Share

Ilham Terluka

Penulis: Meyyis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-24 09:13:12

Tiba-tiba bannya kempis sehingga membuat mobil itu terasa oleng. Ilham menepikan mobilnya, kemudian turun memeriksa. Dia menghembuskan nafas kasar. Ternyata bannya kempes. Dia mengambil serep ban kemudian dengan tangan perkasanya mulai memutar pengait ban dan memulai menggantikan dengan yang baru. Baru akan mengganti, tiba-tiba ada tiga lelaki menghampiri mereka.

“Tidak boleh parkir di sini. Semua ada aturannya. Kalian harus membayar.” Tias mengerutkan kening. Melihat dari gelagatnya,ada ketidakberesan pada mereka. Tias turun dari mobil, kemudian siaga jika ketiga lelaki itu akan berbuat semena-mana. Tangannya sudah gatal ingin memberi tanda perkenalan pada lelaki di depannya itu, yang sudah belagu.

“Maaf, mas-mas. Kami ‘kan kempes bannya. Bukan karena ingin parkir. Kalau memang harus membayar, kami akan bayar.” Kawanan lelaki dengan baju warna hitam dan tato dimana-mana itu memandang mesum pada diri Tias. Seakan-akan Tias adalah mangsa empuk sebagai penghangat ranjangnya.

“Kalau sama eneng sih tidak usah, tapi temani abang malam ini.” Ilham mengeratkan tangannya. Dia sangat marah melihat sang wanita yang diam-diam sudah mengisi batinnya dilecehkan. Dianmendekat, kemudian menghampiri ketiga lelaki itu. Langkahnya cepat, rasanya dia tidak sabar ingin meremukkan tulang belulang ke empat bajingan itu.

“Yang sopan. Kau minta bayaran berapa?” tanya Ilham.

“Boleh juga, Lo. Gue suka cara lo yang tidak rela wanitanya diganggu cowok lain. Tapi sayangnya, gue sudah tidak tertarik dengan duit lo. Gue lebih tertarik dengan tubuh wanita lo.” Ilham mengeratkan gigi-giginya, hingga bunyi gemeretuk. Dia menggenggam tangannya kuat-kuat.

“Berani lo semeter saja dekat dengannya, habis Lo!” Tapi lelaki yang bertubuh besar dengan tindik di hidungnya dan tato di kedua lengannya, tidak terima dengan sarkasme ilham. Hingga duel tak terelakkan. Ilham yang sudah biasa memenangkan kejuaraan tidak begitu keteteran menghadapi lelaki dengan rambut awut-awutan itu. Mereka bertarung dengan kekuatan tidak seimbang bahkan. Lelaki itu terkapar hanya dengan jurus yang ke tiga. Melihat temannya yang terkapar, lelaki yang sedang berusaha menggoda Tias itu menghampiri Ilham dengan tendangan yang akan melayang ke wajah lelaki dengan kemeja putih itu. Namun, gerakannya bisa dibaca oleh Ilham, hingga tendangannya bisa ditangkis.

Untuk  sejenak, Tias terbengong. Bosnya itu menjadi super keren saat bertarung. Dia tersenyum, kemudian tersadar  jika kali ini sedang dalam mode bahaya. Dia bersiap untuk membantu Ilham bertarung mengalahkan lelaki yang satunya. Rupanya, pergerakan Tias membuat Ilham hilang fokus dan terterndang bertubi-tubi tanpa bisa menangkis, kemudian tersungkur.

“Tias, masuk mobil! jangan keluar!” Dalam keadaan kesakitan, Ilham masih meneriakkan keselamatan untuk sang wanita yang mengisi perasaannya itu.

Akan tetapi, Tias tidak menggubris, dia bahkan melancarkan tendangan. Melihat Tias yang dalam performa prima, Ilham bangkit dan membantunya untuk menyelesaikan pertarungan. Mereka berduet untuk mengalahkan para preman jalanan yang tak tahu malu itu, akan merampok mereka mungkin.

“Ayunkan tendangan!” Ilham memegang kedua lengan Tias dan mengangkatnya, sehingga wanita itu dengan lihai mengarahkan tendangannya ke arah lawan. Satu tendangan mengenai wajah preman dengan jaket jeans dan berambut ikal. Dia sedikit merasa kesakitan. Sang preman dengan jaket kulit tidak terima. Dia maju dan hendak melayangkan tinjunya, tapi Ilham lagi-lagi memberi intruksi kepada Tias untuk mengayunkan tendangan, dengan memutar tubuhnya melewati punggungnya, sehingga kedua kakinya dapat melayang mengenai perut sang preman.

“Wow!” Tias memekik. Dia sering melakuan pertarungan di dalam ring, dengan sabuk hitam menjadi miliknya, tapi itu dulu di sekolah. Dan dengan sisa-sisa kemampuannya, dia bahkan berkolaborasi dengan bosnya real benar-benar melakukannya di dunia nyata.

Ketiga preman itu bangkit Kemudian menyerang bersama-sama. Ilham tidak lengah dia mengaitkan lengannya pada kedua lengan Tias untuk saling suport. Kaki ilham melangkah ke depan, kemudian memutar tubuh  menendang ketiganya. Tendangan itu kena bagian dada salah satu pereman, dan terjerembab ke semak semak. Sekarang giliran Tias yang dia bimbing untuk bermanuver sehingga kaki Tias juga siap melayang dengan bimbingan dari lengan Ilham yang mengayunkan tubuh Tias menuju ke arah kepala lawan kedua preman itu tersungkur hampir bersamaan.

Belum puas rupanya. Mereka segera bangkit, kemudian mengeluarkan sebilah pisau lipat. Mereka mengayun-ayunkan pisau tersebut, sehingga membuat Tias waspada karena ketiganya berada di depannya.

“Sekarang!” Tias memberi instruksi sama Ilham supaya mengayunkan lengannya, sehingga Ilham mengerti dan menganggkat tubuh Tias sehingga wanita itu beradu punggung dengan Ilham. Namun, nasib tidak berpihak. Salah sedikit perhitungan sehingga saat Ilham yang akan beraksi, dia yang maju, sehingga lengan Ilham terkena sabetan pisau.

“Ah, Pak!” Teriak Tias, sehingga dirinya membabi buta menendang lelaki bertato itu, hingga tersungkur ke parit. Bunyi byur terdengar, karena kebetulan aliran irigasi berjalan lancar. Satu lelaki sudah tumbang masuk ke saluran air tinggal berdua. Sedangkan Ilham mengurus lukanya.

“Kalian memang benar-benar minta gue sate.” Tias melayangkan tendangannya. Dia mencoba konsentrasi, walau sebenarnya sudah tidak dapat karena Ilham terasa kesakitan. Dia mengayunkan sebuah galah yang ditemukan di pinggir parit itu dengan gerakan sedikit memutar dia mengarahkan kedua orang itu untuk menyusul salah satu temannya yang sudah lebih dulu terjebur. Parit itu dalam, sehingga paling tidak butuh waktu untuk Tias mengikat lukanya Ilham.

Rupanya, pancingannya berhasil, sehingga dengan licik Tias mengayunkan tongkatnya dan kedua orang itu ambyur ke dalam air. Tias menghempaskan galah itu, kemudian menuju ke tempat dimana Ilham bersimbah darah.

Dia membuka bandananya, yang terbuat dari kain untuk mengikat luka Ilham. Sepertinya, pisau yang digunakan mengandung racun pelumpuh saraf. Tias menotok jalan darah Ilham yang menuju ke jantung. Untuk sementara, mungkin Ilham sedikit aman. Setelah itu, cepat-cepat memapah menuju ke dalam mobil.

“Maafkan saya, Pak. Mungkin mobil bapak akan rusak.” Tias mengemudiakan mobil yang sudah bocor itu, sehingga terasa sangat berat tarikannya. Tapi, tidak ada pilihan lain dari pada jalan kaki. Tias mulai khawatir saat Ilham mulai kehilangan kesadaran. Dia menepi, saat sudah sampai di sebuah desa. Dia mengetuk pintu rumah tersebut.

“Ada apa, Neng?” tanya seorang paruh baya.

“Teman saya terluka, Pak. Bisa tolong tunjukan rumah sakit atau klinik?” Tanya Tias dengan sangat gugup.

“Oh, bawa sini saja dulu, Neng. Akan saya bantu, sambil menunggu petugas medis.” Lelaki paruh baya itu membantu Tias mengangkat tubuh Ilham.

“Bu, Bu ... tolong siapkan air hangat.” Lelaki itu berteriak, mungkin memanggil istrinya. Sang wanita datang dengan sebaskom sir hangat. Dengan keadaan sekeliling, mungkin lelaki itu berprofesi sebagai peracik ramuan herbal.

Lelaki tua itu terlihat mengobati Ilham dengan berbagai alat yang Tias sendiri asing melihatnya. Yang pertama diliahat, lelaki itu menyedot dengan peralatan seperti pumping ASI untuk entah mengambil apanya, tapi darah keluar dari tubuh Ilham. Mungkin, menghisap racun yang masuk.

“Itu apa, Pak?”   

Note : Ah, hebat Tias bisa beladiri. Gitu dong, cewek tidak selalu lemah 'kan? 

Yang ingin kenal sama saya lebih dekat bisa hubungi 088216076937

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CEO Mencari Cinta   Kebahagiaan Yang Tanpa Henti

    “Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu

  • CEO Mencari Cinta   Konteraksi

    “Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.

  • CEO Mencari Cinta   Tak-Tik Milea

    “Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da

  • CEO Mencari Cinta   Pengantin

    “Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t

  • CEO Mencari Cinta   Pernikahan

    “Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k

  • CEO Mencari Cinta   Rindu Sentuhan (21+)

    “Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status