaphira berdiri kaku berada jauh di belakang keluarga kaya raya. Pelan-pelan mengikuti dimana pasien akan ditempatkan berusaha menghapal lorong rumah sakit bila menjenguknya nanti.

Nizar sahabat Rashya menemani. Berbincang sebelum masuk lift bergantian menunggu pasien dibawa ke lantai atas. "Kau tak ingin pulang, ini sudah malam, pasti kelelahan dari siang berada terus di sini?"

"Sebaiknya aku ikut menunggu bersama kalian, hatiku tidak tenang sampai melihat pasien sadar kembali dan meminta maaf padanya." Ia bersungguh-sungguh mengatakannya.

Bahu Nizar terangkat. "Terserah kau saja, berhati-hatilah, sikap Marcella tak mau dirimu mendekati Rashya dan keluarganya."

Zaphira mengerti perihal menghalangi antara dirinya dan keluarga Tuan Imran. Penampilan sederhana tak mempunyai pesona apa-apa membuat mereka tidak menghargai siapa dirinya yang sebenarnya. "Terima kasih mengingatkan, kehadiranku karena kemanusiaan, bukan hal lain."

Nizar sangat memahami gadis itu sedang dalam posisi sulit. Kedatangan di rumah sakit bersama Rashya yang terluka parah membuat Tante Sisca dan Marcella curiga membencinya ditambah lagi perdebatan mereka tadi siang. Dan ia lebih terkejut mendengar penuturan Om Imran sebelumnya. Zaphira menolak uang sebagai imbalan donor darah malah meminta ijin membesuk pasien kapan saja di rumah sakit.

Gadis aneh namun membuat Nizar semakin kagum. Perhatiannya ke putra Tuan Imran begitu luar biasa padahal jelas bagai gadis rapuh terlalu biasa di mata pria bahkan para wanita. Rashya dan Nizar menyukai gadis cantik dan kaya juga manja seperti Marcella.

Persaingan mereka berdua dimenangkan sahabatnya. Cinta yang tidak bertepuk sebelah tangan. Marcella pun bahagia menyambut belahan jiwa bersiap menggelar pernikahan mewah setelah menjalin hubungan selama tiga tahun lamanya.

Sayangnya semua harus tertunda.

Putri terpandang Tuan Hadiningrat kini sedang gigit jari. Impian dan harapan lenyap sekejap. Rashya Afkar Alfarezel dan Marcella Hadiningrat tak pernah duduk bersama di pelaminan. Kabar sementara dari dokter tadi menyebutkan hal buruk tentang keadaan di masa depan bukan berbicara soal kesembuhan tunangannya.

Mau tak mau dia harus berpikir ulang beberapa waktu mendatang setelah melihat dan menunggu pria itu akan sembuh atau malah menyusahkan hidupnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Maukah Jadi Kekasihku?

    Di dalam mobil adik Rashya, tangan Zaphira berpautan gelisah. Darimana pria itu mengetahui, mencari tahu sampai ke kampus? Pikirnya bingung. Selama ini tak pernah meninggalkan jejak apapun soal dirinya ke keluarga Tuan Imran Nadhirrizki, datang saat malam hari ke ruang perawatan Rashya usai sepulang bekerja dan kuliah lalu pagi buta sebelum matahari terbit sudah pulang ke kost-an melanjutkan istirahat sebentar sebelum bertugas sebagai perangkai bunga di Nana Florist. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Rashya, dan siapa yang memberi tahu keberadaanku di kampus?" tanya Zaphira penasaran pasien mengharapkan kedatangan setelah tersadar dari koma. Pandangan Arzu lurus ke jalan tak bisa menceritakan keadaannya. Mama terus melarang keras menghubungi gadis asing itu, dan membiarkan sepenuhnya Marcella merawat tunangannya. Namun Rashya terus menyebut gadis lain usai berhasil sadar dan membuka mata lebih menginginkan Zaphira mendampingi dirinya. Dan pertengkaran hebat begitu dahsyat tak

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Panggilan Darurat

    Sepulang dari kantor, Adzriel menjemput Zaphira di halaman kampus. Gadis itu akhirnya memiliki sebuah kehidupan normal. Betapa senang mendengar pasien tabrak lari itu terbangun dari koma, sahabat tersayang tidak perlu kembali ke rumah sakit menjaganya. "Ra, bagaimana skripsimu?" Ia bertanya begitu serius memperhatikan masa depan gadis yang tinggal di kamar sewaan jauh dari kerabat, dan berharap dapat menjadi pendampingnya di kemudian hari. "It's okay, sudah banyak menulis dalam seminggu ini, kebetulan tak perlu menemani pasien lagi setiap malam jadi kini punya banyak waktu luang," balasnya begitu senang melupakan kekalutan berbulan-bulan kembali memikirkan kehidupan sendiri . Adzriel ikut gembira bebas mendekati gadis itu setelah dua bulan waktu terbuang, dan tanpa dihalangi Arzu brengsek mengganggu mereka. "Baguslah, kalau ada kesulitan bilang saja, dosen pembimbingmu pasti yakin bisa selesaikan tepat waktu," tukasnya menyemangati. "Oya, maafkan jika aku pinjam laptopmu agak

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Sebuah Keajaiban

    Kelopak matanya terbuka pelan, mimpinya berubah menjadi kenyataan. Bayangan gadis menghilang membawa terus muncul ke permukaan menuju cahaya terang menyilaukan. Hey, jangan pergi, tolong tunggu aku! Teriakan keras menggelegar. Gadis itu menoleh tersenyum lalu pergi lagi. Rashya terus berlari mengejar sampai akhirnya sadar sendirian tanpa teman dan keluarga, menatap dinding putih dan lampu menyilaukan. Bahu mencoba digerakkan namun tak memiliki kekuatan, tiba-tiba merasakan menyentuh sesuatu menghangatkan. Sebuah tangan halus, jarinya lentik mungil. Rashya tak mampu mengangkat tubuh hanya lirikan mata melihat siapa yang bersamanya saat ini, tanpa sengaja telah membangunkan seorang gadis asing yang tak dikenal sama sekali, tapi pernah hidup di dalam mimpi! Zaphira terhenyak sesaat jari itu menghentak beberapa kali di tangannya. "Oh, Tuhan, akhirnya kau sadar juga!" berteriak kaget ketika sejenak beradu pandang dengan bola mata Rashya. Kebahagiaan melihatnya terbangun tapi kebin

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Cahaya Kehidupan

    Pukul dua malam, memasuki bulan kedua bagi pasien terbaring koma di kamar perawatan VVIP. Suasana hening berubah menakutkan dan menegangkan. Zaphira dikejutkan bunyi denging kencang dari mesin monitor meraung-raung, tersentak keras dari tidur dan membuka mata secepatnya langsung berdiri mendekat ke balik kaca. Pasien khusus di sebuah rumah sakit terkenal tiba-tiba saja terkena serangan jantung di saat tidur koma, dan ini serangan kedua kali setelah sebulan lalu dari operasi panjang pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit. Dokter dan suster berlarian ke ruangan menjalankan prosedur cepat tindakan medis yang dibutuhkan pasien dalam keadaan darurat. Peralatan sentak picu jantung disiapkan lalu terdengar aba-aba Dokter agar perawat menyingkir. Dugh-! Satu kali tubuh Rashya terlontar sesaat dan jatuh terbaring lagi di ranjang. Layar belum menunjukkan angka normal. Dokter terus bekerja keras melenyapkan kekhawatiran. Sentakan kedua seharusnya lebih menjanjikan dari yang pertama,

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Bangunlah, Rashya!

    Sudah sebulan lebih berlalu. Rashya masih terbaring kaku, deru nafasnya teratur dibantu selang oksigen. Detak jantung dan tekanan darah tertera di layar mesin tergambar normal. Melihat dari balik kaca membuat Zaphira kian lara tak ingin lagi tinggal di ruang itu bersamanya, meski adik pasien memaksa beristirahat menemani di dalam. "Ra, kita makan malam dulu, kamu pasti kelaparan dari tadi setelah pulang kerja terus kuliah," Arzu memecah keheningan di antara mereka. Dia tahu gadis itu kesal jika mencampuri urusan pria bernama Adzriel tadi. "Tidak, terima kasih; Kau lihat saja, Adzriel membawa makanan dan buah, semua itu lebih dari cukup bagiku," elaknya mengambil tempat duduk lagi beristirahat dan tidur cepat seperti biasanya. Pengalihan Zaphira dari upaya mendekati dirinya terus mendesak mau menerima tawaran apapun yang tak dibutuhkan sama sekali. "Kenapa 'sih kamu enggan banget bersamaku, malas mengobrol, memangnya aku salah apa?" tukas Arzu bertambah kesal. Sungguh gadi

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Merebut Perhatian Zaphira

    Adzriel, kawan baik Zaphira datang mengejutkan membawakan makanan untuknya ke rumah sakit. "Ra, kamu makan ini, bagus untukmu!" desaknya sambil menyodorkan buah sudah dikupas. "Kamu ngapain kesini, merepotkan saja bawa ini dan itu, sudah kayak hajatan," balasnya kesal. Bukan hati tak senang, tetapi pandangan adik Rashya begitu curiga terhadap mereka berdua. Arzu Rakha Kaivan berdiri menjauh pura-pura sibuk dengan gawai terus mencuri pandang ke Zaphira dan Adzriel. Dari tatapannya tak menyukai kehadiran pria lain di samping gadis yang diam-diam disukai. "Ra, kamu kan sebentar lagi skripsi, ga mungkin-lah harus terus berada di rumah sakit setiap malam. Nanti kuliahmu jadi terbengkalai, belum lagi bekerja di pagi hari," protes Adzriel begitu perhatian. Zaphira memasang muka cemberut, "Duh bawel banget, 'kan aku bisa mengatur waktu, di sini lebih banyak tidur sambil menunggu pasien dan bisa menulis skripsi." Gadis keras kepala! "Ya sudah 'Ra, pakai laptop aku saja biar kamu mudah men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status