Share

CEO Tampan Itu Ayah Putraku
CEO Tampan Itu Ayah Putraku
Author: Zila Aicha

1. One Night Stand

Alunan musik di klub malam mulai memekakkan telinga para pengunjung. Tapi, hal itu justru malah membuat Ananta begitu senang dan lebih mengekspresikan diri lewat tarian.

Dia naik ke atas panggung dan orang-orang pun mulai bersorak heboh melihat gerakan tarian Ananta.

Sementara itu, di bagian selatan klub malam itu, seorang pria bertubuh tinggi atletis dan berwajah rupawan sedang berdiri sembari memegang gelas wine-nya.

Pria itu adalah Mikael Alexander, seorang pria keturunan Inggris yang sedang menikmati waktu bersantainya di klub itu selepas selesai mengerjakan bisnisnya.

Begitu banyak wanita yang berniat menarik perhatiannya dan berusaha menggodanya tapi dia mengabaikan mereka semua.

Saat ini lelaki itu terlihat sedang menatap takjub pada Ananta, gadis yang mengenakan gaun seksi merah menyala dan menyita perhatian para pengunjung klub itu berkat tarian indahnya.  

Gadis tidak hanya cantik tapi juga sangat seksi. Gerakan menarinya pun begitu menggoda mata Mikael, sampai-sampai Mikael dengan mudah menetapkan gadis itu sebagai buruannya malam itu.

Dikarenakan terpikat pada wajah cantik dan tubuh Ananta yang seksi, Mikael pun langsung berkata pada sang asisten, "Dia sangat seksi. Apa dia salah satu penari di klub ini?" 

"Saya tidak tahu, Sir. Tapi melihat dari gaya busananya, mungkin dia seorang wanita penghibur," jawab Andrew. 

Sang pria berambut pirang itu pun menyeringai lalu berkata, "Ah, bagus kalau begitu."

"Siapkan semuanya!" perintah laki-laki bernama Mikael itu. 

Andrew segera mengangguk mengerti arti dari perintah itu dan bergegas menyingkir.

Mikael pun berjalan menuju panggung lalu menarik gadis yang sudah sangat dia inginkan ke dalam pelukannya. 

Sang gadis yang baru berusia dua puluh satu tahun itu pun terkesiap sesaat sebelum menatap pria yang tengah memeluknya itu dengan kening berkerut. 

Dirinya sudah kehilangan setengah kesadaran tapi Ananta tahu laki-laki yang bersamanya saat ini terlihat luar biasa tampan, terlebih lagi nada suaranya terdengar menggoda di telinga Ananta, menimbulkan sensasi aneh untuknya.

"Boleh saya menari bersama dengan Anda, Nona cantik?" tanya Mikael dengan senyum yang menggoda. 

Entah mengapa, melihat senyum Mikael, Ananta langsung balas tersenyum hingga Mikael langsung mengartikan senyuman Ananta itu sebagai sebuah persetujuan untuknya.

Ananta pun merasa tubuhnya ditarik ke dalam pelukan sang lelaki tak dikenal. Mereka lalu menari bersama hingga dia merasa tiba-tiba bibirnya sudah dicium dengan begitu ganas oleh laki-laki itu.

Bukannya menolak, tubuhnya malah memberikan respon lain. Ananta malah membalas ciuman itu dengan tak kalah bersemangat. 

Saat ciuman itu terlepas, Mikael terlihat tak rela dan kembali menarik kepala Ananta ke arahnya.

"Kurasa kita harus pindah tempat sekarang."

Mikael segera menuntun Ananta keluar dari klub malam itu. Hanya dalam waktu singkat keduanya sudah sampai di hotel yang telah disiapkan oleh Andrew.

Begitu hanya tinggal berdua saja dengan gadis itu, Mikael kembali memagut bibir merah Ananta. "Bibirmu sangat manis, Nona."

Entah apa yang merasuki dirinya, Ananta tiba-tiba berkata, "Sangat gerah. Panas sekali."

Gadis itu mengusap tengkuknya sendiri dan terlihat tidak nyaman.

"Aku sudah tak tahan," lanjut Ananta sembari mulai meracau.

Mikael mengamati perubahan mata sang gadis yang menurutnya begitu seksi itu.

Belum sempat Mikael bereaksi, Ananta sudah mengoceh lagi, "Ini terlalu panas. Sangat panas."

"Aku tidak kuat. Tolong!" ucap sang gadis yang wajahnya mulai memerah.

Apa dia memakai sesuatu? pikir Mikael cukup terkejut.

Apa ini cara baru untuk memikat pelanggan?

Ah, Mikael malah menyukainya dan semakin takjub pada gadis itu.

Ananta mulai berniat membuka bajunya sendiri tapi buru-buru dicegah oleh Mikael.

"Biarkan aku yang melakukannya, Cantik."

Ananta pun membiarkan Mikael melepaskan gaunnya dengan pasrah dan ketika Ananta sudah tak memakai apapun, Mikael tersenyum sembari menatap tubuh Ananta dengan lapar, "Kau sangat seksi."

Mikael mendorong Ananta ke arah tempat tidur. Ananta terkesiap tapi matanya terlihat mendamba.

Tatapan itu membuat Mikael menjadi semakin bersemangat dan dengan segera melepas bajunya hingga dia juga tak memakai pakaian sehelai benangpun. 

"Mari mencapai puncak bersamaku, Baby," ucap Mikael dengan suara seduktif.

Ananta pun merasa benar-benar dibawa menuju puncak oleh Mikael hingga dia terlelap karena kelelahan. 

Keesokan paginya, Ananta merasa kepalanya sangat pening saat ia membuka mata. Ia berniat untuk duduk tapi menyadari ada sebuah lengan yang melingkar ke tubuhnya, ia pun segera menoleh secara perlahan. 

Hampir saja ia menjerit tapi ia berhasil menahan diri dengan membungkam mulutnya sendiri. Ketakutan segera merayap ke dalam dirinya. 

Kepalanya sontak dipenuhi berbagai pertanyaan. 

Siapa pria ini? 

Astaga, apa yang sudah aku lakukan semalam? Ananta membatin. 

Dengan perlahan dia menyingkirkan lengan kokoh pria itu dan semakin syok saat menyadari ia tak mengenakan sehelai pakaianpun.

Pakaian dalamnya pun entah ada di mana. Dirinya benar-benar polos sepenuhnya. 

Ananta menggigit bibir bawahnya kuat-kuat lalu mencoba bangkit dari tempat tidur itu. 

Begitu ia berhasil berdiri, dengan segera ia mencari pakaiannya. Ia merasa sangat beruntung sekali karena lampu kamar itu cukup terang. 

Dia mengernyit heran kala melihat gaun yang ia pakai semalam tergeletak cukup jauh dari tempat tidur. Sementara pakaian dalamnya berada di bawah kursi. 

Ananta pun tak perlu lagi bertanya pada pria itu tentang kegiatan yang mungkin telah mereka lakukan semalam. Sudah tentu mereka telah bercinta dan dia telah kehilangan keperawanannya yang telah dia jaga selama ini. 

Dan hal ini pun diperkuat dengan bagian bawah dirinya yang terasa agak nyeri. Gadis itu hanya bisa meringis.

Ya Tuhan, sekarang aku harus bagaimana? Ananta membatin lagi. 

Alan, maafkan aku. Ananta membatin, menyadari kesalahannya.

"Baby," ujar pria itu dengan suara serak tapi dengan mata tertutup. 

Ananta membungkam mulutnya sendiri. Jantungnya berdetak tidak karuan tapi rupanya pria itu kembali tertidur pulas. Helaan napas lega pun berhembus. 

"Nggak bisa, nggak bisa. Aku harus segera pergi dari sini. Nanta, anggap saja ini tidak pernah terjadi." 

Dipandanginya pria di sampingnya itu sekilas. Seorang pria asing dengan tubuh luar biasa bagus, terbentuk dengan begitu sempurna seolah memang laki-laki itu rajin berolahraga. 

Saat Ananta menarik ke atas wajahnya, Ananta tak bisa menampik bila wajah pria itu luar biasa menawan, bahkan dalam keadaan sedang tertidur tanpa sehelai benang pun malah semakin membuat dia terlihat sangat menarik.

"Sangat tampan." 

Namun, Ananta langsung menepuk jidatnya sendiri karena telah membuang-buang waktu. Ia pun pergi dari hotel itu dengan cepat, menggunakan taksi menuju ke rumahnya. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Artana Siregar Siregar
seru banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status