Share

Episode 5: Diam   

Sejak tadi ekor mata pria itu tidak ada henti-hentinya  melirik ke arah kursi yang ada di sampingnya. Dilihatnya Azahra yang hanya diam memandang keluar jendela tanpa berbicara lagi. Melihat sikap Azahra seperti ini, membuat Ferdi merasa bersalah. "seharusnya aku gak larang dia berbicara," sesal Ferdi.  Suasana di dalam mobil ini terasa hening tanpa ada celoteh gadis genit di sampingnya.  Hanya suara musik di dalam mobil yang terdengar memecahkan kesunyian. "nyesel juga nyuruh dia diam, jadi sepi." Ferdi berkata di dalam hati. Berulang kali pria itu memandang Azahra secara diam-diam. 

“Adek,” panggil Ferdi.

“Hmmm,” saut Azahra yang tidak memandang ke arahnya.

“Kok jawab nya cuma gitu dek?" Tanya Ferdi.

Azzahra hanya diam tanpa menjawab.

“Adek lihatin apa?" Ferdi berusaha untuk mengajak gadis itu berbicara.

“Nggak ada,” jawab Azahra.

“Kenapa lihatnya cuman ke sana.” Tanya pria itu lagi.

“Biarin.”

“Kok nggak ngomong lagi sih dek."

“Nanti mulut Rara dilakban." Azahra menjawab dengan sangat kesal. Gadis berwajah cantik itu tidak mau memandang kearah Abang sepupunya. “Padahal Rara rindu. Rara pengen cerita banyak. Tapi malah di suruh diam. Niat Rara gombalin biar rame aja. " Azahra mengomel di dalam hatinya.

Ferdi tertawa ketika mendengar jawaban Azahra. Ferdi mengeluarkan permen dari dalam saku celananya. “Adik mau permen?" Ferdi menawarkan dengan memberikan permen di tangan. Ferdi selalu mengantongi permen di dalam saku celananya. Bila Azahra merajuk dengannya seperti ini, maka pria itu akan memberikan gadis kecil itu permen. Namun saat ini Azzahra bukan anak kecil lagi. Ia juga tidak yakin apakah permennya biasa digunakannya untuk membujuk gadis genit yang duduk disampingnya. Akan ampuh atau tidak.

Azahra mengambil permen yang diberikan oleh pria tersebut.

Ferdi mengulum senyumnya ketika melihat permen yang diberikannya diambil oleh azahra. "masih ampuh ternyata," batin Ferdi

"Abang tolong bukain permennya,” Azahra memberikan permen rasa mint yang baru tadi diambilnya kepada Abang sepupunya.

“Masa sih dak, sudah gede nggak bisa buka bungkus permen." Ferdi sedikit tersenyum memandang gadis tersebut.

“Nggak bisa Bang kuku Rara panjang." Azahra memberikan alasan dengan menunjukkan jari kukunya yang panjang.

“Nggak boleh kukunya panjang gitu.” Ferdi  mengambil permen dari tangan Azahra. Tangan kanan pria itu memegang setir, tangan kirinya mengambil permen yang diberikan oleh acara. Ferdy menggigit bungkus permen itu dengan giginya.

“Kenapa Rara selalu gagal ya Bang kalau buka permen pakai gigi,” tanya Azahra.

“Itu karena giginya nggak sama rata, ada yang maju ke depan ada yang mundur ke belakang,” Ferdi tertawa sambil memandang adik sepupunya tersebut. 

Azahra diam dan memajukan bibirnya. “Gigi bawah Rara cuman panjang kedepannya dikit kok,” ucap Azahra yang menunjukkan giginya yang selisih antara yang atas dan yang di bagian bawah. “Gigi bagian bawahnya lebih maju daripada giginya yang di atas.” Jawab Azahra yang kemudian memasukkan permen ke dalam mulutnya.

Ferdi tersenyum ketika mendengar jawaban Azahra.

"Kita beli pizza dulu untuk Akbar,” Ferdi bertanya dengan hati-hati, ia harus bisa menjaga mood dari gadis tersebut biar jangan merajuk lagi.

“Iya Bang,” jawab Azahra yang tersenyum.

"Dari kecil hingga sekarang ternyata dia nggak berubah," Ferdi berkata di dalam hatinya. Pria itu sedikit menggelengkan kepalanya dan memejamkan matanya ketika degup jantungnya berdetak tidak menentu.   Ferdi tidak mengerti dengan dirinya sendiri. "Mengapa bisa aku seperti ini?" Ia bertanya dengan hatinya sendiri. Ferdi memandang Azahra yang saat ini tersenyum kepadanya. Menatap mata gadis itu membuat dirinya seakan merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Ingin rasanya ia menepis perasaannya ini. Melihat Azahra berbicara dengan tersenyum membuat degup jantungnya seakan tak menentu, namun melihat gadis itu diam dan tidak menghiraukannya membuat dirinya gelisah gak karuan.

Ferdi memberhentikan mobilnya nya di parkiran pizza. "Jadi beli pizza untuk Akbar?" tanyanya.

“Iya, tadi sudah janji,” ucap Azahra yang membuka sabuk pengamannya dan kemudian turun dari dalam mobil.

Ferdi berulang kali menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. Pria itu berusaha untuk menetralkan degup jantungnya yang sudah semakin tidak menentu. Tiap kali Azahra memandang ke arahnya, Ferdi merasakan sesuatu yang berbeda. Suara ketukan di jendela yang ada sampingnya membuat Ferdi menghentikan aktivitasnya. Pria itu Menurunkan kaca jendelanya.

"Abang ngapain kok belum turun?" Azahra bertanya dengan sedikit menunduk tubuhnya dan memandang ke wajah Abang sepupunya.

Baru saja pria itu mampu menetralkan degup jantungnya, kini jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Posisi Azahra seperti ini membuat wajahnya dengan Azahra begitu sangat dekat. "Bukannya adek yang pergi beli sendiri," Ferdi berusaha untuk berkilah.

“Temenin bang, bosan kalau nungguin sendiri,” jawab Azahra.

“Iya kalau gitu abang  turun,” jawab Ferdi yang membuka sabuk pengamannya itu kemudian menaikkan kaca jendela mobilnya.

Ferdi berjalan di samping Azahra. Mereka kemudian masuk ke dalam gedung tersebut.

Azahra memesan beberapa varian rasa pizza untuk di bawahnya pulang. Ia duduk bersama dengan Ferdi di kursi yang disediakan untuk pelanggan yang menunggu pesanan.

“Bang tadi ada yang telepon Rara,” Azzahra berbicara dengan wajah yang sangat serius.

“Siapa, perempuan atau laki-laki?" tanya Ferdi. wajahnya tampak berubah ketika mendengar penuturan dari Rara.

“Laki-laki.”

“Ngapain?"

“Katanya lembaga finance,” jawab Azahra.

“Terus kenapa,” tanya Ferdi.

“Rara ditawari uang online. Rara bilang ke itu yang nelpon, kalau Rara ini belum kerja, tapi dia bilang gak apa, yang penting ada jaminan sertifikat. Waktu mendengar Orang itu ngomong gitu, ya Rara semangat mau ngajuin biar dapat uang,” ucap Azahra yang berbicara dengan memandang Ferdi.

“Kenapa sih Dek mau aja dengar yang gituan,” Ferdi memandang Azahra dengan tidak suka.

“Ya lumayan Bang Rara itu minta  500 juta.”

Mata Ferdi melotot ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Azahra. “Adek itu masih kecil nggak boleh seperti itu." Ferdi melarang Azahra. Ia tidak percaya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Azahra. Menurutnya gadis itu tidak akan mungkin kekurangan uang, lalu untuk apa gadis itu ingin meminjam uang dengan nominal yang sangat besar.

“Ya kan Rara tadi sudah nggak mau Bang, orang itu yang maksa terus, kata dia yang penting Rara itu ngasih jaminan sertifikat.”

“Terus,” tanya Ferdi.

“Ya Rara senanglah dapat uang 500 juta, kita belum kerja tapi dikasih uang, hanya cukup kasih jaminan sertifikat, tapi gitu dia denger sertifikat yang mau Rara kasih ke dia, dianya langsung matiin telpon nggak ngomong lagi,” ucap Rara menjelaskan.

“Dikasih sertifikat apa,” tanya Ferdi.

“Sertifikat vaksin,” jawab Azahra yang tersenyum. “Terus salah Rara dimana bang.”

Ferdi tertawa lepas ketika mendengar apa yang disampaikan oleh Azahra kepadanya. “Kasihan ya orangnya. Pasti dia  sudah senang, dikirainnya pasti sertifikat rumah atau tanah.” komentar Ferdi.

“Habisnya itu orang sudah dibilangin Bang kalau Rara itu nggak kerja, umur aja masih 18 tahun, mana mungkin bisa bayar,” ucap Azahra.

“Tapi apa bener,” tanya Ferdi Yang penasaran dengan cerita Azahra.

“Kalau beneran kenapa,” tanya Azahra.

“Abang juga mau ngajuin lah dek 1 milliar saja,” Ferdi  kemudian tertawa.

“Bang pizzanya sudah siap, Rara ambil dulu,” ucap Azahra yang beranjak dari kursi yang didudukinya.

Ferdi menganggukkan kepalanya dan mengikuti gadis tersebut. “Nanti makan pizzanya Abang di kasih ya Dek, Abang udah 4 tahun nggak makan pizza,” ungkap Ferdi.

“Iya Abang mau makan pizzanya sendiri atau Rara yang suapi,” ucap Azahra yang tersenyum malu.

Ferdi hanya tersenyum kecil ketika mendengar ucapan gadis tersebut.

“Perasaan yang minta disuapin makan itu adik ya,” ucapnya yang tersenyum ketika berjalan menuju mobilnya yang terparkir.

Azahra hanya tersenyum ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Ferdi.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status