Share

CINTA YANG HILANG
CINTA YANG HILANG
Penulis: Naffia Inthan

Bab 1. Awal mula

"Bagaimana, apa ada kabar bagus hari ini?" tanya Davin, kepada sekertarisnnya yang bernama Keenan, atau sering di panggil Ken. Davin baru saja sampai di ruangan kerjanya.

"Maaf bos, orang-orang kita belum mendapatkan informasi tentang nona lagi," jawab sekertaris Ken, sambil membungkuk hormat.

Davin menghelai napasnya, sebelum ia duduk di kursi kebesarannya itu. Wajahnya terlihat frustasi.

"Apa kalian sudah mengunjungi panti asuhan itu lagi?" tanya Davin.

"Sudah bos, namun tetap sama. Pengurus panti bilang mereka tidak tau keberadaan nona sekarang," jawab Ken.

Davin mengusap wajahnya dengan kasar. 

"Sudah, kamu keluar!" titahnya, mengusir Ken, sambil menggubiriskan tanganya.

Sekertaris Ken mengangguk, lalu ia berlalu dari ruangan Davin.

''Harus kemana lagi aku mencarimu? Apa kamu baik-baik saja di sana? Bagaimana sekarang wajahmu? Aku merindukanmu gadisku," gumam Davin.

"Tuhan tolong pertemukan aku lagi dengan gadisku, aku sangat merindukannya."

Davin Artama, seorang CEO di salah satu perusahan ternama di negaranya. Davin pewaris tunggal dari perusahaan Ar Jaya Grup. Perusahan yang bergerak di bidang property, sejak perusahan itu dikelola oleh Davin, perusahan semakin berkembang pesat bahkan nama Ar Jaya Grup melambung ke berbagai nagara.

Davin sangat di segani orang-orang, apa lagi oleh orang-orang di kalangan bisnis. Banyak perusahan yang berlomba-lomba agar bisa pekerja sama dengan perusahan yang di kelola Davin.

Paras Davin jangan di ragukan lagi, parasnya yang tampan, tubuh yang atletis, dada bidang bak roti sobek. Davin bisa dikatakan sebagai laki-laki yang sempurna di mata kaum hawa. Apa lagi kekayaan yang melimpah, tidak akan habis dimakan tujuh turun, membuat setiap kaum hawa tergila-gila padanya.

Banyak wanita yang mendekati Davin, tentu saja wanita-wanita itu, wanita yang cantik, anak dari pengusaha pula. Namun Davin tidak pernah sama sekali melirik mereka, bahkan Davin menolak mentah-mentah setiap wanita yang mencoba mendekatinya.

Davin hanya ingin gadis masa lalunya, gadis yang ia kenal 17 tahun yang lalu. Hanya gadis itu yang saat ini Davin harapkan. Namun bertahun-tahun Davin mencarinya, sampai detik ini masih belum Davin temukan.

17 tahun yang lalu...

Setiap akhir pekan orang tua Davin selalu mengajaknya mengunjungi sebuah panti asuhan. Orang tua Davin adalah donatur tetap di panti asuhan tersebut. Panti asuhan tersebut bernama Kasih Ibu.

Panti asuhan tersebut mengasuh cukup banyak anak-anak, jumlahnya sekitar seratus lebih. Davin yang tidak suka keramaian, sebenarnya tidak suka bila ikut orang tuanya kesana. Namun kedua orang tua Davin selalu memaksanya.

Davin selalu memasang wajah dingin dan datar bila berada di panti tersebut, jadi anak-anak panti merasa canggung ingin mengajak Davin bermain bersama. 

Namun ada satu anak perempuan waktu itu mengajak Davin bermain, dia tidak sungkan atau takut seperti anak-anak yang lainya, bahkan dia selalu memasang senyumanya. 

Setiap Davin ke panti, pasti saja anak perempuan itu mengikuti Davin kemana pun Davin pergi, padahal Davin mengacuhkannya. Pada suatu hari Davin kesal, karna anak perempuan itu terus mengikutinya, Davin pun membentaknya bahkan memarahinya dan meminta agar anak perempuan itu tidak mengganggunya lagi. Namun bukannya takut anak perempuan tersebut, malah tertawa saat Davin memarahinya. 

"Kau lucu saat marah," ucap anak perempuan tersebut, sambil tertawa terbahak-bahak.

Davin yang semakin kesal itu pun langsung pergi menghampiri orang tuanya.

Lambat laun Davin mulai sudah terbiasa dengan kehadiran anak perempuan itu. Anak perempuan itu selalu mengoceh apa saja setiap bersama Davin. Ia tak perduli walau Davin mengacuhkannya, suatu hari anak perempuan itu mengeluh kepada Davin, dia bilang tidak ada anak-anak panti yang ingin bermain dengannya, karna dia cerewet.

Davin yang mendengar hal itu ingin sekali tertawa, namun melihat wajah kesedihan anak perempuan itu, Davin menahannya. Hati Davin mulai luluh, ia merasa kasian kepada anak perempuan tersebut.

"Baiklah, aku akan menjadi temanmu sekarang!" ucap Davin, kala itu, ia mengulurkan tanganya kehadapan anak perempuan tersebut.

"Benarkah?" tanya anak perempuan tersebut, matanya berbinar, ia meraih uluran tangan Davin.

Setelah kejadian itu, semakin lama mereka semakin akrab. Setiap Davin ke panti, pasti dia akan mencari anak perempuan itu.

Mereka semakin akrab, bahkan Davin berjanji akan menjaga anak perempuan itu.

"Aku berjanji akan menjaga kamu, kita akan bersama selamanya. Dan jika kita sudah dewasa, aku janji aku akan menikahimu," ucap Davin.

Anak perempuan itu tersenyum sambil mengaggukan kepalanya. Entah bagaimana pikiran Davin saat itu, padahal usianya kala itu masih 10 tahun, yang pasti hatinya ingin terus menjaga anak perempuan tersebut.

***

Sementara itu di tempat lain seorang gadis terlihat tergesa-gesa memasuki sebuah restoran tempat ia berkerja. Sepertinya gadis itu terlambat. Seorang laki-laki terlihat berdiri tegap dengan tangan yang terlipat di depan dadanya, matanya menatap tajam gadis tersebut yang berjalan kearahnya.

"Bagus ya baru datang jam segini! Dengar Yutta saya sudah sering memberi peringatan kepada kamu, tapi kamu masih saja terus seperti ini!" bentak laki-laki tersebut.

"Maaf Pak," ucap Yutta, gadis itu menundukan kepalanya.

"Tidak ada toleransi lagi, mulai hari ini kamu saya pecat!" tegasnya. 

"Tapi Pak, saya-kan cuma terlambat 10 menit, Pak saya mohon jangan pecat saya, saya masih butuh pekerjaan ini," ucap Yutta, ia menangkubkan kedua tangannya, memohon belas kasian dari sang menejer restoran tersebut.

"Pergi kamu, saya tidak mau punya karyawan yang tidak disiplin seperti kamu," ucapnya. Mengusir Yutta tanpa ampun.

Yutta pun pasrah, dengan langkah yang menggontai ia pun keluar dari tempat kerjanya itu.

"Bagiamana ini? Aku harus mencari kerja kemana sekarang? Ya tuhan, kenapa berat sekali jalan hidupku," keluh Yutta. 

Yutta Berliana, gadis berusia 23 tahun. Yutta hidup sebatang kara, orang tuanya sudah meninggal saat Yutta masih bayi. Menjadi anak yatim piatu, berjuang menghidupi hidupnya sehari-hari. 

Yutta hanya mengandalkan ijazah SMA-nya untuk mencari kerja dan kini ia baru saja kehilangan perkerjaan. 

Yutta berjalan tanpa arah, entah bagaimana lagi. Yutta bingung, ia harus mencari kerja kemana? Yutta ingat susah payahnya ia dulu untuk kerja di restoran tersebut. 

Sebenarnya Yutta gadis yang rajin, dalam hal berkerja pun sangat cekatan. Namun hanya satu sifat yang tidak bisa ia ubah, Yutta tak bisa bangun pagi-pagi, sekali pun alarm ponselnya berbunyi ratusan kali, namun mata Yutta rasanya susah untuk terbuka dan alhasil Yutta selalu terlambat. Sampai-sampai sekarang dia di pecat.

Yutta yang berjalan tanpa arah tujuan itu, memutuskan untuk menghentikan langkahnya di salah satu taman kota, kakinya sudah terasa lelah. Yutta duduk sambil termenung di bangku yang terada di taman tersebut.

Ingin rasanya Yutta menyerah, hari-hari yang ia jalani terasa berat baginya. Tak terasa air mata Yutta lolos begitu saja dari pelupuk mata indah, terkadang Yutta merasa iri dengan gadis-gadis seusianya. Mereka bisa melanjutkan kuliah, menggapai cita-cita mereka. Sedangkan Yutta? 

"Tidak, aku tidak boleh menyerah. Aku wanita kuat, ingat Yutta Tuhan tidak akan memberikan cobaan melampaui batas umatnya," ucap Yutta, ia mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status