Share

CINDERELLA MILIK CASANOVA
CINDERELLA MILIK CASANOVA
Penulis: Queenbee

BALAS DENDAM TERHADAP CASANOVA

Suasana yang hingar-bingar membuatku mengeryitkan mataku. Aku tidak suka suasana ramai dan menyesakkan seperti ini. Yang kurindukan adalah kamarku, kamar tenang yang damai, tempat aku bisa duduk dan membaca sambil mendengarkan musik sayup-sayup, tetapi musik yang sangat keras ini hampir melampaui batas toleransiku, ingin rasanya aku pergi dari tempat ini, tapi dia tidak bisa. Seorang Casanova yang brutal, ganas dan jahat menurut sumber yang aku dengar dari temanku.

Casanova itu akan datang ke tempat ini beberapa saat lagi. Haish ... Aku ingin pulang saja dari dunia gelap ini. Jika tidak karena perekonomian keluarga aku tidak mau kerja di sini.

Aku mencoba menarik turun rok hitam pendekku yang mulai terasa tidak nyaman. Seragam waiters ini amat sangat tidak nyaman, dengan belahan dada yang begitu rendah dan rok yang begitu pendek, rasanya seperti dipaksa menyamar menjadi orang yang tidak dikenalnya. Namun, bukankah itu memang tujuannya? Dia tidak ingin lelaki itu mengenalnya, meskipun hal itu sepertinya tidak perlu ditakutkannya. Mereka hanya pernah bertemu satu kali, pada pertemuan singkat yang tak disengaja, saat lelaki itu menemui ayahnya di ruang kerjanya. Saat itu penampilanku tidak seperti sekarang, rambutnya masih panjang dengan kacamata berbingkai tebal membingkai wajahnya, bajunya tertutup dan sopan, beda sekali dengan sekarang.

Aku mengernyitkan kedua mataku lagi, “Astaga, Aku benar-benar berpenampilan seperti perempuan murahan, ini sangat menjijikkan, kapan cobaanku ini akan segera berakhir? Aku lelah dengan semuanya,” desahku dengan wajah yang ditekuk.

Suara berisik dari arah pintu masuk mengalihkan perhatianku, kedua mataku mencari-cari dan akhirnya dia datang juga. Sang Casanova itu ada di sana, dengan kedatangannya yang begitu heboh dikelilingi banyak sekali bodyguard berbadan kekar. Tanpa sadar aku mendengus kesal karena dia lelaki jahat yang suka menyakiti orang, dia pasti punya banyak musuh yang ingin membunuhnya.

Dengan penasaran aku menjinjitkan kakiku, berusaha melihat dengan jelas sosok lelaki itu, Devano sang Casanova yang terkenal dingin, jahat dan beringas. Sosok yang ditakuti dalam dunia bisnis karena tidak segan-segan menggilas siapapun yang menghalangi jalannya. Siapapun yang berani melawannya, akan berakhir dalam tragedi. Seperti ayahku. Tidak akan kubiarkan lelaki ini bersenang-senang di atas penderitaan keluargaku.

“Devano, kamu harus menanggung semua apa yang sudah kau lakukan dengan keluargaku. Gara-gara keserakahan mu aku harus kehilangan ibuku, bahkan ayahku. Jangan harap kamu bisa terus bersenang-senang. Aku sangat membencimu, Devano.” Kataku bicara sendiri dengan penuh kekesalan sambil mengepalkan kedua tanganku.

Aku menjadi sebatang kara dan rasa dendam yang terpendam dalam hatiku makin menyeruak setelah kematian kedua orang tuaku. Semua ini berakar dari Casanova ini. Sejak lelaki itu muncul di keluarganya, semuanya hancur dan musnah. Aku harus membalas dendam, dengan cara apapun, untuk membalaskan kesedihan ibuku, dan kematian sia-sia ayahku. Peternakan harus aku ambil kembali.

Balas dendamku dengan cara menyelidiki semua hal tentang Devano. di mana dia tinggal, bagaimana jadwalnya, apa kesukaannya. Semua informasi itu dikumpulkannya baik-baik dan disusunnya. Ketika Raina mendapati bahwa dia sering menghabiskan waktunya dengan kekasih-kekasihnya di klub kelas atas ini, Klub Happy. Tanpa pikir panjang, aku meninggalkan pekerjaanku sebagai perawat di rumah sakit, pindah dari tempat tinggalnya dan melamar sebagai waitress di sini. Sungguh, pekerjaan yang berbanding terbalik.

Semua butuh pengorbanan, aku menyadari bahwa pembalasan dendam butuh pengorbanan besar. Seperti ketika dia harus berdandan sebagai wanita murahan dengan rok mini dan baju seksi. Kadang malam demi malam harus menahan diri dari siksaan kegaduhan dan hingar bingar musik, ataupun harus menahan hati karena banyaknya lelaki-lelaki genit yang selalu berpikir bahwa aku wanita murahan yang bisa dibeli. Semua butuh pengorbanan, mahal harganya. Namun, aku merasa itu akan sebanding dengan kepuasan yang akan dia dapatkan nanti. Kepuasan untuk membunuh lelaki itu dalam siksaan menyakitkan, seperti yang dilakukan lelaki itu pada ayah dan ibunya.

“Hai, Rain. Kau, tahu jika sang Casanova yang kita tunggu-tunggu sudah datang. Astaga tampan sekali lelaki itu. Mau dong, di belai sama dia.” Sherine langsung menghampiriku dan masih setia melihat paras Devano yang tampan. Temanku ini seperti tersihir olehnya

“Cih, Tampan darimana? Hatinya saja busuk.” Aku mendengus kesal.

“Tutup mulutmu, Raina.” Sherine langsung membungkam mulutku. “Jangan, sampai Devano mendengarnya. Bisa tamat riwayatmu.” Sherine mengingatkanku.

“Aku tidak peduli, Sher. Yang aku tahu lelaki itu bukan manusia melainkan iblis.” Aku kesal dan melepaskan tangan Sherine yang membungkam mulutku. “Aku kerja dulu. Selamat menikmati pemandangan yang super jelek itu. Bye.” Aku langsung melambaikan tanganku dan pergi ke dapur.

Tatapan dan senyumku mengembang di wajahku. Saatnya beraksi. Aku sudah mengoleskan racun yang tidak akan terdeteksi, di dasar gelas yang sudah disiapkan khusus untuk Devano Christopher malam ini. Devano, tidak mau menggunakan gelas yang sama dengan orang lain. Gelasnya ekslusif, khusus hanya dipakai dirinya, dan tadi siang ketika berpura-pura membersihkan bar, Aku menyelinap ke tempat penyimpanan khusus itu dan mengoleskan racun yang tidak terdeteksi ke gelas tersebut. Seteguk saja minuman dari gelas yg sudah diolesi racun itu ditelan oleh Devano, maka seluruh dendamnya akan terbalaskan.

“Kamu ... Akan mati. Aku tidak sabar melihatmu terbujur kaku. Dendamku akan segera terbalaskan. Ayah, Ibu. Aku tidak akan membiarkan dia hidup dalam kesenangannya dan satu hal lagi. Peternakan milik ayah, Raina berjanji akan merebutnya kembali. Devano ... Kamu harus membayar semua penderitaan keluargaku.” Aku mulai menitikkan air mataku. Aku langsung mengusapnya dengan keras.

Memory beberapa bulan yang lalu masih membekas di pikiranku. Aku masih ingat ketika dia berdiri di samping ayahku yang membeku menatap wajah ibuku yang kurus dan pucat. Ekspresinya seperti tertidur, dan merasa sedih karena menyadari kenyataan bahwa Ibuku mungkin lebih bahagia sekarang setelah meninggal dunia.

Setelah kematian ibu, Hati ayah hancur. Hancur total. Ayah mulai mabuk-mabukan, kadang berteriak-teriak dan menangis sendirian di malam-malam sepi. Hingga pada suatu hari, ayah mengendarai mobil dan satu-satunya harta yang masih tersisa, dan menabrakkan diri pada tembok pembatas jalan hingga mobil itu terguling beberapa kali. Ayah tewas seketika di tempat. Polisi mengatakan bahwa kandungan alkohol di darah ayahku sangat tinggi, hingga dapat dikatakan, ayahnyalah yang membunuh dirinya sendiri. Saat ini hatiku remuk. Hanya amarah dan dendam yang ada di diriku saat ini. Devano harus menanggung semuanya.

Kulihat foto ayahku di saku rok ku. tragis kematiannya. semua sudah terjadi dan tidak akan pernah terulang kembali.

"Devano, bersiaplah menjadi priaku malam hari ini. Sungguh, pria itu membuatku jatuh cinta, terlena dengan parasnya yang menggoda. Aku harap dia akan memilihku." Celutuk Clara di dekat bar.

Aku hanya tertawa sinis. Sebentar lagi dia akan mati.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Agung99
sruu banget
goodnovel comment avatar
Sun fatayati
mantaaap ceritanya kk
goodnovel comment avatar
Cindi82
Misi balas dendam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status