Home / Romansa / CLIENTKU DOSENKU / Bab 2: Client Baru

Share

Bab 2: Client Baru

Author: Bhumi Crita
last update Last Updated: 2025-09-04 23:37:39

Malam itu, suasana di tempat karaoke lebih riuh dari biasanya. Lampu neon berkelip-kelip, suara musik berdentum dari balik pintu-pintu ruangan yang tertutup rapat, dan gelas-gelas berisi minuman beralkohol berderet di meja bar. Bagi Alika, ini hanyalah malam biasa. Ia sudah terbiasa dengan keramaian, dengan tatapan penuh gairah para pria yang menganggapnya sekadar hiburan, dan dengan dunia penuh kepalsuan yang menyelimuti tempat ini.

Namun malam itu, ada sesuatu yang berbeda.

“Alika,” suara Momy, perempuan paruh baya yang mengatur semua jadwal pemandu karaoke di tempat itu, memanggilnya dari meja resepsionis. Wajahnya yang dipoles tebal tampak serius. “Malam ini kamu ada tamu spesial. Mereka minta langsung kamu yang dampingi.”

Alika menaikkan alisnya. “Tamu spesial? Biasanya siapa pun bisa. Kenapa harus aku?”

Momy tersenyum kecil, seperti menyimpan rahasia. “Ronald yang minta. Kamu kenal Ronald, kan? Dia langganan lama. Katanya, ada temannya yang ulang tahun hari ini. Mereka mau kasih hadiah berbeda buat si temannya itu.”

Alika mendesah pelan. Ronald memang salah satu client tetap yang cukup loyal. Ia bukan orang yang sulit dilayani, justru sering kali baik dan royal memberikan tip. Jika malam ini dia meminta sesuatu, kemungkinan besar ada imbalan yang sepadan.

“Siapa temannya itu?” tanya Alika, sekadar ingin tahu.

“Namanya Adam. Belum pernah ke sini sebelumnya. Katanya, pria kalem, beda sama rombongannya yang suka heboh. Justru itu, Ronald pengen bikin malam ulang tahunnya berkesan. Dan kamu yang harus bikin dia betah.”

Alika terdiam sejenak. Dalam pikirannya, klien baru selalu berarti tantangan baru. Ia sudah terbiasa menghadapi macam-macam pria: yang terlalu agresif, yang terlalu cerewet, atau yang hanya ingin ditemani bernyanyi. Tapi seorang pria kalem? Itu justru lebih sulit. Mereka biasanya lebih susah ditebak.

Beberapa menit kemudian, Alika melangkah menuju ruang VIP yang disiapkan khusus untuk rombongan Ronald. Dari kejauhan saja sudah terdengar suara tawa yang membahana, bercampur dengan teriakan-teriakan fals mengikuti musik keras.

Ia membuka pintu dengan senyum profesional. “Selamat malam, Tuan-tuan.”

Sekelompok pria segera menoleh. Ronald, dengan wajah merah karena minuman, langsung bangkit menyambutnya. “Nah, ini dia bintang malam kita! Alika, akhirnya datang juga. Sini, sini, duduk sini!”

Alika tersenyum sambil melangkah masuk. Ruangan itu dipenuhi asap rokok dan aroma minuman keras. Di tengah keramaian itu, pandangan matanya menemukan seorang pria yang duduk agak menyendiri di sudut sofa. Wajahnya berbeda—lebih tenang, lebih dewasa, dengan sorot mata yang tidak ikut larut dalam tawa berlebihan.

Ronald merangkul bahu pria itu. “Kenalin, ini Adam! Hari ini ulang tahunnya, dan kami semua sepakat kasih hadiah paling spesial: ditemani sama Alika. Percayalah, dia pemandu paling top di sini.”

Alika menundukkan kepala sedikit sambil menyunggingkan senyum. “Selamat ulang tahun, Om Adam. Semoga panjang umur dan sehat selalu.”

Adam hanya tersenyum tipis. “Terima kasih.” Suaranya berat, tenang, dan berbeda dari kebanyakan pria yang biasa ditemui Alika.

Malam pun berlanjut. Ronald dan teman-temannya mulai larut dalam nyanyian dan tawa. Botol demi botol minuman dipesan, makanan ringan memenuhi meja, sementara lampu sorot berganti-ganti warna menambah semarak.

Alika duduk di samping Adam, mencoba membuka percakapan. “Jadi, katanya hari ini ulang tahun. Sudah dapat banyak ucapan?”

Adam menoleh sekilas. “Cukup banyak. Tapi mereka yang paling ribut soal ini,” jawabnya sambil melirik teman-temannya yang masih berteriak-teriak bernyanyi.

Alika terkekeh kecil. “Itu tandanya mereka peduli.”

“Peduli atau Cuma cari alasan buat mabuk bersama?” balas Adam, datar tapi masih dengan senyum tipis.

Alika sedikit terkejut. Tidak biasanya seorang client berbicara seterang itu. Biasanya, mereka hanya ingin suasana senang-senang tanpa banyak berpikir. Tapi Adam berbeda. Ia seolah hadir di sana hanya karena terpaksa.

Sementara itu, Ronald kembali menyodorkan mikrofon pada Alika. “Ayo, nyanyi bareng Adam! Biar makin akrab!”

Adam langsung menggeleng tanda penolakan. Ia merasa suaranya tidaklah bagus untuk bernyanyi dan juga hal itu dapat menurunkan imagenya.

“Yah.....kamu ini nggak seru banget sih jado orang, ini hari ulang tahunmu bro. Manfaatkan hadiah yang sudah kusiapkan buatmu.” Ucap Ronald yang merasa kecewa karena Adam tidak seantusias itu.

Alika dengan cepat melerai suasana yang sempat tegangang dengan berinisiatif untuk menyanyikan lagu khusus buat Adam. Menerima mikrofon itu dengan wajah profesional. “Kalau begitu, biar saya saja ya bernyanyi, saya akan menyanyikan lagu spesial buat Om Adam?” katanya, menoleh pada Adam.

Adam menatapnya sebentar, setelah itu dia menengguk sedikit minuman yang ada didepannya lalu mengangguk dengan malas dan pasrah. Alika tidak peduli dengan perasaan Adam yang suka rela atau hanya terpaksa yang penting, dia sudah melerai ketegangan yang sempat tercipta.

Musik pun dimulai. Suara Alika mengalun lembut, mengisi ruangan dengan nada yang jernih. Semua mata sempat tertuju padanya, bahkan Adam yang sejak tadi terlihat enggan pun mulai memperhatikan. Suaranya begitu berbeda dari citra “pemandu karaoke” yang biasanya dianggap hanya bisa tertawa dan menggoda. Ada ketulusan dalam nyanyiannya, meski Alika sendiri tahu itu hanyalah bagian dari peran.

Alika memperhatikan clientnya yang mulai tenang dan terbawa suasana oleh lagu yang ia bawakan maka saat itu waktu yang tepat.

Servis Excellent.

Perlahan namun pasti Alika menghampiri Adam, saat itu Adam tidak begitu yakin kira-kira apa yang akan dilakukan Alika padanya. Alika masih terus bernyanyi sambil berdiri tepat dihadapannya.

Lets Go Alika.

Alika dengan yakin mendudukkan dirinya diatas paha kokoh milik Adam. Adam sangat terkejut, sesekali pinggulnya bergerak pelan hanya untuk mencoba mengaktifkan mode on milik clientnya.

Sorakan riuh terdengar diantara teman-teman Adam yang menyaksikan adegan luar biasa yang dimainkan oleh Alika. Alika tersenyum tipis, dia merasakan sesuatu yang sedang tegang disana. “Rupanya, kamu gampang terangsang juga.” Ucap Alika dalam hati.

DAMN !!!

Rahang Adam mengeras, dia berusaha sekuat tenaga untuk mengontrol diri namun sepertinya sesuatu disana sudah tidak bisa diturunkan. Adam semakin kacau.

Bagaimana tidak, tepat dihadap dan dipangkuannya terdapat wanita super seksi dengan mengenakan dress ketat warna merah. Kulitnya yang putih sangat cocok sekali mengenakannya menambah kesan menggoda yang sangat luar biasa.

Setiap gerakannya akan memunculkan aroma parfum yang tak kalah mengoda. Adam sudah mulai hilang kendali, wajahnya sudah memerah dengan keringat dingin yang mengucur di dahinya. Alika mengetahui itu, tangannya bergerak pelan mengusap keringat dingin di dahinya.

Last for this night

Alika memeluk Adam dengan hangat, dengan gerakan pelan ia menenggelamkan kepala Adam tepat di tengah dua gundukan sintal itu. Tak lupa Alika mengelus rambut Adam yang terasa halus. Adam tidak menolak. Sepertinya dia menikmati pelayanan yang dilakukan oleh Alika.

Ketika malam semakin larut dan sebagian besar rombongan mulai terhuyung karena minuman, Ronald mendekati Adam. “Jadi gimana, Bro? Hadiah ulang tahunmu oke, kan? Alika itu yang terbaik di sini.”

Adam hanya tersenyum samar. Dia merasa dirinya seperti sudah tidak waras atas servis yang dilakukan oleh Alika.

Ronald tertawa puas, lalu menepuk pundak Adam. “Mantap kan......apa gue bilang, wanita itu indah Dam. Lo harus coba yang namanya wanita.”

Adam tersenyum, logikanya benar-benar kacau. Perlakuan Alika sukses membuat dia merasa nikmat dan ingin lagi dengan yang lebih.

Pikiran kotornya mulai bermunculan membentuk titik-titik yang semakin padat. “Kalau aku bertemu dengannya lagi, sudah kupastikan dia dia tidak akan lepas dariku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CLIENTKU DOSENKU   BAB-24

    Tok… tok… tok… Suara ketukan di kaca mobil terdengar lagi. Alika sontak membeku. Napasnya tertahan, jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat. Getaran ponselnya masih terasa di telapak tangan — suara drrrttt yang tadi berulang kini terasa seperti ledakan keras di telinganya. “Om… matiinnn!” bisiknya panik. Suaranya nyaris tak terdengar, tapi cukup membuat Adam menoleh sekilas dengan ekspresi geli di wajahnya. “Tenang, dia nggak bakal tahu,” ucap Adam santai, tapi jemarinya dengan cepat meraih ponsel Alika dan menekan tombol senyap. Namun suara getaran itu sudah telanjur terdengar. Di luar, Henry tampak berhenti sejenak, menatap mobil itu lebih lama dari sebelumnya. Tatapannya tajam dan curiga. Ia mengetuk lagi, kali ini sedikit lebih keras. Tok! Tok! Tok! Alika tersentak. Ia spontan meringsek ke bawah kursi, berusaha menyembunyikan seluruh tubuhnya di kolong mobil. Rambutnya berantakan, napasnya tersengal-sengal. “Om… tolong jangan buka kaca ya… sumpah jangan!” katany

  • CLIENTKU DOSENKU   BAB-23

    "Aku....." "Aku su-" DRRRTTTTTTT Suara getar dari ponsel Alika memecah keheningan diantara mereka. Reflek Alika mengambil ponselnya terburu-buru, ia melihat layar ponselnya yang terus bergetar tanda ada panggilan masuk. "Siapa yang menelfon?" ucap Adam sambil sedikit mengintip layar ponsel Alika. "Henry menelfon." Saat Alika hendak memencet tombol hijau untuk membalas panggilan dari Henry, dengan cepat Adam meraih ponsel itu. Adam tidak mematikan panggilan itu, ia hanya merampas ponsel Alika dan membiarkan panggilan dari Henry terus berbunyi tanpa dijawab. "Jangan angkat telfon nya!" Ucap Adam memerintah. Nadanya memang terdengar dingin tapi, Alika seperti merasakan hal lain dari ucapan Adam. Seperti.... "Kumohon Alika, dengarkan dulu ucapanku." Benar saja, ucapanya seperti memohon. Hal ini membuat Alika semakin bingung dengan keadaanya sekarang. Ponselnya terus berdering dan Adam masih memegang kendali atas ponselnya. Pria itu menarik napasnya makin dalam,

  • CLIENTKU DOSENKU   BAB-22

    Ting tung Suara bel apartemen itu kembali lagi berbunyi, dan mereka masih dalam posisi yang sama. Dalam sunyi, bel tersebut berbunyi menggema keseluruh ruangan. Tubuh mereka masih saling menempel, kulit dengan kulit, dada dengan dada hingga detak jantung yang berdebar diantara mereka bisa terdengar dan terasa getarannya. Adam mendengus kesal, ia bangkit dari atas tubuh Alika lalu menggunakan celananya tanpa kembali mengenakan kemejanya. Sebelum benar-benar bangkit meninggalkan tubuh Alika, Adam menutup tubuh Alika kembali dengan kemeja putih itu. Jari-jarinya dengan tenang mengancing satu per satu, dan ia menyibakkan rambut Alika yang berantakan. “Jangan bergerak dulu,” ucapnya lirih. Suaranya datar, tapi tegas. Alika hanya menatapnya dari bawah, matanya masih memantulkan sisa-sisa kebingungan serta sedikit penyesalan. “Kenapa gue mau digituin lagi sih?” rutuknya dalam hati. Langkah sepatu Adam terdengar berat di lantai kayu apartemen. Setiap langkah terasa berirama den

  • CLIENTKU DOSENKU   BAB-21

    “Selamat datang kembali… di neraka kecilmu, Alika.”Alika membeku. Tatapannya yang baru saja berusaha fokus langsung membelalak, napasnya tercekat di tenggorokan. Suara Adam begitu dekat, begitu dingin, hingga membuat tubuhnya seolah tak sanggup bergerak. Ia ingin menjauh, tapi tubuhnya masih terlalu lemah. Tangannya yang terpasang infus hanya bisa bergerak sedikit, gemetar tanpa arah. Ketakutan kembali mencengkeram, menelan sisa-sisa kesadarannya yang baru saja pulih. Adam menatap reaksi itu dengan penuh kesenangan. Jemarinya masih menahan wajah Alika, ibu jarinya bergerak pelan menyapu air mata yang mulai mengalir lagi di sudut matanya. “Tenang saja,” bisiknya, suaranya terdengar nyaris menenangkan—tapi justru membuat bulu kuduk berdiri. “Kamu masih hidup. Dan aku yang memastikan itu.” Mata Adam berkilat. Senyumnya melebar, bukan sekadar puas, tapi juga seolah ingin menunjukkan bahwa kendali sepenuhnya ada di tangannya. Alika menelan ludah dengan susah payah. Tubuhnya le

  • CLIENTKU DOSENKU   BAB-20

    Tubuh Alika melemah, pandangannya kabur, lalu perlahan terkulai. Pecahan botol yang tadi digenggamnya terlepas, jatuh berderak ke lantai. Namun sebelum tubuh rapuh itu benar-benar menghantam kerasnya lantai dan serpihan kaca, Adam lebih dulu menangkapnya. BRUK! Dengan satu gerakan mulus, lengan kokohnya merangkul bahu Alika, menahan tubuh mungil itu dalam dekapan. Kepala Alika terjatuh di dada bidangnya, rambutnya berantakan menempel pada jas Adam. Sekilas, Adam hanya menatap wajah pucat itu, tubuh Alika benar-benar lemas tak ada gerakan sedikit pun. Bibirnya terkatup, napasnya tipis, dan badannya terkulai tanpa daya dalam pelukan Adam. Semua karena rasa takut yang menelannya bulat-bulat. Dan saat itu, sudut bibir Adam perlahan terangkat. Ada sesuatu yang ironis di matanya. Dalam hati, ia setengah tertawa melihat betapa mudahnya ketakutan bisa meruntuhkan keberanian seorang gadis yang beberapa menit lalu masih menantangnya dengan pecahan kaca. Jadi segini nyalimu, Alika? b

  • CLIENTKU DOSENKU   BAB-19

    BRAK! Adam membanting tubuh Alika kedalam mobil. Berkali-kali Alika mencoba membuka pintu mobil, tapi sia-sia, pintunya terkunci rapat. Panik, ia memukul-mukul kaca sambil berteriak minta tolong, berharap ada seseorang di luar sana yang mendengar jeritannya. Adam tetap diam. Tangannya kokoh menggenggam setir, wajahnya tegang, sorot matanya tajam, memantulkan amarah yang jelas sedang mendidih. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, tapi ketegangan di dalam kabin membuat Alika merasa terjebak dalam kurungan besi. Ketakutan yang semakin memuncak membuat Alika nekat. Tangannya meraih setir, membelokkannya dengan kasar. Mobil sontak oleng, klakson dari kendaraan lain bersahutan memenuhi jalan. Adam mengumpat pelan, dengan terpaksa ia meminggirkan mobil dan menghentikannya mendadak di tepi jalan. “Turunkan aku!” seru Alika dengan napas terengah, suaranya pecah, penuh tangis yang tertahan. Adam menoleh pelan. Wajahnya tanpa ekspresi, hanya sorot mata dingin yang membuat darah Alik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status