"Intan belum mengantuk, Mama …." Memelas memohon pengertian mertua agar tetap duduk bersama dengan suami."Jadi menantu itu musti patuh perintah mertua. Ada hal private yang akan kubicarakan dengan Darma. Mengertilah!"Dengan wajah sangat kesal, Intan berlalu pergi meninggalkan ibu dan anak yang duduk santai. "Begitu, dong. Jadi menantu yang manis, menurut dan baik hati." Perkataan Sasmita diabaikan oleh wanita cantik berambut sebahu.Masuk ke dalam kamar Darma yang luas. Langsung menuju ranjang untuk merebahkan diri. Bersembunyi di balik selimut tebal, Tampa membuka sepatu terlebih dahulu.Sasmita menarik tangan anaknya, mengajak ke kamar pribadi sang mama. Kedua ibu dan anak masih saling diam dengan pemikiran masing-masing."Ada hal penting apa, Ma? Sampai Intan istriku tidak boleh mendengarkan pembicaraan kita."Penting pokoknya, jangan sampai dia dengar. Mama tidak ingin dia sakit hati, bisa berakibat pada kondisi kesehatan dia. Lagi pula, istrimu itu mudah merajuk dan susah diat
"Mirip sekali dengan Intan," guman Darma dalam hati."Bos …!" Julaika berteriak, membuyarkan lamunan Ceo tampan."Itu bukan Nyonya Muda, dia ada di rumah. Cuma mirip sedikit saja wanita yang ada di sana." Darma berbalik arah menuju tempat semula."Kita di sini saja, lagian hanya sebentar di sini, jadi tidak perlu terlalu jauh ke berjalan ke sana." Ceo menduduki pondok khusus untuk pengunjung yang ingin melihat sunset.Jaka menarik tangan Cantika, janda gemoy berlipstik pink itu pun langsung menempel, duduk di samping sekretaris Jaka."Apaan, sih? Tarik-tarik melulu, sakit tahu." Omelan yang keluar dari bibir sexi Cantika, bukannya Jaka marah, tetapi semakin senang menatap asisten Bosnya."Di sini saja, temani Jaka." Sekretaris Ceo merayu asisten Darma. Keduanya terlihat saling tertarik satu sama lain."Eheemmm," Julaika berdehem melihat kedua temannya yang duduk berdekatan, seperti orang yang sedang jatuh cinta dan PDKT di tempat umum. Julaika melihat Ceo sendiri menikmati jus di mej
"Mana ada ya, Darma. Untuk apa coba aku melepaskan cincin pernikahan kita," sanggah Intan dengan emosi membludak memenuhi ruang hati."Buktinya, aku masih setia memakai, dirimu melepaskan, sekarang hilang begini. Cari sampai dapat …!""Kok memaksa, ya. Ini namanya musibah, kehilangan, bukan pun aku sengaja untuk menghilangkan cincin itu.""Tidak sengaja, tidak sengaja?" Darma mengulang dua kali perkataannya, mendekati Intan yang masih kaku berdiri."Aku tidak habis fikir, mengapa cincin itu hilang dari hatimu, apa kau sengaja, Intan!" Teriakan Darma keras, membuat hati wanita imut berparas cantik itu terkejut."Ya, Tuhan. Untuk apa pula aku berdusta. Sungguh aku sudah jujur dengan sejujurnya. Apa pun yang aku katakan benar adanya, Darma.""Aku tidak percaya …!""Terserah, percaya atau tidak bukan urusan aku lagi. Yang penting aku sudah jujur kepada suamiku!"Intan menghentakkan kaki sebagai tanda marah dan protes. Bergegas ke ranjang dan masuk di bawah selimut, "Kau benar-benar beruba
"Ya, gak apa-apalah dekat-dekat, cuma begitu saja emosi tingkat dewa.""Berani kau membantah perintahku, Julaika!" bentak Darma. Ditatap lekat wajah wanita sexi berbibir pink tanpa berkedip."Aku tidak salah apa-apa, lagian tidak ada melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Hanya duduk dekat apa itu salah, ini tidak pada jam kerja, lagian ….""Lagian apa? Kesepian lama menjanda, lalu menggoda aku sebagai atasanmu!""Tidak ada seperti itu, sumpah! Demi apa coba begitu, justru aku ingin langgeng jadi asisten pribadi, selamanya. Kau tumpuan hidupku, Darma. Aku sudah tidak punya orang yang kuandalkan."Julaika mendekat Ceo. Memohon maaf atas kesalahannya yang tidak sengaja sudah melukai perasaan Darma. Maafkan aku sudah lancang. Kupikir aku adalah asisten istimewa dan bisa dekat-dekat denganmu di luar jam kerja. Akan tetapi, perasaan itu salah. Ternyata, aku bukanlah apa-apa, hanya karyawan biasa yang tiada spesial juga.Suasana jadi hening. Keduanya diam seribu bahasa. Untuk mencairkan sua
"Baru tahu kalau aku memang wangi." Julaika mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah. Tanpa sengaja, percikan air dari rambut mengenai wajah Darma."Auuhhhh!""Maaf, Darma. Tidak sengaja bisa kena wajahmu yang tam–" Julaika menghentikan ucapannya, takut Darma marah karena ucapan kerap memuji.Darma mengambil hair dryer dari dalam lemari kaca, mendekati Julaika yang masih begong dan berdiri seperti patung."Duduklah di sini." Tangan Darma langsung menarik Julaika untuk duduk di meja rias. Sepontan, dicolokkan pengering rambut dan di gunakan di kepala Julaika.Janda sexi itu pun diam saja, mendapatkan perlakuan khusus bak ratu yang sedang dilayani dayang. Akan tetapi, ini adalah Ceo sang Bos sekaligus atasannya di perusahaan."Sudahlah, Darma. Aku bisa sendiri."Julaika menoleh ke belakang, tatapan mereka beradu, tanpa kedipan. Tak sadar tangan Jukai memegang jemari Ceo, maksud hati ingin meraih hair dryer, tetapi lain hal yang terpegang."Maaf, Darma. Tidak sengaja."Senyum simpul yang
"Perkenalkan, ini Julaika. Asisten pribadi Ceo, bila ada yang ditanyakan boleh tanya langsung, sama saja."Meeting dilakukan untuk menyampaikan laporan keuangan, kinerja perusahaan serta karyawan dan sebaiknya. Ceo hanya mengontrol saja, Team audit sudah ada yang mengawasi secara berkala.Semua berjalan lancar sesuai harapan. Darma dan Julaika pamit undur diri untuk kegiatan lain."Terima kasih atas kedatangan Ceo Darma, mohon bimbingannya bila ada kesalahan dalam menjalankan perusahaan ini.""Semua sudah berjalan dengan baik. Tetap Pak Surya sebagai manajer yang menghandle semua. Aku usahakan sebulan satu kali atau dua kali bila diperlukan untuk datang ke mari.""Sungguh, baiklah dan terima kasih atas keperdulian yang Ceo berikan, semoga Tuhan selalu memberikan keberkahan, Aamiinn."Darma dan Julaika keluar dari gedung mewah milik orang tuanya. Dipandang sekali lagi, lalu masuk ke dalam mobil."Jalan, Mas Didi," ucap Darma lembut."Kita ke villa atau hotel Tuan Muda?""Ke hotel, apak
"Hayu …" Julaika berjalan perlahan, kebaya putih panjang membalut tubuh indah janda tanpa anak, memaksa untuk berjalan bak ratu. Darma sabar mengiringi dari belakang.Pak penghulu di temani dia saksi dan pak Didi, supir Ceo sedang duduk sabar menanti.Setelah semua berkumpul, acara ijab kabul dilaksanakan sekali ucap."Sah!" ucap kedua saksi.Julaika langsung salam kepada suami baru yang dinikahi. Suasana haru terlihat, karena acara dilakukan sangat tertutup tidak dihadiri kedua belah pihak keluarga."Kami izin permisi, Pak."Penghulu dan dua saksi pergi meninggalkan ruangan, Darma memberikan salam dan ucapan terima kasih kepada mereka."Terima kasih banyak Bapak-bapak. Terimalah ini sedikit rezeki dari kami." Amplop berisi tebal diberikan kepada ketiga pria yang beroeci dan berbaju batik hitam."Terima kasih banyak, Pak. Semoga pernikahan sakinah, mawadah dan warahmah. Murah rezeki dan sehat selalu."Ketiga bapak-bapak pergi dari ruangan, hilang di balik pintu. Julaika masih duduk di
"Intan yang telpon." Darma langsung menekan tanda hijau. Memberi aba-aba kepada Julaika agar tidak bersuara."Sore, Sayang …." Darma memulai percakapan disenja itu. Memegang rambut serta memelintir beberapa helai rambut."Darmaku, mengapa dari kemarin tidak ada kabar?""Maaf, Sayang. Aku sibuk di sini. Sabar menanti ya, besok sore aku juga pulang ke rumah. Baru juga dua hari.""Walaupun dua hari, tapi rindu berat.""Berapa ton beratnya, usah diangkat sendiri bertambah berat itu beban rindu, sebaiknya dibagi dua, jadi ringan bukan?""Apa? Kau membagi dua rinduku ya, Darma? Intan menaikkan nada di saat telpon bersama suami."Bukan begitu maksudku, Intan cantik. Dibagi dua itu maknanya separuh kau tanggung dan sebagian biar suamimu ini yang bawa, jadinya ringan.""Baiklah, cepatlah kembali dan jaga hatimu hanya untukku.""Baiklah, hatiku hanya untukmu selalu, percayalah. Sabar ya, tunggu kedatangan suamimu besok sore.""Bye Darmaku." Intan mengakhiri penggilan telpon kepada sang suami.D