Share

PANDANGAN YANG MENGGODA

Devano merasa muram malam ini. Entah kenapa, dia sedang ingin menghajar seseorang, atau kalau perlu, membunuh seseorang. Malam ini dia datang ke klub bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk mencari masalah. Dengan dikelilingi para bodyguard yang selalu siap menjaganya, meskipun sebenarnya tidak perlu, karena Devano menguasai beberapa keahlian bela diri. Namun, ketika dia punya uang banyak, memang lebih baik jika kau membiarkan orang lain melakukan segala sesuatunya.

Pemilik Klub sendiri yang menyambutnya. Tentu saja, mengingat betapa besar keuntungannya dari Devano. Dengan tergopoh-gopoh lelaki gendut itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik.

“Selamat malam, Tuan muda Devano. Saya senang dengan kehadiran Anda malam ini. Anda bisa memilih siapapun untuk menemani Anda," gumam si pemilik Klub dengan nada senang. Baginya selama Devano kemari keuntungan besar yang dia dapatkan. Devano menatap ke sekeliling dengan tak berminat, menatap semua perempuan di sana yang hampir-hampir seperti semut mengelilinginya, dengan tatapan berharap untuk dipilih.

“Terlalu murahan dan tidak ada yang menarik. Hai, kau ... Club’ sebesar ini kenapa memperkejakan wanita sangat murahan sekali? Apakah selama wawancara kau tidak menyeleksinya dulu,” Ejek Devano dengan muka yang sangat kecewa. Malam ini tidak ada satupun wanita yang menarik baginya.

“Maafkan, saya. Apakah saya perlu memanggil Clara? Primadona disini?” Tawar Robert kepada Devano. Robert takut jika memancing kemarahan Devano, bahkan dia tidak berani jika lelaki ini sudah murka.

Devano memutuskan tidak memilih siapapun, ketika tatapan matanya terpaku pada perempuan itu. Perempuan yang tampak salah tempat di klub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa seksi, tetapi tampak tidak nyaman di dalamnya.

Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirnya,

"Robert, siapa gadis itu? Aku mau dia!" Katanya sambil menunjuk perempuan itu.

Kalimat itu diucapkan dengan nada malas yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Aku merasakan semua tatapan tertuju padaku yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan lamunanku yang ingin membalas dendam dengan Casanova arogan Devano. Temanku Lois mengedipkan kedua matanya kepadaku. Aku hanya mengernyitkan kening ku. Ada yang salahkah denganku?

"Aku mau dia ...!" Suara lantang itu terdengar lagi. Lagi-lagi sepasang mata semua menatapku. Aku hanya bisa menghela nafas panjang.

Dengan gugup aku menegakkan tubuhku, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mataku. Mata cokelat pucat sehingga nyaris bening, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.

“Hah! Dia menginginkanku. Tidak. Aku tidak mau.” Aku menolak mentah-mentah, tetapi sorot mata tajam Devano masih memandangiku penuh sinis.

"Cepat kesana, Raina! Dia menginginkanmu. Jangan sampai dia marah besar." Sang bartender bernama Lois yang berdiri di belakangku berbisik kepadaku, seolah takut kalau Raina tidak cepat-cepat menuruti keinginan Devano, akan berakibat fatal.

Aku hanya bisa mengernyitkan keningku, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapku dengan begitu tajam tanpa ekspresi. Aku mendengus kesal dan perlahan jalan ke arahnya.

"Ada ... Yang bisa saya bantu?” Tanyaku dengan suaraku yang begitu serak. Ternyata Devano bukan lelaki biasa. Sulit sekali membalas dendam dengannya. “Maaf, apakah Anda ingin dibawakan minuman?" Tanyaku sekali lagi.

Devano hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.

"Bawakan satu, minumanku yang biasa.” Jawabnya dengan nada dingin.

Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan Devano, minuman yang biasa. Yes, akhirnya gelas yang aku lumuri racun akhirnya akan datang kepada umpannya. Namun, Tanganku gemetar ketika menerima nampan minuman itu.

“Astaga, rasanya aku ingin bertemu dengan iblis, tetapi memang dia iblis. Iblis yang membunuh kedua orang tuaku. Ayo sedikit lagi Raina" Batinku mencoba menyemangati diriku sendiri. Sedikit lagi semua dendam mu akan terbalaskan Devano akan mati di depanku.

Aku mengucapkan kata-kata itu bagaikan doa, dengan langkah gemetar Raina mendekati Devano yang duduk bagaikan sang raja, menunggunya.

Diletakkannya gelas itu di meja depan Devano,

"Semoga kau lekas meminumnya dan lekas mati." Doaku dalam hati.

Tetapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Devano hidup, karena lelaki itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya.

Matanya malahan tertuju pada Raina dan memandangnya tajam.

"Duduk." Perintahnya dengan kasar. Melirik tempat di sebelahnya.

Sekujur tubuhku mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa lelaki ini berani-beraninya memerintahkan seperti ini? Ketika Raina termenung, seorang waiters lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, menuruti permintaan Devano. Sehingga dengan terpaksa aku duduk di sebelah Devano.

"Gadis yang kecil dan bodoh ini, siapa namamu?" Devano menatap tajam ke arah Raina, sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya.

"Jangan pernah memanggilku bodoh dan kecil. Anda juga tidak perlu tahu siapa namaku. Itu tidak penting bagi saya." Aku langsung marah.

"Tidak ada satupun yang bisa memarahiku. Kau paham! Devano, tidak suka itu!" Nada Devano semakin tinggi sehingga semua orang di sekitar hanya terdiam.

"Saya tidak peduli dan saya sudah membawakan minuman untuk Anda yang terhormat, karena itu saya akan pergi," jawabku ketus, sambil beranjak dari tempat duduknya, lagipula dia malas memandangi Lelaki yang sudah membuat kedua orang tuanya mati. Gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Devano, dan sebentar lagi Devano akan mati karena sesak napas.

Tetapi sebelum aku sempat berdiri, Devano meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi. Kali ini di pangkuan Devano.

"Apa ... yang kau lakukan?" Aku sontak berontak. Namun suaraku terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba melumat bibirku. Raina memberontak ketika menyadari bahwa Devano sedang memangut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas. Sial, lelaki ini telah merenggut first kiss-ku

Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Devano tanpa permisi langsung memangut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan.

Sekujur tubuh Raina terasa terbakar, panas karena amarah dan demam kerena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan, sehingga Raina yang belum berpengalamanpun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kebenciannya. Tetapi pikiran bahwa lelaki ini telah memanfaatkan begitu banyak wanita demi memuaskan rasa arogan dan kekuasaannya membuat Raina merasa

muak dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong laki-laki itu menjauh dan menamparnya sekuat tenaga.

Plak!

Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itupun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Raina, yang berdiri dengan terengah-engah berhadapan dengan Devano yang membatu duduk di sofa VIP-nya.

"Kau ..." Aku menunjuk ke arah Devano dengan muka kesal.

Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lenganku. Begitu menyakitkan hingga membuat Raina menjerit

"Kurang ajar sekali kau ...! Berani-beraninya menampar Tuan Devano," Teriak sebuah suara berat dan kasar. Raina menoleh dan mendapati dirinya ditelikung oleh lelaki berbadan besar yang sepertinya salah satu bodyguard Devano.

Lengan lelaki itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya terasa kaku dan sakit. Namun, aku tidak menyerah, aku meronta sekuat tenaga, mencakar, dan menggigit lengan yang tetap terasa sekeras batu itu. Napasnya terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai perempuan kekuatannya begitu tak berdaya menahan dominasi kekuatan laki-laki.

"Lepaskan dia, Morgan." Suara dingin Devano terdengar di keheningan.

Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan lelaki yang terkenal luar biasa kejam itu pada perempuan yang berani menamparnya.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Weka
nah loh, perangkan
goodnovel comment avatar
Cindi82
jadi diminum ga tuh?
goodnovel comment avatar
Megarita
hem balas dendam di mulai
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status