Home / Romansa / CINTA PALSU SUAMIKU / BAB 5 - Tamu Tak Diundang

Share

BAB 5 - Tamu Tak Diundang

Author: Chau Navriena
last update Last Updated: 2025-06-21 21:54:29

Na menghapus keringat di pelipis dengan punggung tangan. Pundaknya pegal, rambutnya mulai lengket. Tangannya terasa lecet karena menggosok permukaan meja-meja besar yang tak pernah ia sentuh sebelumnya.

Rumah ini terlalu luas.

Dari ruang tamu ke lorong tengah, lalu ke ruang santai sampai ke dapur belakang, setiap sudutnya sunyi. Hanya suara lap kain, derit kayu, dan detak jantungnya yang mulai terasa di telinga.

Na berhenti di ambang ruang tengah, punggungnya bersandar ke dinding, nafasnya terasa berat. Ia melihat ke sekeliling. Vas bunga besar, jendela kaca tinggi, karpet tebal yang sudah ia vakum berkali-kali dan tangga besar yang mengarah ke kamar mereka.

Tetapi kamar itu tidak terasa seperti milik mereka. Tidak terasa seperti rumah.

Otaknya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang sekarang membuatnya mual. Apa Evan marah kepadanya karena sesuatu yang tidak ia ketahui?

Tapi pertanyaan itu hanya bergema di kepalanya. Tak ada jawaban. Yang ada hanyalah bayangan dari sorot mata dingin Evan, ucapannya yang kasar, dan sikapnya yang membuat Na merasa seperti bukan siapa-siapa.

“Sekarang lo yang urus rumah ini "

Kata-kata itu terus berputar, menggantikan semua janji manis yang dulu Evan bisikkan saat mereka masih pacaran. Kata sayang dan cinta yang dulu terasa hangat, kini seperti mimpi yang menjauh begitu saja saat ia terbangun.

Na menggigit bibir bawahnya. Dadanya sesak, namun ia memilih bertahan demi Evan yang ia kenal. Evan yang dulu melindunginya, perhatian dan lembut. Hatinya belum sepenuhnya percaya jika Evan yang kini menjadi suaminya telah berubah 180°.

“Dia pasti capek. Pasti ada alasannya. Evan bukan orang kayak gini…”

------

Lantai dapur licin. Na terburu-buru mengambil piring dari rak atas, karena Evan baru saja turun dan ia ingin menyajikan makan malam sebelum pria itu sempat membuka mulut.

Tapi kakinya terpeleset.

Piring di tangannya jatuh duluan, pecah berantakan di lantai, lalu tubuhnya menyusul jatuh beberapa detik kemudian. Suara tubuhnya menghantam ubin terdengar cukup keras, membuatnya meringis menahan sakit di lutut dan lengannya.

Bunyi pecahan mengisi ruangan. Dan dari ujung ruang makan, langkah kaki Evan terdengar.

Na meringis lirih. Lututnya sakit, punggungnya terasa nyeri. Tapi lebih dari itu, dadanya lebih sakit lagi karena berharap Evan akan menolong, atau bahkan sekadar mengulurkan tangan.

Namun yang datang adalah suara dingin itu.

“Jangan bikin rumah ini berantakan."

Evan tidak menatap Na. Ia hanya melempar pandang sekilas pada pecahan kaca yang berserakan.

“Bersihin. Sekarang.”

Dan ia pun pergi, meninggalkan gadis itu sendirian di antara serpihan kaca, seperti saat ayahnya meninggalkan ibunya demi Perempuan jalang yang berstatus sebagai ibu kandung istrinya itu.

"Kamu mau kemana? sakit..." Lirih Na pelan, tak ditanggapi oleh Evan yang sudah naik ke lantai atas.

Ia lalu duduk di lantai dengan piring pecah mengelilinginya. Wajah panik, dan air mata terus membanjiri wajahnya. Rasa sakit dan nyeri pada tubuhnya tak dapat mengalahkan sayatan di hatinya saat ini. Evan bahkan tak perduli sedikitpun padanya.

Disisi lain, Evan memandangi wanita itu dari jendela kamarnya yang menghadap ke dapur. Pria itu menaikkan sudut bibirnya, raut wajahnya terlihat puas.

Lemah. Ceroboh.

Dari tempatnya berdiri, dapur bisa terlihat samar terutama bayangan tubuh Na yang masih berlutut di lantai.

Matanya tak lepas dari gadis yang sedang memunguti pecahan kaca dengan gemetar. Ia terlihat berhati-hati, berusaha agar tak terkena serpihan tajam, meski lututnya sudah tampak memerah.

Pemandangan yang menyenangkan.

Gadis itu... benar-benar menderita. Namun ia tidak marah, tidak ada perlawanan. Senyumnya mengembang melihat gadis itu terluka. Inilah hal yang ia inginkan. Evan benar-benar serius dengan rencananya untuk mengubah seseorang yang penuh senyum dan percaya diri, menjadi sosok rapuh yang hanya tahu rasa sakit.

Dan Evan, tak akan memberinya kesempatan untuk bernapas lega.

-----

-Pagi hari-

Suara bel rumah berbunyi dua kali.

Na yang masih membersihkan sisa debu dari bawah meja makan, buru-buru berdiri. Kakinya masih ngilu, namun ia tetap memasang senyum manisnya saat membuka pintu.

Di balik sana, empat pria berdiri. Riki, Jayden, Kael, dan Sean. Semuanya menatap Na dengan cara yang berbeda. Ada yang gugup, hati-hati, dan... sedikit merasa bersalah.

“Hai Na,” ucap Kael, canggung. “Kita, eh.. cuma mau mampir. Cek-cek aja. Kan pengantin baru...”

Na tertawa kecil, lalu mempersilakan mereka masuk.

Ruang tamu besar itu terasa sunyi saat Riki, Jayden, Kael, dan Sean duduk di sofa panjang. Sesekali, mereka bertukar pandang, sesekali melirik ke arah dapur, tempat Na masih mondar-mandir merapikan gelas dan menyiapkan minuman untuk mereka. Gadis itu tampak sopan dan berusaha ramah, tapi ada kelelahan yang tidak bisa disembunyikan dari sorot matanya.

“Lo sadar nggak sih rumah ini sepi banget, Maidnya pada kemana dah?” bisik Kael pelan pada Jayden.

“Shh,” balas Jayden cepat, karena langkah Evan terdengar menuruni tangga.

Pria itu muncul dengan langkah santai, mengenakan kaus putih polos dan celana pendek. Terlihat kasual, tapi tatapannya tetap tajam dan dingin. Seolah kedatangan mereka adalah gangguan kecil yang tak diminta.

Evan duduk di kursi seberang, menatap mereka satu per satu.

"Gue pikir kalian udah cukup dewasa buat ngerti kalo pasangan baru butuh waktu sendiri,” ucapnya datar.

Sebelum sempat menjawab, seorang gadis tampak membawa sebuah nampan berisi teh hangat kearah mereka.

Riki menatap tangan Na yang gemetar saat menuangkan teh. Pandangannya tanpa sadar turun ke arah lengan gadis itu. Samar-samar tertutup lengan panjang blus putihnya, tapi ia dapat menangkap guratan merah memanjang yang tak seharusnya ada di kulit yang semestinya mulus.

Na buru-buru menarik lengan bajunya lebih panjang, seolah sadar.

“Makasih, Na,” Jayden menyahut cepat, mencoba mencairkan suasana. Ia tersenyum hangat pada gadis itu, yang dibalas dengan senyum manis. Seperti menyadari bahwa ada seorang pria yang tengah menatapnya lekat, Na buru-buru beranjak dari sana. Evan, pria itu terlihat seolah tak ingin Na berlama-lama menjadi sorotan temannya itu.

“Lo liat tadi?” bisik Riki.

“Iya. Lengan sama kakinya lecet,” sahut Kael pelan.

“Gue udah curiga dari semalam,” tambah Sean. “Waktu gue ngehubungin dia soal jadwal liburan, nadanya… beda. Kayak bukan Evan yang biasa.”

"Jangan-jangan, KDRT?" Kael membulatkan matanya.

Evan menyodorkan tubuhnya kearah mereka. Seperti tahu apa yang menjadi bahan bisik-bisik ke 4 pria didepannya, membuat mereka terlihat kekanak-kanakan sekarang.

“Ngapain kalian sok jadi detektif?”

Jayden menatap Evan lama. “Karena kita temen lo, Van. Dan lo tahu, dari dulu kita gak pernah biarin salah satu dari kita melenceng sendirian. Lo yang ajarin itu.”

Jayden akhirnya bicara lagi. “Kita semua udah fix ke Lombok. Private villa, satu komplek isi empat bangunan. Gue bawa istri, Juan sama Kael juga bakal bawa cewe mereka.”

Riki menambahkan, “Dan lo… lo bawa Na.”

Evan menatap mereka bergantian. “Kalian ngajak gue liburan... atau mau ngawasin gue?”

“Kalau dua-duanya?” potong Kael. Suaranya tenang, tapi matanya menajam.

Seketika, senyum tipis Evan muncul. Evan tidak langsung menjawab. Ia mengambil cangkir teh yang sudah hampir dingin, menyesapnya sedikit.

"Oke.. gua sama Na ikut."

Ujarnya. Membuat ke empat temannya mengangguk lega.

“Noted kalo gitu.” Jayden bangkit dari duduknya, menepuk lututnya sendiri. “Gue cuma harap liburan ini bikin semua orang waras..”

Evan tersenyum tipis.

“Gue waras, Jay. Lebih dari yang kalian pikir.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 18 - Pelukan Hangat

    Di halaman belakang, aroma sisa barbeque masih tercium. Beberapa masih duduk santai. Jay dan Ara di pojokan dengan selimut, Riki tertawa keras bersama Kael dan Ian, Diendra dan Agnes mengobrol kecil di meja panjang.Dan di antara mereka semua, ada Evan yang duduk di ujung dengan hoodie terpasang sempurna. Wajahnya tampak datar, tak ikut berbaur ataupun mengobrol dengan mereka. Ia hanya sibuk memandangi api kecil di grill.Na mendekat pelan, langkahnya ragu-ragu.“Evan…” bisiknya pelan.Beberapa orang menoleh, tapi cepat mengalihkan perhatian. Seolah tahu ada sesuatu di antara pasangan itu, tapi memilih tak mencampuri. Meskipun Kael dan Riki tetap diam-diam memperhatikan gerak-gerik pasangan itu.Evan menoleh sebentar, lalu melengos, menyadari istrinya menyusulnya. Wajahnya tampak murung dan tidak dalam mood yang bagus. Tangannya sibuk membuka bungkus marshmallow dengan gerakan cepat. Plastik itu ia robek dengan kasar, menghasilkan suara ‘krek’ yang cukup mencolok, meski ia tak terliha

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 17 - Evan Ngambek

    Udara Lembang masih menyisakan embun ketika Na terbangun lebih dulu. Sinar matahari yang menyelinap dari balik tirai jendela villa tak cukup mengusir dingin yang menggigit kulitnya.Ia menggeser selimut perlahan, menahan nafas saat tubuh Evan yang masih tertidur menggeliat di sebelahnya. Wajah Evan saat tidur begitu tenang, namun Na masih menyimpan bekas bayang amarah semalam. Kata-kata Evan yang menusuk terus terngiang di kepalanya."Pinter dikit. Gak semuanya harus lo jawab."Na menghela napas pelan. Ia bangun, berjalan menuju kamar mandi, berusaha menenangkan pikirannya dengan membasuh wajah. Matanya sembab, sedikit memerah, tapi ia sudah terlalu terbiasa menelan tangis dalam diam, menjaga agar emosinya tidak memancing emosi lelaki yang kini terbangun.Saat ia kembali ke kamar, Evan sudah duduk di tepi ranjang, menatapnya dalam diam. Evan lalu berdiri, berjalan menuju jendela, membuka tirainya lebar-lebar. Cahaya langsung menerangi ruangan. “Mandi sana. Kita bakal keluar bentar.

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 16 - Games Time!

    Tawa terdengar dari ruang tengah villa. Lampu temaram dan suara musik pelan dari speaker mengiringi suasana malam itu. Uno Stacko, camilan, dan kopi panas berseliweran di atas meja. Semua terlihat santai dan tertawa, termasuk Evan. Tawa dan teriakan memenuhi ruang tengah villa malam itu.Na, perempuan itu duduk di antara Evan dan Kael. Wajahnya tampak lebih hidup dari biasanya, senyumnya mengembang tipis setiap kali Riki atau Sean melontarkan lelucon bodoh, atau saat Kael pura-pura curang saat mengambil balok uno.Seolah ia melupakan semua hal menyesakkan didada. Malam itu, Na hanya ingin merasa... normal.“Gue ulang ya peraturannya. Satu orang harus jawab cepat dalam tiga detik. Kalau enggak bisa jawab, hukumannya… minum sirup bawang putih ini!” Ara menunjuk gelas kecil berisi cairan aneh yang disiapkan Jayden.“Woy, apa-apaan hukumannya!” keluh Sean, membuat yang lain ketawa.“Makanya, cepet mikir!” timpal Agnes yang duduk bersila di samping Kael.“Gue duluan ya,” kata Riki sambil d

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 15 - Lembang

    Juan:Ajak pasangan masing-masing ya? Ga seru kalo ga rame.Jayden:Bebas. Villa nya di Lembang. Udaranya dingin, tapi kolamnya anget. Bawa baju tipis, Van😏Evan membalas singkat,'Gak usah pake baju sekalian.'Jayden:Gue pegang bookingan. Jangan lupa stok kopi ya.Sean:Dan cemilan. Jangan kayak liburan kemaren, ngandelin gorengan depan villa sampe rebutan tahu isi 😤Riki:Gue bawa Uno Stacko. Yang kalah harus bikin mie buat semua orang 😏Juan:Boleh, asal jangan nyetel lagu galau jam 2 pagi lagi. Gue pengen tidur damai kali ini 🙄Ian:Wkwkwk yang nyetel tuh si Kael kemarin. Tau-tau volume maksimal, isinya Fiersa Besari.Kael:Biar kalian merenung, bro. Hidup gak cuma tawa dan tahu isi.Ian:Nyetel lagu galau gak masalah. Asal jangan ngajak berenang jam 3 pagi lagi, please. Gue pengen hidup panjang🙂‍↕️Evan:Wkwkwk itu siapa sih yang pertama nyemplung? Tau-tau semua nyusul.Kael:Gue cuma bilang airnya anget. Gak maksa kalian ikut juga.Sean:Kael lagi Kael lagi.Jayden:Anget

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 14 - Liburan Part 2?

    Sudah tiga hari sejak Evan berubah. Bukan berubah menjadi lebih lembut—bukan itu. Tapi berubah menjadi lebih melekat, lebih menuntut. Lebih sering muncul di segala sisi hidup Na. Hari-hari Na berubah sejak malam itu. Karena Evan yang kini menempel di setiap langkahnya.Dulu, pria itu bahkan tak peduli kalau Na menghabiskan waktu seharian di kamar. Sekarang, bahkan saat Na berdiri sedikit lebih lama di dapur dengan Bi Nani, suara Evan bisa terdengar dari ruang tengah."Lo masak sampe lupa waktu? atau sengaja bikin gue kelaperan?" Nada bicaranya bukan marah. Tapi menuntut. Persis seperti anak kecil yang merasa diabaikan.Na menghela nafas. “Sabar ya, nanti aku bawa ke meja kalau udah mateng."Evan tak menjawab, ia duduk diruang tengah sambil memengang remot TV. dari sana, ia bisa melihat punggung gadis itu yang tampak sibuk menata makanan dimeja, sesekali Na mengobrol dengan Bi Nani. Evan bisa melihat tawa kecil istrinya saat ada pembahasan yang lucu. Kalau dingat-ingat, sudah lama Eva

  • CINTA PALSU SUAMIKU   BAB 13 - Bi Nani

    Cahaya lampu kamar meredup perlahan, digantikan dengan cahaya matahari yang masuk melalui sela tirai jendela. Udara dingin menempel di kulit. Na membuka mata pelan, tubuhnya terasa remuk. Lengan Evan melingkari pinggangnya dari belakang. Nafas pria itu tenang, tidur nyenyak, seolah malam tadi tak terjadi apa pun. Seolah semuanya biasa saja.Semalam, saat ia mengucapkan kata cerai, ia mengira segalanya akan berakhir. Ia pikir, Evan akan menyambutnya dengan senyuman sinis dan ejekan dingin—seperti biasa. Atau mungkin pria itu akan berterimakasih padanya karena membebaskannya dari pernikahan yang tidak bahagia. Namun yang terjadi justru sebaliknya.Evan marah. Bukan marah seperti biasanya. Bukan sekadar kata-kata tajam atau sikap dingin yang menjatuhkan harga dirinya. Tapi kemarahan yang meledak-ledak dan berhasrat.Hasrat yang menyentuh tubuh Na, meninggalkan jejak-jejak yang tak hanya terasa di permukaan—tapi jauh di dalam.Gadis itu menahan napas. Sejak pernikahannya, baru kali ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status