Share

CINTA YANG TAK TERMILIKI
CINTA YANG TAK TERMILIKI
Penulis: Mada Elliana

PROLOG

            Dhira melangkah gontai meninggalkan ruang periksa Dokter Prawira. Salah seorang dokter kandungan senior yang dia temui setelah sebelumnya berderet nama dokter kandungan yang direkomendasikan teman-temannya. Hasil yang didapatnya setelah melakukan berbagai pemeriksaan justru membuat Dhira goyah. Haruskah dia menyampaikan apa adanya kepada Dimas? Apa yang akan Dimas katakan andai dia membaca hasil pemeriksaan yang menyatakan dengan sangat jelas kalau kesuburan dan rahim Dhira baik-baik saja.

Dimas satu-satunya anak lelaki keluarga besar Cipta Mahendra. Menikah dengan Dimas tidak semudah yang orang-orang bayangkan. Nama besar Mahendra yang tersemat di belakang nama Dimas menyebabkan Dhira harus berjuang lebih keras agar bisa diterima di dalam keluarga salah satu orang terkaya di negeri ini.

Usia pernikahannya kini menginjak tahun kelima. Hampir setiap hari Dhira disuguhkan pertanyaan kapan hamil dari Yashinta, mertua perempuannya. Dan meski mertua lelakinya tidak pernah melakukan hal yang sama, Dhira tahu kalau Cipta juga sangat menunggu lahirnya cucu dari anak lelaki yang akan mewarisi nama dan harta Mahendra yang Dhira taksir tidak akan habis meski dipakai sampai turunan kedelapan.

“Kami masih terus berusaha, Ma.” Dimas selalu berada di garda terdepan ketika Dhira dipojokan oleh keluarganya.

“Masa iya sudah lima tahun nggak hamil-hamil. Adikmu itu udah punya dua loh Dim.” Yashinta menggerutu.

Kenyataannya memang benar jika Anna, adiknya Dimas yang menikah berselang setahun setelah Dimas dan Dhira menikah, kini sudah dikaruniai dua putri yang sangat lucu. Jika sudah seperti itu, Dhira biasanya hanya diam tidak memberikan jawaban. Lima tahun menjadi menantu di keluarga Mahendra membuat Dhira sangat paham kalau para orang tua itu tidak bisa dibantah. Perkataan Yashinta seakan menjadi sabda yang selalu benar.

Ketika Anna melahirkan putri pertamanya, Dhira masih bisa menahan perasaannya dan berharap dia juga segera diberikan keturunan. Setiap kali memangku keponakannya, Dhira selalu menyelipkan doa agar Tuhan mengijinkan dia menjadi seorang ibu.

Kesabaran dan ketangguhannya semakin diuji ketika Anna kembali hamil dan melahirkan putri keduanya. Jika sebelumnya Yashinta hanya melontarkan sindiran halus, kini ibu mertuanya itu sudah tak ragu lagi menyerang dan menanyakan kapan Dhira hamil. Dimas yang mengajak Dhira tinggal di rumah orang tuanya, membuat Yashinta mempunyai banyak kesempatan untuk bertanya kepada Dhira.

Perempuan setengah baya dengan bentuk wajah bulat telur yang masih tampak sangat menawan itu memang menjadi orang yang paling sibuk menanyakan perkembangan kehamilan Dhira.

Cipta dan Yashinta memiliki tiga anak. Dimas Mahendra, Anna Mahendra dan Julia Mahendra. Sebenarnya Yashinta masih ingin memiliki anak laki-laki lagi. Namun sampai saat ini, Tuhan belum juga memberikannya. Bagi Cipta, keberadaan anak laki-laki memang sangat penting untuk menjadi pewaris semua bisnisnya.

Tahun depan Julia akan menikah. Tentu saja para menantu laki-laki di keluarga itu bukan berasal dari keluarga biasa-biasa saja seperti Dhira. Suami Anna yang bernama Sebastian adalah penerus Harris Group. Pemilik jaringan hotel bintang lima yang  tersebar hampir di semua destinasti wisata di Indonesia. Tian sendiri kini sibuk sebagai salah satu direksi di Harris Group.

Calon suami Julia tidak kalah mentereng. Lelaki bernama Reynold itu adalah seorang dokter bedah di rumah sakit milik keluarganya. Orang tua Rey juga memiliki profesi yang sama dengan sang anak. Kakeknya Rey mendirikan rumah sakit besar yang semakin berkembang di tangan ayah Rey. Kini rumah sakit yang bernama Royal Hospital itu sudah dibangun di lima kota yang berbeda.

Dhira tersenyum miris. Kedua orang tua Dhira hanyalah dosen salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Sebelum menikah dengan Dimas, Dhira merasa tidak ada yang salah dengan kehidupannya. Meski tidak kaya, kedua orang tuanya sangat dihormati oleh masyarakat.

Dhira anak ketiga dari empat bersaudara. Satu-satunya perempuan. Kedua kakak laki-lakinya mengikuti jejak orang tua mereka yaitu menjadi dosen. Sedangkan  adiknya memilih menjadi salah satu aparatur sipil negara. Dhira sendiri awalnya bekerja sebagai pengacara sesuai impian masa kecilnya. Namun, beberapa bulan menjelang pernikahannya dengan Dimas, Dhira diminta untuk berhenti dari pekerjaannya dan fokus menyiapkan dirinya untuk menjadi istri Dimas Mahendra.

Perusahaan Dhimas memang bergerak di berbagai bidang. Selain pertambangan dan perkebunan, Cipta Mahendra juga merambah di bidang industri makanan. Tak heran, jika si sulung Dimas menjadi sangat sibuk luar biasa membantu Cipta.

Seperti Yashinta, Dhira juga dilarang berkarir di luar rumah. Secara materi, Dimas lebih dari sanggup membiayai semua kebutuhan Dhira. Sebagai istri, Dhira diminta benar-benar fokus mengurus suami dan mendampingi Dimas kemanapun suaminya itu pergi. Menurut Yashinta, dengan adanya Dhira di samping Dimas, maka tidak akan ada perempuan yang berani menggoda Dimas.

Cinta. Itulah alasan Dhira menuruti semua peraturan di keluarga Dimas. Apalagi Dimas adalah lelaki idaman setiap perempuan. Dia baik, tampan, mapan, setia, dan sangat penyayang. Empat tahun menjadi pacarnya Dimas membuat Dhira tidak berani menolak ketika lelaki itu melamarnya. Dhira pikir, semua masalah bisa mereka lalui asalkan mereka menghadapinya bersama.

Dimas berhasil meyakinkan kedua orang tua Dhira yang ragu untuk menyerahkan anak perempuan semata wayangnya ke tangan lelaki kaya raya itu. Fauzi, bapaknya Dira, berpikir kondisi mereka jelas tidak sepadan dengan keadaan orang tua Dimas. Siapa yang tidak kenal dengan Cipta Mahendra. Sementara, Fauzi hanyalah seorang dosen biasa yang tinggal di pinggiran Kota Bandung. Meski gelarnya sudah profesor, tetap saja Fauzi merasa keluarganya tidak sepadan dengan konglomerat dari Jakarta itu. Butuh waktu hampir setahun bagi Dimas untuk mendapatkan restu dari Fauzi dan Anita.

Bahkan kedua kakak Dhira sempat memberikan peringatan keras yang membuat Dimas berjanji tidak akan pernah menyakiti Dhira. Melihat perjuangan Dimas untuk mendapatkan dukungan dari keluarganya, membuat Dhira berpikir dia juga harus kuat berhadapan dengan keluarga Dimas.

Kaki ramping Dhira menyusuri lorong rumah sakit yang tiba-tiba saja terasa sedingin malam. Matanya memandang sekeliling dan berhenti di salah satu cafe yang ada di seberang rumah sakit.

Dhira menyeberangi jalan menuju cafe tersebut. Saat ini Dhira hanya ingin menyesap aroma kopi untuk sedikit meredakan gemuruh yang sejak tadi terus saja bergelora di hati dan pikirannya. Tangannya masih mencengkeram erat amplop putih yang berisi hasil pemeriksaan dari dokter.

Espresso menjadi pilihannya saat seorang pelayan datang menanyakan pesanan yang Dhira pilih. Dhira bukan penggemar espresso. Dia lebih suka latte yang sedikit bisa kompromi dengan seleranya. Namun, entah mengapa sekarang Dhira merasa sangat membutuhkan sentuhan espresso.

Dhira merogoh tasnya. Mencari gawai yang sudah hampir satu jam tidak disentuhnya. Ada delapan panggilan dan satu pesan dari Dimas. Dhira yakin Dimas mencemaskannya. Tadi saat Dhira pamit, dia sudah berjanji akan menghubungi Dimas jika sudah selesai diperiksa oleh dokter. Namun setelah mendapatkan hasil dari dokter, Dhira melupakan janji itu dan malah tenggelam dalam lamunan panjangnya. Yang Dhira butuhkan saat ini adalah waktu untuk dirinya sendiri. Mungkin akan lebih mudah jika Dhira divonis tidak bisa memiliki keturunan.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ekaphrp
Huhu, Dhira di judge sesuatu yg bukan kehendaknya. Semangat Dhira 🫶🏻
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status