Share

2. Sidang Keluarga

Saat ini, Ananta baru saja memasuki ruang meeting bersama dengan sang ayah yang merupakan CEO Wiriyo Group dan juga neneknya selaku pemilik perusahaan raksasa itu. 

Setelah kejadian yang telah terjadi satu bulan yang lalu itu, hari di mana Ananta pulang pagi dengan keadaan kacau, Ananta berperilaku lebih baik dan tak sekali pun berbuat ulah.

Dia kembali menjadi Ananta yang penurut dan tak pernah keluar malam lagi. Ananta sendiri berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tak perawan lagi tetapi tetap menyembunyikan kejadian malam itu rapat-rapat. 

Dia tetap bersikap seperti biasa pada Alan, tunangan yang begitu dia cintai, tapi sering kali diliputi perasaan bersalah yang begitu besar.

Alma Wiriyo, sang nenek pun juga memberi kesempatan baru bagi Ananta untuk bergabung di Wiriyo Group setelah melihat Ananta tak lagi bersikap di luar batas.

Hari itu adalah acara peresmian Ananta menjabat sebagai manajer di perusahaan besar itu. 

Semua petinggi perusahaan itu langsung saja berdiri dan baru duduk setelah Alma mempersilakan mereka untuk duduk. 

"Selamat pagi, sesuai dengan keterangan yang telah diberikan kepada Anda semua. Pagi ini saya akan sampaikan jika cucu saya-Ananta Wiriyo baru saja resmi bergabung ke dalam perusahaan ini sebagai manajer pemasaran." 

Semua orang pun bertepuk tangan menyambut Ananta. Mereka memang sudah menanti-nanti kedatangan Ananta yang akan menjadi pewaris berikutnya menggantikan Johan. 

Hal ini dikarenakan mereka percaya bila Ananta akan menjadi salah satu orang yang akan mampu membuat kemajuan bagi perusahaan.

Ananta membungkuk singkat dan memulai pidatonya, "Terima kasih. Saya senang sekali akhirnya bisa ikut menjadi bagian dari perusahaan ini, Saya ...." 

Ananta tak bisa meneruskan ucapannya lantaran tiba-tiba saja layar projector di ruang itu menyala dan menampilkan sebuah video yang membuat Ananta terhenyak. 

Video yang sedang terputar itu adalah video di mana ia menari di klub malam dan terlihat sangat mabuk berat.

Tak hanya itu, di dalam video itu dia terlihat bersama dengan seorang pria yang wajahnya tidak terlalu terlihat dengan jelas. Jantungnya Ananyta hampir saja copot dari tempatnya.

"I-itu ...." 

"Astaga ...." 

Semua orang di ruangan meeting itu pun mulai berbisik-bisik, terlihat kaget luar biasa.

Johan terbelalak kaget, "Nanta. Apa yang sudah kamu lakukan?" 

"Pa, Nanta nggak tahu. Nek, itu ...." 

Para petinggi di perusahaan itu pun mulai berbisik. 

Alma berdiri sembari menggebrak meja, "Meeting selesai." 

Satu per satu dari mereka pun ke luar, meninggalkan Alma, Johan dan juga Ananta. 

"Nenek, Nanta bisa jelasin," ujar Ananta tergagap. 

"Apa yang kamu mau jelasin? Video tarian gila kamu di klub itu?" ujar Alma sambil mendelik marah. 

"Nanta, kamu sudah sangat mengecewakan Papa." 

Ananta menunduk, "Tapi itu hanya sekali, Pa. Nek, hanya satu kali. Ananta nggak pernah melakukan hal itu lagi." 

"Dasar cucu tidak berguna! Kau sudah mencoreng nama baik keluarga Wiriyo di depan para petinggi perusahaan," ucap Alma terlihat kesal pada cucunya.

"Nek, Nanta minta maaf. Nanta nggak bermaksud begitu."

"Tapi semua petinggi perusahaan ini sudah tahu, Nanta. Dan bahkan foto-fotomu bersama laki-laki nggak jelas mukanya itu terpampang tadi. Mau apa lagi kamu?" ucap Johan marah luar biasa. 

Ananta tercekat.

Beberapa jam kemudian, Ananta telah duduk di lantai di depan seluruh anggota keluarga Wiriyo yang duduk di kursi semuanya. 

Gadis itu hanya bisa menunduk dalam, tak tahu apa yang harus dia lakukan. 

Vina, adik kandung Ananta yang baru saja pulang kuliah itu pun juga ada di sana tapi hanya memilih diam dan menjadi penonton. 

"Keluarga Alan Samudera telah menghubungi, mereka memutuskan pertunangan kalian. Sekarang, Alan sedang pergi ke North Carolina untuk melupakan kamu," ujar Alma memulai percakapan. 

Ananta mendongak kaget, "Alan tahu? Tapi dia tahu dari mana, Nek?"' 

"Tentu saja dia tahu. Dia bahkan juga mendapat video dan foto-foto kamu yang setengah telanjang bersama dengan pria lain itu. Menurutmu, setelah dia tahu hal itu, dia masih mau menghubungimu?" ujar Belinda tajam. 

Pikiran Ananta sudah semakin kacau.

"Tapi Nanta benar-benar nggak pernah berniat mengkhianati Alan. Waktu itu Nanta mabuk, Ma. Nanta nggak tahu kalau ...." 

"Sudahlah, kami nggak butuh denger alasan kamu, Nanta. Alan telah mengkonfirmasi saat malam itu kamu berbohong kepadanya. Dia mengatakan dengan jelas, malam itu kamu ke klub itu diam-diam. Sekarang, katakan siapa laki-laki yang bersamamu itu!" ucap Alma. 

Ananta terbungkam. 

Bagaimana ia bisa mengatakannya? Ia sendiri juga tidak tahu, ia hanya ingat wajahnya. 

"Kenapa tak mau menjawab?" Alma sudah kehilangan kesabarannya. 

Ia benar-benar sudah kehilangan muka hari ini. Video dan foto itu sudah tersebar dalam waktu singkat. 

Sekarang ini, cucunya yang ia banggakan itu telah menjadi buah bibir di perusahaannya.

Sialnya, Ananta menjadi buah bibir bukan karena prestasi, melainkan skandal yang telah dia buat. 

"Nanta ... nggak bisa bilang, Nek." 

Johan mendelik tajam, "Kamu itu sudah gila, Nan? Kamu udah mencoreng nama baik keluarga ini dengan bertingkah liar, dia harus menikahi kamu untuk menutupi skandalmu itu. Terus kamu nggak mau mengatakan identitas si bajingan itu?" 

Ananta hanya terdiam, tak tahu bagaimana harus menjawab. 

"Atau kamu sengaja menyembunyikan identitas dia, begitu?"

Mata indah Ananta melebar. 

"Tidak, Nek. Nanta ...."

"Kalau kamu nggak mau bilang, kamu angkat kaki saja di rumah ini," ucap Alma.

Pupil mata Ananta membesar.

"Tapi, Nek. Nanta sungguh-sungguh menyesal. Nanta nggak akan mengulanginya, tolong ampuni Nanta."

Alma menatap tajam cucunya.

"Kalau kamu kekeuh tidak mau mengatakannya, maka pergi saja dari rumah ini dan jangan pernah kembali ke keluarga ini lagi!" ujar Alma dingin. 

"Nek, tolonglah. Tolong beri kesempatan buat Nanta sekali lagi, Nanta janji akan membuat Nenek bangga. Percaya sama Nanta!" pinta Ananta. 

"Apa? Bangga? Videomu itu sudah menghancurkan reputasi keluarga kita di depan para petinggi. Kamu mau buat keluarga ini semakin hancur reputasinya, Nanta dengan kamu masuk ke perusahaan?" tuduh Alma. 

Belinda yang sedari tadi hanya diam pun mulai berbicara, "Kita bisa cari suami bayaran untuk Nanta, Ma." 

"BELINDA. Kamu pikir ini semudah itu? Jangan gila!" bentak Alma tak terkendali lagi hinga membuat Belinda terlonjak kaget. 

"Apa ada jaminan orang yang kita bayar tidak akan membocorkan rahasia tentang kejadian itu? Salah-salah malah kita bisa diperas," balas Alma. 

Belinda sontak menutup mulutnya rapat-rapat, merasa percuma memberikan pendapatnya. 

Ibu mertuanya itu begitu keras hati. Tak mungkin dirinya akan mau mendengarkan apa yang ia katakan. 

Harapan yang tadinya muncul itu pun perlahan hilang dari benak Ananta. Ia pun kemudian bangkit perlahan, "Baiklah, kalau itu mau Nenek. Nanta akan pergi dari rumah ini." 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Artana Siregar Siregar
kasian banget ananta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status