Home / Romansa / CLIENTKU DOSENKU / Bab 3: Pertemuan Tak Terduga

Share

Bab 3: Pertemuan Tak Terduga

Author: Bhumi Crita
last update Last Updated: 2025-09-05 00:06:55

Pagi itu, Alika melangkah cepat menyusuri koridor kampus. Rambut panjangnya ia ikat sederhana. Wajahnya bersih tanpa polesan berlebih, hanya lip balm tipis yang membuat bibirnya tidak pucat. Ia memang jarang berdandan saat kuliah berbeda jauh dengan sosoknya di malam hari.

Malam-malam Alika adalah rahasia yang hanya sedikit orang tahu. Ia bekerja sebagai pemandu karaoke di sebuah tempat hiburan demi membiayai kuliahnya. Di sana ia tampil berbeda, riasan tebal, parfum menyengat, dan senyum yang harus selalu tersedia. Namun di kampus, ia hanya ingin menjadi mahasiswa biasa. Ia ingin hidupnya di pagi dan siang hari tetap sederhana, tidak ada yang mencurigai dunia ganda yang ia jalani.

Hari ini, Alika bersiap mengikuti kelas E-Business dan Start-Up. Sudah hampir sebulan mata kuliah ini kosong karena dosen pengampu sedang ada urusan di luar negeri. Begitu ia memasuki ruang kelas, suasana sudah cukup ramai. Teman-temannya saling bercengkerama, beberapa terlihat menguap karena kuliah pagi memang selalu terasa berat.

Alika memilih duduk di bangku tengah. Itu posisi aman, tidak terlalu depan yang bisa menarik perhatian dosen tapi, juga tidak terlalu belakang yang bisa memberi kesan ia malas. Dari posisi itu, ia bisa memperhatikan kelas tanpa menjadi pusat sorotan.

Beberapa menit kemudian, kelas mulai hening. Suara kursi yang bergeser berangsur berhenti. Semua mata tertuju ke arah pintu ketika seorang perempuan berseragam staf administrasi prodi masuk ke ruangan. Alika mengenalnya, Mbak Dina staf admin yang biasanya mengurusi absensi dosen.

“Selamat pagi semuanya,” sapa Mbak Dina sambil tersenyum. “Hari ini kita kedatangan dosen pengganti untuk mata kuliah E-Business dan Start-Up. Beliau akan mengajar sampai semester ini selesai. Jadi, mohon diperhatikan ya.”

Kelas mendadak riuh dengan bisikan penasaran. Dosen baru selalu jadi topik menarik, apalagi kalau dosen lama jarang hadir. Beberapa mahasiswa laki-laki terlihat cuek, tapi sebagian besar mahasiswi tampak bersemangat.

Mbak Dina melanjutkan, “Baik, mari kita sambut dosen baru kita. Silakan masuk, Pak.”

Saat pintu terbuka, seorang pria melangkah masuk dengan langkah mantap. Ruangan mendadak sunyi seketika. Pria itu tinggi, berwajah tegas, dengan kemeja putih sederhana yang dipadu celana hitam. Aura karismanya langsung memikat perhatian banyak mahasiswi.

“Gila, ganteng banget!” bisik salah satu teman Alika di bangku depan.

“Pantesan katanya masih muda,” timpal yang lain.

Alika tidak begitu memperhatikan. Ia masih sibuk menunduk, jarinya lincah mengetik balasan pesan di ponsel. Pesan dari Adam:

“Nanti malam jadi ketemu, kan?”

Alika membaca pesan itu sambil menggigit bibir. Adam, pria yang ditemuinya saat berpesta bersama teman-temannya, telah berhasil mencuri perhatiannya. Pria itu berbeda: dewasa, sopan, dan penuh perhatian. Baginya, Adam adalah titik terang di antara hari-hari penuh rahasia.

“Iya, jadi. Tapi jangan telat ya,” balas Alika cepat, sebelum menyelipkan ponselnya ke dalam tas.

Seketika, sebuah senggolan kecil membuatnya tersentak. “Alika, lihat deh dosennya,” bisik Winda, teman sebangkunya.

Alika menoleh malas. Ia sudah terbiasa dengan komentar berlebihan teman-temannya kalau ada dosen muda atau tampan. Namun begitu matanya menatap ke depan, dunia seakan berhenti berputar.

Langkahnya terhenti. Napasnya tercekat.

Di depan kelas, berdiri tegak pria yang sama dengan yang baru saja ia balas pesannya. Adam.

Alika membeku. Jantungnya berdegup tak karuan, wajahnya panas seperti tersiram api. “Astaga…” gumamnya nyaris tak terdengar.

Adam, yang kini berdiri sebagai dosen pengganti mereka, tampak percaya diri. Senyumnya tipis, pandangannya menyapu seluruh kelas. Sesaat, mata mereka bertemu. Alika buru-buru menunduk, seolah takut rahasianya terbongkar di hadapan puluhan pasang mata.

“Perkenalkan, nama saya Adam Wiratama,” suara Adam terdengar tegas namun hangat. “Mulai hari ini saya akan menggantikan dosen kalian. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik, dan semoga kalian tidak segan bertanya.”

Riuh tepuk tangan menyambutnya, disertai tawa kecil dari mahasiswi yang jelas-jelas terpesona. Adam tersenyum ringan, lalu mulai menjelaskan rencana perkuliahan.

Sementara itu, dunia Alika jungkir balik. Ia nyaris tidak mendengar satu pun kata dari Adam. Kepalanya penuh dengan pertanyaan. Bagaimana mungkin Adam dosennya? Kenapa ia tidak pernah bilang? Atau… jangan-jangan ia memang sengaja menyembunyikan identitas itu?

Tangannya berkeringat dingin. Ia merasa seluruh mata bisa saja beralih padanya jika Adam sampai menyinggung soal mereka. Ketakutan terbesar Alika adalah ada yang tahu tentang kehidupannya di luar kampus. Dan sekarang, ia harus berhadapan dengan Adam di ruang kelas.

Waktu berjalan lambat. Setiap menit terasa seperti satu jam. Adam menjelaskan materi dengan penuh energi, membuat kelas hidup. Mahasiswa antusias bertanya, Adam menjawab dengan lugas. Semua tampak terkesima kecuali Alika.

Ia hanya duduk menunduk, pura-pura menulis catatan padahal pikirannya kacau. Sesekali ia melirik Adam. Sosok yang selama ini ia kagumi karena perhatian kecilnya, kini tampak asing. Ada jarak yang tiba-tiba tercipta.

“Alika, kamu nggak apa-apa?” tanya Winda pelan, menyadari temannya tampak pucat.

Alika tersenyum kaku. “Iya, Cuma agak pusing.”

Jam kuliah akhirnya berakhir. Mahasiswa satu per satu membereskan buku, sebagian masih mendekati Adam untuk sekadar basa-basi atau menanyakan sesuatu. Adam melayani dengan ramah, seolah sudah terbiasa.

Alika berusaha kabur secepat mungkin. Ia memasukkan bukunya ke tas, menghindari pandangan ke depan. Tapi ia mendengar suara yang seakan mengarah padanya, membuat langkahnya tertahan.

“Maaf… siapa namamu?”

Suara itu Adam.

Napasnya tercekat lagi. Teman-temannya menoleh penasaran. Alika memaksakan senyum. “Al… Alika, Pak.”

Adam hanya menatapnya sejenak. Ada sesuatu di matanya, seolah ingin mengatakan banyak hal, tapi ia menahan diri.

“Saya perhatikan kamu tadi kurang memperhatikan materi yang saya terangkan. Apakah kamu mau mengulang mata kuliah saya?” ucapnya datar, namun terdengar mengintimidasi.

Alika menggeleng dengan cepat. Kini pandangannya terarah tepat ke hadapan Adam. Ia benar-benar tidak mau mengulang mata kuliah mana pun.

“Kalau begitu, tolong ke depannya perhatikan materi yang saya terangkan,” ucap Adam masih dengan nada datar.

“Baik, Pak,” jawab Alika singkat, sebelum cepat-cepat keluar ruangan.

Di luar kelas, langkah Alika tergesa. Napasnya memburu, pikirannya berantakan. Ia meraih ponselnya, membuka pesan Adam yang terakhir. Tangan gemetar, ia hampir ingin mengetik sesuatu mungkin membatalkan janji malam ini, atau sekadar bertanya kenapa.

Namun belum sempat ia menulis, notifikasi masuk. Pesan baru dari Adam:

“Jangan lupa nanti malam.”

Alika menatap layar ponsel itu lama. Dunia seakan menertawakannya. Hidupnya yang selama ini ia coba pisahkan kampus yang polos dan pekerjaan malam yang penuh rahasia kini bertabrakan di titik paling tidak terduga.

Ia menggenggam erat ponselnya, menahan rasa panik yang makin menekan dadanya. Malam ini, ia harus bertemu Adam. Tapi sekarang… ia bukan lagi sekadar pria yang ia kenal di luar sana. Adam adalah dosennya.

Dan itu berarti, apa pun yang terjadi mulai hari ini, hidup Alika tidak akan pernah sama lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CLIENTKU DOSENKU   Bab 3: Pertemuan Tak Terduga

    Pagi itu, Alika melangkah cepat menyusuri koridor kampus. Rambut panjangnya ia ikat sederhana. Wajahnya bersih tanpa polesan berlebih, hanya lip balm tipis yang membuat bibirnya tidak pucat. Ia memang jarang berdandan saat kuliah berbeda jauh dengan sosoknya di malam hari.Malam-malam Alika adalah rahasia yang hanya sedikit orang tahu. Ia bekerja sebagai pemandu karaoke di sebuah tempat hiburan demi membiayai kuliahnya. Di sana ia tampil berbeda, riasan tebal, parfum menyengat, dan senyum yang harus selalu tersedia. Namun di kampus, ia hanya ingin menjadi mahasiswa biasa. Ia ingin hidupnya di pagi dan siang hari tetap sederhana, tidak ada yang mencurigai dunia ganda yang ia jalani.Hari ini, Alika bersiap mengikuti kelas E-Business dan Start-Up. Sudah hampir sebulan mata kuliah ini kosong karena dosen pengampu sedang ada urusan di luar negeri. Begitu ia memasuki ruang kelas, suasana sudah cukup ramai. Teman-temannya saling bercengkerama, beberapa terlihat menguap karena kuliah pagi m

  • CLIENTKU DOSENKU   Bab 2: Client Baru

    Malam itu, suasana di tempat karaoke lebih riuh dari biasanya. Lampu neon berkelip-kelip, suara musik berdentum dari balik pintu-pintu ruangan yang tertutup rapat, dan gelas-gelas berisi minuman beralkohol berderet di meja bar. Bagi Alika, ini hanyalah malam biasa. Ia sudah terbiasa dengan keramaian, dengan tatapan penuh gairah para pria yang menganggapnya sekadar hiburan, dan dengan dunia penuh kepalsuan yang menyelimuti tempat ini. Namun malam itu, ada sesuatu yang berbeda. “Alika,” suara Momy, perempuan paruh baya yang mengatur semua jadwal pemandu karaoke di tempat itu, memanggilnya dari meja resepsionis. Wajahnya yang dipoles tebal tampak serius. “Malam ini kamu ada tamu spesial. Mereka minta langsung kamu yang dampingi.” Alika menaikkan alisnya. “Tamu spesial? Biasanya siapa pun bisa. Kenapa harus aku?” Momy tersenyum kecil, seperti menyimpan rahasia. “Ronald yang minta. Kamu kenal Ronald, kan? Dia langganan lama. Katanya, ada temannya yang ulang tahun hari ini. Mereka m

  • CLIENTKU DOSENKU   Bab 1: Wajah Ganda

    Alika menatap bayangan dirinya di cermin kecil yang tergantung di sudut kamar kos sederhana itu. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu menarik napas panjang, mengusap rambut panjangnya yang hitam berkilau, lalu merapikan lipstik merah yang menempel sempurna di bibirnya yang ranum . Gaun hitam ketat yang baru saja ia kenakan membuat tubuh rampingnya semakin terlihat menawan. Sepasang high heels menunggu di lantai, siap menemaninya menjalani malam.Di balik pantulan cermin, Alika nyaris tak mengenali dirinya sendiri. Di siang hari, ia hanyalah mahasiswi di sebuah universitas ternama berpenampilan sederhana, rajin, dan selalu berusaha terlihat ceria di depan teman-temannya. Namun saat malam menjelang, ia berubah menjadi sosok lain, seorang pemandu karaoke kelas premium. Gadis yang dipuja banyak lelaki karena kecantikan dan pesonanya.Kehidupan ganda itu bukanlah pilihan mudah. Tapi bagi Alika, dunia malam adalah pelarian, sekaligus bentuk perlawanan terhadap masa lalu yang suram.Masa L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status