Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu.
(Fathiyah – Cinta dan Harapan)
***
“Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah.
Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek.
“Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu.
“Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semakin mengejek Fathiyah, penampilan Fathiyah yang tomboi dengan celana jeans pudar, kemeja biru kotak-kotak yang sedikit lusuh membuat Luna menyangkanya anak pank.
Fathiyah tidak menghiraukan ucapan Luna yang mengejeknya, fokusnya hanya pada Arza yang sejak tadi melihatnya dengan tatapan tidak suka. Membuat nyalinya sedikit menciut. Namun, ia berusaha tidak memperdulikan penilaian pemuda tampan itu.
Arza langsung melangkah pergi meninggalkan dua sahabatnya itu. Sedangkan Fathiyah mengekor di belakang Arza, sedikit kesulitan menyamai langkah polisi tampan itu.
“Mas tampan, ini aku sudah bawa SIM dan stnknya, aku boleh membawa motorku ‘kan, Mas?” tanyanya sambil sedikit menggoda dengan bertingkah sedikit agresif pada Arza.
“Berhenti memanggil saya Mas. Saya sangat tidak suka,” sentaknya serasa jijik dengan panggilan itu, yang menurutnya terlalu lebay. Fathiyah tercenung dengan perlakuan polisi tampan itu.
Arza langsung memeriksa SIM dan stnk Fathiyah. “Ini kunci motor Anda, dan segera pergi dari sini,” ucapnya meninggalkan Fathiyah.
Fathiyah menelan saliva berulang kali. Entah, berada di samping polisi tampan itu, hatinya berdebar kencang. Hal yang tak pernah ia alami selama ini. Melihat tatapan mata Arza bak elang yang akan memangsa mangsanya, membuat Fathiyah semakin tertantang untuk mendapatkan hati sang polisi tampan itu.
“Tunggu ...,” teriaknya, membuat Arza menghentikan langkahnya. Namun, ia tidak menoleh ke arah Fathiyah.
“Namaku Fathiyah, Mas tampan. Boleh aku tahu namamu?” ucapnya mengulurkan tangan sambil membaca tag name bertuliskan nama Arza.
Arza hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Fathiyah. Ia tahu Fathiyah bisa membaca namanya, tanpa dirinya memperkenalkan diri. Dan tanpa menyambut uluran tangan Fathiyah pemuda tampan itu pergi meninggalkan Fathiyah yang masih berdiri menatap kepergian Arza.
“Biarkan saja saat ini aku halu, tapi aku yakin suatu hari nanti aku akan mendapatkan hatimu, Mas tampan,” lirihnya sambil tersenyum penuh arti.
Fathiyah pergi meninggalkan kantor polisi setelah mengambil motornya.
“Alhamdulillah, masih kurang 20 menit. Semoga aku enggak telat lagi seperti kemarin. Aku enggak mau kena marah lagi oleh Pak Rizki,” lirihnya.
***
Hari ketiga fathiyah bekerja di kafe. Pak Rizki sangat puas dengan hasil kerja Fathiyah, bahkan semakin banyak pengunjung yang ingin mencicipi masakan buatannya.
Fathiyah dengan dibantu Pak Reno berhasil menciptakan kreasi menu baru yang langsung booming di kafe itu. Pengunjung pun membeludak hanya ingin mencicipi menu terbaru di kafe itu.
Banyaknya pengunjung yang berdatangan membuat Fathiyah hampir kewalahan dan tidak bisa beristirahat. Beruntung teman-temannya yang lain saling membantu menyelesaikan tugasnya.
Seperti hari biasanya Fathiyah pulang pukul delapan malam. Ia bersyukur selama bekerja sang bibi dan sang paman jarang bertemu dengannya, sehingga ia bisa terlepas dari omelan keduanya. Ya, meskipun pagi hari mereka masih bertemu dan masih sering cekcok.
Selama bekerja ia sudah tidak lagi kelaparan sebelum tidur. Karena setelah sholat maghrib semua pegawai diperkenankan untuk makan malam.
Setelah sholat isya, Fathiyah tidak langsung tidur. Entah kenapa pikirannya selalu tertuju pada Arza. Dulu saat masih duduk di bangku SMP, dirinya selalu berkhayal kelak mempunyai suami seorang polisi. Berharap laki-laki itu akan melindunginya. Sejak bertemu Arza tiga hari yang lalu. Entah, dirinya semakin ingin mengambil hati pemuda yang berprofesi menjadi polisi itu. Ia sadar dirinya hanya gadis miskin dan tak berpendidikan tinggi. Namun, ia berharap dewi fortuna berpihak padanya. Fathiyah sadar mungkin sikapnya yang terlalu agresif akan mendapatkan penolakan dari Arza, tapi hal itu tidak membuatnya patah semangat.
Fathiyah memanasi motor di teras rumah.
“Bagi uang untukku!” pinta sang paman yang tiba-tiba muncul dari belakang.
Fathiyah menggeleng membuat sang paman marah padanya.
“Aku tahu kamu mempunyai banyak simpanan uang. Cepat bagi uangnya untuk membayar hutangku,” paksanya.
“Aku tidak punya, Paman. Aku belum gajian,” ujarnya.
“Aku yakin kamu punya simpanan meskipun kamu belum gajian,” bentaknya.
“Terus aku uang dari mana, Paman? Bukannya paman dan Bibi tidak pernah membiarkan aku megang uang, tangan kalian selalu gatal bila melihat aku pegang uang, bahkan kalian selalu merebutnya paksa,” ungkapnya sedih.
Selalu seperti itu setiap harinya, Fathiyah selalu ditekan oleh kedua orang yang dirinya anggap pengganti orang tuanya. Awalnya Fathiyah selalu menurut karena ia tidak mau durhaka pada keduanya. Apalagi sang paman adalah adik kandung almarhum sang ayah, tapi seiring waktu berjalan, Fathiyah semakin tahu sifat asli mereka. Ia pun bermain cantik dengan menyimpan uangnya di lipatan buku, terkadang juga di lipatan dompet yang sekiranya tidak dapat dijangkau oleh paman dan bibinya. Dan ia bersyukur cara itu berhasil ia lakukan selama ini. Uang hasil penjualan kue saat masih sekolah bisa ia simpan sedikit demi sedikit untuk biaya sekolahnya juga kebutuhannya yang tak terduga.
Setelah berdebat dengan sang paman, Fathiyah berlalu meninggalkan laki-laki itu untuk bekerja, ia tidak mau terlambat dan ngebut lagi di jalan.
Di jalan Fathiyah melihat Arza dengan gagah mengatur lalu lintas bersama beberapa rekan seprofesinya. Fathiyah yang merasa tidak berbuat salah, dokumen kendaraannya juga sudah lengkap semua, dengan percaya diri melajukan motor buntutnya sedikit lambat sambil tersenyum menggoda Arza.
“Selamat pagi, Mas tampan,” sapanya membuat beberapa rekan Arza menoleh ke arahnya sambil tersenyum nyengir turut menggoda Arza.
“Cie-cie, penggemar baru nih, Briptu Arza,” goda salah satu rekannya yang juga sahabat Arza, bernama Razdan.
Arza terlihat tidak suka dengan ulah Fathiyah, pemuda tampan itu sama sekali tak terpancing dengan sapaan Fathiyah maupun godaan beberapa rekannya.
Arza memang terkenal serius dan dingin pada wanita asing, ia hanya akan bersikap lembut pada keluarganya dan juga sahabatnya, Luna.
Melihat sikap dingin Arza, Fathiyah segera berlalu.
“Ini masih awal, Pak polisi tampan. Aku akan tetap berusaha menaklukkan hatimu, meskipun aku harus berjuang keras untuk itu. Aku berharap kamu luluh akan cintaku,” lirihnya.
Fathiyah bekerja dengan ceria seperti telah mendapatkan asupan energi setelah bertemu Arza tadi pagi.
“Setiap hari Nak Fathiyah selalu ceria, tapi tidak seperti hari ini. Nak Fathiyah terlihat berbeda,” ucap Pak Reno.
“Iya, Pak. Tadi pagi aku bertemu dengan pujaan hatiku, makanya aku bahagia,” ungkapnya.
“Masya Allah, senang sekali Bapak mendengarnya,” ujar Pak Reno ikut senang.
“Tapi sepertinya dia tidak menyukaiku, Pak,” lirinya sedih, tapi Pak Reno masih bisa mendengarnya.
Pak Reno tersenyum pada gadis cantik, tapi tomboi di hadapannya. “Nak Fathiyah cantik, pasti laki-laki itu akan menyukaimu, Nak. Mungkin butuh waktu, tapi percayalah kalau Nak Fathiyah mencintainya pertahankan dulu, Nak Fathiyah harus berjuang mendapatkan hatinya, beda kalau laki-laki itu sudah beristri, hal itu hanya akan nyakiti Nak Fathiyah,” ucap Pak Reno menasihati.
“Iya, Pak. Terima kasih nasihatnya.”
Mencintai seseorang yang tidak mencintaimu sama halnya seperti memeluk kaktus yang berduri. Semakin erat memeluknya akan semakin sakit yang kamu rasakan karena durinya akan melukaimu.(CINTA dan HARAPAN)***“Menurut Bapak, Nak Fathiyah perlu ngasih perhatian buat laki-laki itu deh, misalnya ngirim makanan buat dia atau sekedar bertanya sedang apa atau sudah makan kah?”“Hehehe, bagaimana bisa tanya, Pak. Nomor teleponnya saja aku ndak tau,” ujarnya sambil memotong sayuran.“Ya sudah antar makanan ke tempatnya bekerja saja, setelah makan masakan Nak Fathiyah, laki-laki itu pastinya semakin jatuh cinta padamu, Nak. Apalagi masakan Nak Fathiyah itu enak,” ujarnya.“Gitu ya, Pak. Kalau aku belanja bahan-bahan buat masakin dia terus masaknya di sini boleh atau tidak, Pak?” tanyanya sekaligus meminta izin.“Boleh, Nak. Asal enggak nyampurin bahan milik restoran ini, kalau sekadar garam dan kompor aja sih enggak apa,” ujarnya.“Siap-siap Pak. Mulai besok aku beli bahan ke pasar dulu sebe
Tentang sebuah kebahagiaan dapat kamu jadikan sebagai pengingat bahwa di dalam hidup ada kalanya dipenuhi cobaan, dan untuk mencapai kebahagiaan itu diperlukan kerja keras.(Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Fathiyah sedih dengan penolakan yang dilakukan Arza padanya.“Seharusnya kamu sadar, Fathiyah. Itu masih makanan darimu yang ditolaknya. Ya, hanya makanan! Kamu seharusnya sadar diri siapa laki-laki itu dia orang yang berpangkat, dan berpendidikan. Siapa kamu? Kamu hanyalah seorang gadis yatim piatu, miskin tak berpendidikan dan hanya seorang koki,” lirihnya sambil menghela napasnya panjang. Saat ini ia berada di kamar, melepas lelah sejenak sebelum sang bibi kembali dari pengajian.***Pagi-pagi sekali Fathiyah sudah menyelesaikan tugasnya dan segera berangkat. Karena Pak Reno memintanya sebelum pukul setengah tujuh ia sudah ada di resto.Fathiyah melihat Arza sedang mengatur lalu lintas pagi bersama satu temannya. Mengingat kejadian kemarin siang, fathiyah sama sekali tidak be
Mengapa mencintaimu itu begitu menyesakkan? Apakah aku terlalu mengharapkanmu? Atau mungkin hatimu sudah beku sehingga kamu tidak pernah mau tahu arti sebuah ketulusan cinta , bahkan tak mau menghargainya.(Fathiyah -- Cahaya Cinta di Langit Pesantren--)***“Pak Rizki, sejak kapan Bapak memperkerjakannya, kenapa Bapak tidak bilang padaku kalau menerima karyawan baru?” tanyanya sedikit membentak. Pak Rizki belum pernah melihat Arza semarah ini padanya.“Sudah satu bulan, Mas Arza. Nak Fathiyah sudah bekerja selama satu bulan ini dan berkat dia kafe dan resto kita sampai ramai,” ungkapnya. “Maksud Bapak apa? Kafe dan resto kita ramai apa dia sering melakukan kesalahan dengan tingkahnya yang bar-bar dan agresif itu?”Pak Rizki semakin tidak mengerti dengan pertanyaan Arza. “Bukannya Mas Arza sendiri yang memuji masakan Nak Fathiyah tadi, bahkan semua keluarga Nak Arza juga menyukai masakan itu,” ungkap Pak Rizki yang seketika membuat Arza terdiam. “Maksud Bapak, dia koki kita yang b
Sebuah kebahagiaan tidak bergantung dari situasi yang kita alami . Namun, bagaimana cara kita mengatasi keadaan dan situasi itu sendiri, oleh karena itu kamu memerlukan masa-masa sulit untuk menjadi lebih kuat, kalau tidak ingin selamanya menjadi lemah.(Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Fathiyah mendapatkan libur hari ini. Setelah pesta, kafe tempatnya bekerja diliburkan satu hari.Untuk menghindari ucapan kasar sang bibi setelah mengerjakan pekerjaan rumahnya. Fathiyah langsung kembali ke kamarnya, menutup kamar itu dan menguncinya. Rasa bosan ia rasakan karena di dalam kamar hanya membuatnya berkhayal dengan mencoret-coret buku diarinya, untuk ponsel ia pun tidak punya. ***Saat ini Arza sedang berada di ruangannya. Ia membaca berkas perkara, bandar narkoba dan judi togel yang membuat resah lingkungan ini, dan pastinya sangat memprihatinkan. Apalagi obat haram itu sudah mulai menyasak generasi muda.“Aku tidak akan membiarkan generasi muda di kotaku rusak hanya karena mengonsums
Saat aku berusaha mengubur kecurigaan, maka kamu harus menjaga baik-baik sebuah kepercayaan yang telah hadir di hatiku, karena Saat kepercayaan dibalas dengan kebohongan, jangan berharap kepercayaan itu akan kembali lagi. (Cinta dan Harapan)***Pagi ini Fathiyah bersiap pergi bekerja. Setelah menyelesaikan tugasnya dan sarapan seadanya, ia memanasi motornya dengan wajah ceria. Baginya, hari-harinya harus selalu ceria dengan menebar senyum, meskipun hidupnya tidak jauh dari kesedihan.“Assalamualaikum ...,” sapa seorang pemuda tampan yang suaranya sangat Fathiyah kenali itu. Seketika membuat gadis cantik tomboi itu tercengang dan tak mampu berucap apa-apa.“Hai, Assalamualaikum,” sapanya lagi sambil melambaikan tangan di depan Fathiyah, membuyarkan lamunan gadis itu. “Ma-mas tampan ... eh, Pa-pak Arza ...,” ucapnya segera meralat. Ia tidak mau memantik kemarahan pria itu yang ujungnya pada pemecatan.“Kamu belum menjawab salamku, hukumnya wajib lho menjaw
Aku terjebak dalam pesonanya, di mataku setiap yang ia berikan adalah kebahagiaan. Namun semua itu hanya sampulnya yang lambat laun akan aku sadari di dalamnya hanya berisi penderitaan.(Fathiyah- Cinta dan Harapan)***Arza sudah menceritakan rencananya pada Razdan, Farhan, dan Luna. Ia terlihat sangat bersemangat sekali. Kasus yang ia tangani ini adalah kasus besar. Ia tidak boleh melepaskannya.“Gila kamu, Za. Kamu akan mempermainkan perasaan seorang wanita hanya karena menginginkan misi ini berhasil,” ucap Razdan kurang setuju. “Aku tahu itu, tapi bagaimana pun juga kita harus menyelesaikan tugas ini dengan baik. Aku tidak mau komandan kecewa pada kita. Ini tugas penting, tugas besar yang harus kita selesaikan dengan cepat,” ujar Arza mencoba meyakinkan sahabatnya itu.“Lagian hanya satu hati yang terluka, bukankah itu setimpal dengan apa yang dilakukan pamannya karena sudah merusak generasi penerus bangsa,” ujar Luna antusias. Wanita itu mendukung penuh keputusan Arza. Ia tidak
Orang yang hanya bisa menjatuhkan orang lain, pasti akan terjatuh oleh perangkapnya sendiri. Aku menunggu saat itu, saat di mana kamu akan menyesalinya, sobat.(Razdan putra Alkhalifi – Cinta dan Harapan)***Arza sangat bahagia dengan hasil investigasinya malam ini. Pria tampan berlesung pipi dan mata setajam elang itu tidak berhenti menerbitkan senyumnya.Ia sudah mendapatkan bukti rekaman pembicaraan Syafik padanya. Ia juga bisa masuk ke jaringan itu tanpa bersusah payah, bahkan Syafik sendiri yang akan membawanya.“Tinggal selangkah lagi, aku akan berhasil menyelesaikan kasus ini,” gumamnya. Ia segera menuju ke rumah Luna, untuk menjemput gadis itu dan nonton bersama.Arza melihat wanita cantik itu sudah bersiap menunggu di teras rumah. wajah cantik gadis itu terlihat semakin cantik malam ini. Beruntung Arza masih bisa membatasi diri dan selalu mengingat pesan sang bunda, meskipun berulang kali Luna mencoba menggoda. Rasa cintanya pada Luna, membuat Arza menghormati gadis itu. Ia
Terkadang manusia harus sampai pada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasih sayang, ketulusan dan kesetiaan. Dan mungkin dengan pergi menjauh kita bisa merasakan betapa kita dibutuhkan.(Cinta dan Harapan)***Kamu jangan menangis, Nak. Paman akan semakin bersalah padamu dan Bibimu, Nak. Biarkan Paman mempertanggung jawabkan perbuatan Paman disini, paman tahu hukuman Paman sangat berat, mungkin paman akan menerima hukuman mati atau seumur hidup,” ungkap Syafik menyesal.“Tidak mungkin Paman akan dihukum seberat itu, pasti hukuman Paman paling lama satu tahun,” ucap Fathiyah yang mendapat galengan dari sang paman. Pria itu sudah pasrah dan paham akan konsekuensi pekerjaannya.“Paman menjalankan bisnis haram bersama Bang Edo ini sudah hampir tujuh tahun, Nak. Kami adalah bandar terbesar di kota ini, dan karena kebodohan Paman jugalah bisa berada di sini. Nak Arza cukup cerdik, polisi muda itu berhasil mengelabuhiku dan jaringan paman yang lain, dia menggunakan tekno