Share

Bab 3 Berusaha Dekat

Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu.

                        (Fathiyah – Cinta dan Harapan)

***

“Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah.

Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek.

“Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu.

“Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semakin mengejek Fathiyah, penampilan Fathiyah yang tomboi dengan celana jeans pudar, kemeja biru kotak-kotak yang sedikit lusuh membuat Luna menyangkanya anak pank.

Fathiyah tidak menghiraukan ucapan Luna yang mengejeknya, fokusnya hanya pada Arza yang sejak tadi melihatnya dengan tatapan tidak suka. Membuat nyalinya sedikit menciut. Namun, ia berusaha tidak memperdulikan penilaian pemuda tampan itu.

Arza langsung melangkah pergi meninggalkan dua sahabatnya itu. Sedangkan Fathiyah mengekor di belakang Arza, sedikit kesulitan menyamai langkah polisi tampan itu.

“Mas tampan, ini aku sudah bawa SIM dan stnknya, aku boleh membawa motorku ‘kan, Mas?” tanyanya sambil sedikit menggoda dengan bertingkah sedikit agresif pada Arza.

“Berhenti memanggil saya Mas. Saya sangat tidak suka,” sentaknya serasa jijik dengan panggilan itu, yang menurutnya terlalu lebay. Fathiyah tercenung dengan perlakuan polisi tampan itu.

Arza langsung memeriksa SIM dan stnk Fathiyah. “Ini kunci motor Anda, dan segera pergi dari sini,” ucapnya meninggalkan Fathiyah.

Fathiyah menelan saliva berulang kali. Entah, berada di samping polisi tampan itu, hatinya berdebar kencang. Hal yang tak pernah ia alami selama ini. Melihat tatapan mata Arza bak elang yang akan memangsa mangsanya, membuat Fathiyah semakin tertantang untuk mendapatkan hati sang polisi tampan itu.

“Tunggu ...,” teriaknya, membuat Arza menghentikan langkahnya. Namun, ia tidak menoleh ke arah Fathiyah.

“Namaku Fathiyah, Mas tampan. Boleh aku tahu namamu?” ucapnya mengulurkan tangan sambil membaca tag name bertuliskan nama Arza.

Arza hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Fathiyah. Ia tahu Fathiyah bisa membaca namanya, tanpa dirinya memperkenalkan diri. Dan tanpa menyambut uluran tangan Fathiyah pemuda tampan itu pergi meninggalkan Fathiyah yang masih berdiri menatap kepergian Arza.

“Biarkan saja saat ini aku halu, tapi aku yakin suatu hari nanti aku akan mendapatkan hatimu, Mas tampan,” lirihnya sambil tersenyum penuh arti.

Fathiyah pergi meninggalkan kantor polisi setelah mengambil motornya.

“Alhamdulillah, masih kurang 20 menit. Semoga aku enggak telat lagi seperti kemarin. Aku enggak mau kena marah lagi oleh Pak Rizki,” lirihnya.

***

Hari ketiga fathiyah bekerja di kafe. Pak Rizki sangat puas dengan hasil kerja Fathiyah, bahkan semakin banyak pengunjung yang ingin mencicipi masakan buatannya.

Fathiyah dengan dibantu Pak Reno berhasil menciptakan kreasi menu baru yang langsung booming di kafe itu. Pengunjung pun membeludak hanya ingin mencicipi menu terbaru di kafe itu.

Banyaknya pengunjung yang berdatangan membuat Fathiyah hampir kewalahan dan tidak bisa beristirahat. Beruntung teman-temannya yang lain saling membantu menyelesaikan tugasnya.

Seperti hari biasanya Fathiyah pulang pukul delapan malam. Ia bersyukur selama bekerja sang bibi dan sang paman jarang bertemu dengannya, sehingga ia bisa terlepas dari omelan keduanya. Ya, meskipun pagi hari mereka masih bertemu dan masih sering cekcok.

Selama bekerja ia sudah tidak lagi kelaparan sebelum tidur. Karena setelah sholat maghrib semua pegawai diperkenankan untuk makan malam.

Setelah sholat isya, Fathiyah tidak langsung tidur. Entah kenapa pikirannya selalu tertuju pada Arza. Dulu saat masih duduk di bangku SMP, dirinya selalu berkhayal kelak mempunyai suami seorang polisi. Berharap laki-laki itu akan melindunginya. Sejak bertemu Arza tiga hari yang lalu. Entah, dirinya semakin ingin mengambil hati pemuda yang berprofesi menjadi polisi itu. Ia sadar dirinya hanya gadis miskin dan tak berpendidikan tinggi. Namun, ia berharap dewi fortuna berpihak padanya. Fathiyah sadar mungkin sikapnya yang terlalu agresif akan mendapatkan penolakan dari Arza, tapi hal itu tidak membuatnya patah semangat.

Fathiyah memanasi motor di teras rumah.

“Bagi uang untukku!” pinta sang paman yang tiba-tiba muncul dari belakang.

Fathiyah menggeleng membuat sang paman marah padanya.

“Aku tahu kamu mempunyai banyak simpanan uang. Cepat bagi uangnya untuk membayar hutangku,” paksanya.

“Aku tidak punya, Paman. Aku belum gajian,” ujarnya.

“Aku yakin kamu punya simpanan meskipun kamu belum gajian,” bentaknya.

“Terus aku uang dari mana, Paman? Bukannya paman dan Bibi tidak pernah membiarkan aku megang uang, tangan kalian selalu gatal bila melihat aku pegang uang, bahkan kalian selalu merebutnya paksa,” ungkapnya sedih.

Selalu seperti itu setiap harinya, Fathiyah selalu ditekan oleh kedua orang yang dirinya anggap pengganti orang tuanya. Awalnya Fathiyah selalu menurut karena ia tidak mau durhaka pada keduanya. Apalagi sang paman adalah adik kandung almarhum sang ayah, tapi seiring waktu berjalan, Fathiyah semakin tahu sifat asli mereka. Ia pun bermain cantik dengan menyimpan uangnya di lipatan buku, terkadang juga di lipatan dompet yang sekiranya tidak dapat dijangkau oleh paman dan bibinya. Dan ia bersyukur cara itu berhasil ia lakukan selama ini. Uang hasil penjualan kue saat masih sekolah bisa ia simpan sedikit demi sedikit untuk biaya sekolahnya juga kebutuhannya yang tak terduga.

Setelah berdebat dengan sang paman, Fathiyah berlalu meninggalkan laki-laki itu untuk bekerja, ia tidak mau terlambat dan ngebut lagi di jalan.

Di jalan Fathiyah melihat Arza dengan gagah mengatur lalu lintas bersama beberapa rekan seprofesinya. Fathiyah yang merasa tidak berbuat salah, dokumen kendaraannya juga sudah lengkap semua, dengan percaya diri melajukan motor buntutnya sedikit lambat sambil tersenyum menggoda Arza.

“Selamat pagi, Mas tampan,” sapanya membuat beberapa rekan Arza menoleh ke arahnya sambil tersenyum nyengir turut menggoda Arza.

“Cie-cie, penggemar baru nih, Briptu Arza,” goda salah satu rekannya yang juga sahabat Arza, bernama Razdan.

Arza terlihat tidak suka dengan ulah Fathiyah, pemuda tampan itu sama sekali tak terpancing dengan sapaan Fathiyah maupun godaan beberapa rekannya.

Arza memang terkenal serius dan dingin pada wanita asing, ia hanya akan bersikap lembut pada keluarganya dan juga sahabatnya, Luna.

Melihat sikap dingin Arza, Fathiyah segera berlalu.

“Ini masih awal, Pak polisi tampan. Aku akan tetap berusaha menaklukkan hatimu, meskipun aku harus berjuang keras untuk itu. Aku berharap kamu luluh akan cintaku,” lirihnya.

Fathiyah bekerja dengan ceria seperti telah mendapatkan asupan energi setelah bertemu Arza tadi pagi.

“Setiap hari Nak Fathiyah selalu ceria, tapi tidak seperti hari ini. Nak Fathiyah terlihat berbeda,” ucap Pak Reno.

“Iya, Pak. Tadi pagi aku bertemu dengan pujaan hatiku, makanya aku bahagia,” ungkapnya.

“Masya Allah, senang sekali Bapak mendengarnya,” ujar Pak Reno ikut senang.

“Tapi sepertinya dia tidak menyukaiku, Pak,” lirinya sedih, tapi Pak Reno masih bisa mendengarnya.

Pak Reno tersenyum pada gadis cantik, tapi tomboi di hadapannya. “Nak Fathiyah cantik, pasti laki-laki itu akan menyukaimu, Nak. Mungkin butuh waktu, tapi percayalah kalau Nak Fathiyah mencintainya pertahankan dulu, Nak Fathiyah harus berjuang mendapatkan hatinya, beda kalau laki-laki itu sudah beristri, hal itu hanya akan nyakiti Nak Fathiyah,” ucap Pak Reno menasihati.

“Iya, Pak. Terima kasih nasihatnya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status