Beranda / Romansa / CEO Mencari Cinta / Bos Galak Menyebalkan

Share

Bos Galak Menyebalkan

Penulis: Meyyis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-23 18:28:06

“Apa kamu bilang?” Tias mengernyitkan dahinya. Dia tidak bilang apa-apa? Tias hanya berkata dalam hati. Eh, kok bisa tahu?.

“Maksud, Bapak?” tanya Tias dengan penuh heran.

“Kamu pasti ngatain saya di hati kamu ‘kan?”

“Tidak, Pak. Mana berani saya?” Tias menunduk karena takut. CEO yang baru itu sungguh terlalu killernya. Tidak tahu apa, kalau dia sedang patah hati karena suaminya tidak pulang semalaman. Duh, rasanya ingin menjambak rambutnya yang sangat tebal itu. Gedeg banget rasanya menghadapi spesies macam pak Ilham itu. Dia terdiam di kursi itu, dengan melirik blok name yang ada di meja itu. Ilham Sanjaya Sasmita. Tertulis dengan huruf kapital dan berbentuk balok seperti orangnya lempeng dan kotak seperti itu dalam pikirnya. Dia tersenyum menganalisa pikirannya sendiri.

“Ngapain kamu malah senyum-senyum? Kamu tak suruh ngapain?” Tias nyengir sambil menganga tidak percaya akan pertanyaan itu. Bukannya tadi dia menyuruh untuk duduk? Kenapa sekarang jadi tanya?

“Lah, tadi bapak nyuruh saya duduk? Gimana sih, Pak?” Tias mulai mengeluarkan kegedegannya melihat kesemena-menaan atasannya itu, yang menurutnya sangat absurb banget.

“Siapa yang nyuruh kamu duduk. Siapkan berkas untuk pengecekan kita di sekolah Bunga Desa. Kamu? Ck ... ya Tuhan memang betul-betul. Inikah rekomendasi dari pak Santoso yang katanya berprestasi?” Nafas lelah di hempaskan oleh Tias. Dia keluar dari ruangan itu dengan hati dongkol tingkat  dewa brahmana atau apalah. Sungguh saat ini jika boleh ingin memasak orang dan memakannya. Gedeg banget rasanya. Sedangkan Ilham tersenyum melihat Tias yang sudah super kesal terhadapnya.

Gubrak ... snelhelter yang tadi dibawa ke ruangan Ilham di banting di atas meja hingga bunyinya juga sampai ke dalam ruangan lelaki berusia dua puluh sembilan tahun itu. Lelaki itu tersenyum mendengar suara gebrakan itu, seolah-olah sudah tahu jika itu suara kemarahan Tias. Entah mengapa dirinya selalu merasa bahagia dengan omelan dan wajah cemberut dari Tias. Menurutnya sangat lucu dan menggemaskan.

“Lo kenapa, Yas? Dateng-dateng manyun kayak ikan cupang? Lo habis kesambet apa?” Lita sahabatnya menanyakan, karena wanita itu terlihat sangat tidak baik dan terlihat berantakan sekali.

“Kesambet si ikan hiu. Gimana gue nggak kesel. Ini ye, die nyuruh gue duduk. Saat aku duduk, die bilang ngapain masih duduk di situ? Si buaya muara itu ngusir gue, gedeg nggak?” Tanpa keduanya sadari, Ilham sudah ada di depan mereka. Membuat Lita memberi kode sama Tias, tapi tidak diindahkannya.

“Apaan sih, Lo? Kejet-kejet gitu? Lo sarap? Gue nggak ngerti lo ... ” Suara deheman mengehentikan Tias yang  nerocos bagai mercon rentengan disulut dari tadi tidak ada berhentinya.

“Eh, pak Ilham. Ini mau saya kerjakan, kok. ‘Kan tinggal print.” Tias nyengir menyadari kesalahannya.

“Baguslah. Dan satu lagi saya bisa lebih ganas dari buaya muara.” Ilham membisikan kata itu tepat di telinga Tias, hingga wanita itu bergidik karena merinding. Tias duduk di kubikelnya, kemudian mulai menjalankan tugasnya mengeprint banyak berkas yang akan  dibawa untuk peninjauan ke lokasi proyek gedung di salah satu kantor cabang. Sebenarnya, sudah ada yang mengurus, hanya saja perlu diadakan kunjungan untuk emmastikan kinerja. Apalagi Ilham adalah seorang yang sangat perfeksionis, segala sesuatu harus sempurna.

Pukul sebelas kurang seperempat, tapi belum juga selesai di print berkas itu karena terlalu banyak yang harus di persiapkan. Selain itu, wanita berambut diurai itu harus mengedit sesempurna mungkin dua sampai tiga kali dia mengecek barangkali ada typo atau semacamnya. Tentu akan disuruh print ulang oleh buaya muara jika ada typo sedikit saja.

“Ehem ...” Suara deheman dari Ilham membuat wanita dengan prestasi gemilang namun ceroboh itu menoleh. Akan tetapi, sedikit abai akan kehadiran atasannya itu. Dia sedang fokus mencetak dokumen yang akan di bawa untuk pengecekan.

“Sudah selesai?” tanya Ilham.

“Sebentar lagi, Pak.” Wanita dengan pakaian formal itu menjawab tanpa menoleh ke arah Ilham. Wanita itu terlihat fokus kepada pekerjaannya, membuat Ilham terkesima dengan wanita itu. Menurutnya, wanita yang pantang menyerah terlihat menarik di matanya. Lama Ilham memandang wanita yang berkulit sawo matang namun terlihat bersih itu. Tanpa kedip, hingga Lita yang berada di kubikel berbeda merasa sedikit aneh pada bosnya itu. Namun, dia hanya merasa saja tanpa berani mengucapkan.

Akan tetapi, Lita memerlukan tanda tangan pria dengan tinggi yang lumayan jangkung itu. Kalau terlihat dari cara dia berdiri di dekat Tias yang tingginya seratus enam puluh senti meter dengan hak setinggi sepuluh senti meter, maka ditaksir tinggi pria itu sekitar seratus delapan puluh senti meter. Pria dengan model rambut undercut itu sangat cocock dengan wajahnya yang oval dengan pipi tirus namun rahang tegas itu.

“Pak Ilham, mohon maaf boleh meminta tanda tangan pada berkas ini?” Ilham tergagap seolah terjebak dan ketahuan mencuri sesuatu yang memalukan. Dia mengambil berkas yang di sodorkan oleh Lita kemudian membubuhkan tanda tangan pada kolom yang sudah disediakan.

“Tias, saya tunggu di depan.” Ilham menggendong tangannya keluar dari kubikel milik Tias. Tias yang mendengar suara bosnya memberi tahu hanya menoleh sekilas kemudian melanjutkan sisa print yang ada. Wanita dengan gaya sedikit tomboy namun masih menonjolkan sisi feminimnya itu kemudian menata berkas pada masing-masing snelhelter dan  membaginya dalam berbagai kategori sesuai judul berkas, kemudian menulisnya di halaman depan agar tidak keliru.

“Berkas sudah, kompas penting, HP ada di tas, dompet sudah ... apalagi ya?” Sejenak dia berhenti mengabsen barangnya yang ada, kemudian membawa berkas-berkas itu dalam satu wadah pastik bag yang selalu di bawa untuk wadah berkas. Kaki jenjangnya mulai menapaki panjang ubin-ubin yang ada di lorong kantor itu. Kubikel-kubikel ubin itu dijejakinya hingga terlihat depan kantor berjejer mobil dan motor. Saat di area lobi, Tias memandang lurus ke depan untuk mencari mobil milik atasanya itu. Dilihat  ada tangan melambai, mengenakan kemeja putih.

Dengan percaya diri Tias melangkah menuju ke arah Ilham. Dia membawa banyak berkas di tanga kirinya, dengan tangan kanan mengempit tas selempangnya. Terlihat sangat kesusahan. Rasanya Ilham ingin membantunya. Akan tetapi diurungkan niatnya tersebut, kemudian memilih untuk tetap menunggu dan pura-pura tidak perduli.

“Pak, saya sudah siap.” Ilham menoleh mendengar panggilan itu. Dia mengerutkan keningnya melihat sepatu yang dikenakan oleh Tias.

“Kamu yakin mau pakai sepatu seperti itu? Aku saja pake sepatu olah raga. Ganti!” Ilham menyuruhnya untuk mengganti sepatu.

“Pak, saya tidak bawa. Bagaimana mau ganti?” Tias terlihat frustasi. Tidak dipungkiri lelaki di depan wajahnya ini selalu membuatnya frustrasi. Bukan kali ini saja. Seminggu dia ditugaskan di sini, sudah seperti neraka terasa kantor ini. Jika bukan karena atasannya, mungkin sudah di smack down lelaki bertubuh jangkung itu. 

Note : Nah loh, hihihi ... mau ketawa jadinya. Huungi saya kalau mau lebih dekat ya? 088216076937

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Juniyanti jhune
bab nya ketukar jadi bingung bacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Mencari Cinta   Kebahagiaan Yang Tanpa Henti

    “Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu

  • CEO Mencari Cinta   Konteraksi

    “Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.

  • CEO Mencari Cinta   Tak-Tik Milea

    “Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da

  • CEO Mencari Cinta   Pengantin

    “Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t

  • CEO Mencari Cinta   Pernikahan

    “Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k

  • CEO Mencari Cinta   Rindu Sentuhan (21+)

    “Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M

  • CEO Mencari Cinta   Ancaman

    Mira luruh ke kursi. Dia menyadari, bahwa serangan dari Milea itu normal. Namun dia berpikir lagi, apakah yang dikatakan oleh Milea itu benar? Bahwa dirinya merebut Galih dari tangan Milea? Mira mengingat kembali, kapan mulai saling jatuh cinta dan menyesap indahnya ciuman nikmat.Milea pergi dari rumah Galih dengan tersenyum smirk. Dia yakin pasti Mira merasa tertekan. Dia mengenal Mira selama beberapa tahun, wanita itu berhati baik. Dia pasti akan merasa bersalah dengan tekanan yang diberikan oleh Mira.Sementara itu, Galih menyaksikan aksi manatan istrinya lewat CCTV yang memang sengaja dia pasang. Galih pernah menjadi manusia paling brengsek di muka bumi ini, jadi dia sangat hafal dengan trik brengsek yang dimainkan oleh Milea. Dia menarik napas untuk menenangkan syarafnya. Galih menyuruh ajudannya untuk menyiapkan mobil pribadinya. Dia akan mencari MIlea untuk memberinya pelajaran yang akan wanita itu sesali seumur hidupnya.

  • CEO Mencari Cinta   Dasar Gundik

    “Aku mencintaimu, apa pun yang kau inginkan akan aku lakukan. Apalagi hanya menemani tidur,” bisik Ilham. Lelaki itu tidak berapa lama kemudian terlelap ke alam mimpi menyusul sang istri. Terkadang memang bumil akan sedikit manja.***Meyyis_GN***Milea tidak terima dengan penolakan dari Galih. Dia mencari tahu penyebabnya, bahkan menyelidiki. Dia menemukan Mira sebagai pengasuh dari putranya yang dicintai Galih. Dia menunggu Galih pergi kerja. Pagi itu, terlihat Galih sedang berpamitan dengan Mira. Lelaki itu mencium kening Mira. Semakin terbakar hati Milea.“Kamu lihat nanti! Kalian terlalu enak menikmati masa pacaran, hingga lupa dengan aku yang sakit hati.” Milea menggenggam tanggannya dengan erat, hingga kukunya menancap ke telapak tangannya.“Sayang, jangan lupa kunci rumah. Jangan biarkan siapa pun masuk. Kecuali aku meneleponmu dan memperbolehkan dia masuk.

  • CEO Mencari Cinta   Gagal Tidur

    “Kan bisa mengingatkan baik-baik, kenapa harus teriak, sih?” protes Tias.“Aku nggak teriak, Sayang. Maaf, ih jangan nangis, dong!” Tias sudah hampir nangis karena ucapan Ilham yang agak bernada tinggi. Dasar bumil!Ilham meraih tubuh sang istri yang hampir bergoyang karena menangis. “Ah, seperti inikah orang hamil? Kenapa selalu saja sensitif,” batin Ilham.“Aku akan menggendongmu,” ucap Ilham. Lelaki itu memang sangat memanjakan sang istri. Walau Tias begitu sedikit ceroboh dan jorok, namun lelaki itu tidak masalah untuk membereskn kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Terkadang, memang kekurangan pasangan kita yang menjadi dasar pemicu pertengkaran. Tapi tidak dengan Ilham. Dia menjadikan kekurang sang istri sebagai semangat. Terkadang, sepulang kerja dia harus rela membereskan beberapa kekacauan istrinya.Sebenarnya, kadang Tias sudah h

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status