Share

Bab 4

Author: Penulis No. 7
Tiba-tiba Tama terdiam membisu.

Alex.

Itulah nama yang dulu Tama siapkan untuk anak mereka berdua.

Winda pernah melihatnya di catatan memo milik Tama. Entah anak laki-laki atau perempuan, Tama menuliskan nama itu sendiri sebagai sebuah doa.

Sebuah doa agar sang anak kelak memiliki keteguhan hati dan berbudi luhur.

Namun kini, nama itu justru diberikan pada anak Sania.

"Lina." Winda akhirnya angkat bicara. "Nama anakku Lina."

Jakun Tama bergerak, sorot matanya yang tegang sedikit melunak, suaranya kembali terdengar lembut seperti biasanya.

"Nama yang sangat indah. Hangat seperti matahari dan bisa selalu menemani ibunya."

Tama mengulurkan tangan, hendak membelai rambut Winda. "Winda, aku harus dinas beberapa hari. Setelah pulang, kita akan…"

"Hmm, kerjaan lebih penting."

Winda sudah terlalu lelah untuk melanjutkan percakapan. Ia memotong pembicaraan Tama dan langsung beranjak pergi.

Begitu sampai di rumah dan baru saja menidurkan Lina, ponselnya langsung berbunyi. Sebuah notifikasi status dari Sania, dengan foto tiga tangan yang saling menggenggam.

Di genggaman tangan mungil Alex, tergenggam erat sebuah kunci mobil.

Mobil seharga sepuluh miliar, Tama berikan itu pada anak haramnya untuk dijadikan mainan.

Padahal minggu lalu, Winda sudah tiga kali mengingatkan, tetapi Tama tetap saja lupa membeli popok impor untuk putri mereka.

Winda menatap layar lalu tertawa kecil, diam-diam menyimpan tangkapan layar itu ke dalam folder bukti.

Di pelukannya, Lina mencecap bibir mungilnya, bulu matanya yang panjang memantulkan bagai kipas kecil di bawah cahaya lampu. Winda menunduk dan mencium pipi lembut putrinya.

"Sayang, Ibu akan melindungimu."

Keesokan harinya, setelah menghabisi semua sumber daya dan saham yang dimilikinya, Winda langsung memesan tiket pesawat ke Kota Dantara untuk tiga hari kemudian.

Sejak menyadari kecurigaan Winda tempo hari, beberapa hari ini Tama hampir tiap jam mengiriminya pesan.

[Sayang, klien hari ini benar-benar merepotkan, untung saja bisa aku atasi.]

[Sayang, kamu pasti capek ya. Biskuit di Kota Nautam enak sekali, nanti aku ajak kamu ke sana.]

Tama mungkin tidak tahu bahwa setiap bonus proyek yang diam-diam dia transfer ke rekening Sania, semuanya jelas-jelas tercatat di email Winda.

Lebih-lebih, ketika Tama sibuk memainkan citra suami penyayang, Sania justru menggunakan uang itu untuk pamer di media sosial, memamerkan uang yang diselipkan ke bra, serta jejak ciuman mesra di sekujur tubuhnya.

Winda menatap ponselnya dan tersenyum getir.

Dulu, Tama pun pernah memujanya setinggi langit.

Mereka adalah sepasang kekasih masa kecil yang membuat banyak orang iri. Di bawah pohon beringin, dengan wajah merah, Tama pernah berjanji tak akan menikah dengan siapa pun selain Winda.

Saat kuliah, diam-diam Tama mengusir semua pria yang mendekati Winda, posesif seperti serigala yang menjaga mangsanya.

Saat Winda menjalani operasi usus buntu, Tama berjaga di rumah sakit selama tiga hari tiga malam tanpa tidur.

Penghasilan pertama Tama, tanpa dikurangi sedikit pun, semuanya dia transfer ke rekening Winda, dengan catatan: [Untuk putri kecilku.]

Tiba-tiba, dari kamar bayi terdengar tangisan memilukan. Sang pengasuh berlari keluar dengan panik, tangannya berlumuran darah.

"Nyonya, ini gawat! Entah apa yang menggores pahanya, darahnya nggak bisa berhenti! Cepat kemari!"

Jantung Winda seakan berhenti berdetak sejenak.

Dia segera berlari masuk dan menggendong Lina. Tangisan si kecil sudah mereda, tetapi luka di pahanya masih terus mengeluarkan darah.

Dia, seperti orang gila, menggendong putrinya dan bergegas ke rumah sakit.

Setelah pemeriksaan, dokter memberitahunya dengan membawa laporan, "Ini adalah gangguan pembekuan darah. Kadar hemoglobinnya terlalu rendah, harus segera ditransfusi."

Bibir Winda gemetar saat berujar, "Dokter, ambil saja darahku! Aku ibunya…"

"Orang tua nggak bisa langsung mendonorkan darah ke anaknya," kata dokter dengan suara berat. "Apalagi putri Anda bergolongan darah RH-negatif. Kami harus mengecek stok di bank darah dulu."

"Pakai koagulan, cepat!"

Dia hampir berteriak saat mengatakannya.

Namun, setelah koagulan disuntikkan, darah dari lukanya tetap mengalir tak terbendung. Winda memeluk putrinya yang sudah pucat pasi, air mata Winda bercucuran tak terbendung.

Belasan menit kemudian, seorang perawat bergegas masuk dengan ekspresi iba. "Bu Winda, stok darah RH negatif… sudah dialihkan semuanya."

Winda mendongak, mata merah. "Barusan kalian bilang masih ada stok di bank darah, kenapa sekarang tiba-tiba dialihkan?"

Perawat itu menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan suara sangat pelan, "Kami ini rumah sakit swasta. Tadi putra Pak Tama, pemegang saham terbesar, butuh transfusi darurat. Direktur langsung memerintahkan semua stok darah langka di bank darah dialihkan ke ruang VIP."

Kalimat itu terasa seperti tamparan telak, menghancurkan sisa-sisa kewarasan Winda.

Dia baru hendak menelepon Tama untuk menuntut penjelasan, tetapi ponselnya justru menampilkan unggahan baru dari Sania di status WhatsApp.

[Bocah nakal lututnya lecet ya? Untung kamu punya ayah yang hebat, dalam sekejap bisa mengalihkan semua stok darah langka paling berharga di kota ini untukmu.]

Winda merasakan darahnya mendidih. Dia menyerahkan Lina dengan hati-hati kepada perawat, lalu berbalik dan bergegas menuju ruang VIP di lantai paling atas.

Pintu kamar VIP lantai atas terbuka dengan satu tendangan dari Winda. Di dalam, Sania sedang duduk di pinggir ranjang, menemani Alex bermain game.

Luka lecet di lutut anak itu sangat kecil, hingga menggunakan plester pun terasa berlebihan.

Adegan itu bagai pisau dingin yang menghujam dalam ke hati Winda.

Menatap ibu-anak yang sedang berbahagia itu di hadapannya, Winda merasakan kebencian di dadanya hampir menelannya. Dia tak kuasa lagi menahan diri dan berteriak, "Berikan darah itu pada putriku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 25

    Winda terdiam sesaat, tetapi tetap menolak."Kalau dia mau berdiri di luar, biarkan saja. Kita sudah dewasa, harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri."Farel mengetuk pintu dan masuk sambil membawa secangkir susu hangat. Suaranya tetap lembut seperti biasa."Sayang, kamu pasti lelah. Minum susu ini dan tidurlah lebih awal."Winda menerima susunya. Percakapan hangat mereka sebelum tidur seakan menutup suara hujan di luar.Keesokan paginya, pelayan datang dengan tergesa-gesa."Nyonya Winda, ada masalah! Pria itu pingsan!"Winda segera mengenakan pakaian dan keluar, lalu mendapati Tama benar-benar menunggu di luar sepanjang malam.Tama demam tinggi, seluruh tubuhnya panas sekali, dan jatuh pingsan di tanah.Winda meminta seseorang membawa Tama ke rumah sakit.Saat Tama sadar, dia langsung menggenggam tangan Winda, suaranya serak tak karuan."Winda, kamu mengantarku ke rumah sakit, berarti kamu masih punya perasaan padaku."Winda menarik tangannya dan menggeleng pelan."Aku hanya

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 24

    Setelah mengetahui anaknya mengalami disabilitas, Sania mulai mencari prostetik yang sesuai untuknya.Namun, prostetik bukan barang sembarangan, tidak seperti membeli sayur. Pemakaian prostektik bersifat jangka panjang. Di pasaran ada banyak jenis prostetik, sehingga harus dipilih dengan cermat.Satu-satunya pilihan terbaik adalah produk terbaru dari Lina Technology.Sayangnya, prostetik bionik pintar ini harus dibuat khusus dan karena perusahaan sudah memasukkan Sania dan anaknya ke daftar hitam, mereka sama sekali tidak bisa mendapatkannya.Sementara itu, prostetik murah memerlukan waktu adaptasi yang lama.Anak manja seperti Alex setiap hari menangis dengan keras dan sama sekali tidak mau bekerja sama.Sania pun merutuki Winda berulang kali.Akhirnya, dia mengambil langkah ekstrem dengan mencuri prostetik yang sebelumnya diproduksi dari gudang Grup Harto. Namun, dia sendiri tampaknya lupa bahwa itu adalah produksi yang dia sendiri ikut awasi, produk cacat yang belum dimusnahkan.Sa

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 23

    Satu kalimat itu seperti bom waktu yang membuat semua orang terkejut.Polisi segera memanggil Tama untuk mengonfirmasi keadaan.Tama buru-buru tiba di kantor polisi. "Itu mustahil. Bagaimana bisa kamu hamil? Padahal aku selalu menggunakan pengaman."Dia terkejut dan menyadari pasti Sania yang melakukan sesuatu.Wanita licik itu, tak pernah melupakan cara untuk memanfaatkan situasi melawannya!Sania menutupi perutnya yang sudah mulai terlihat, menatapnya dengan tatapan dingin."Tama, ini anakmu. Kalau kamu nggak percaya, kita bisa melakukan tes DNA. Sekarang usia kehamilannya empat bulan, bisa juga amniosentesis.""Toh, Winda sudah membawa putrimu pergi. Kalau bayi ini laki-laki, biarkan aku melahirkannya."Tama menatap Sania dengan ketakutan, seluruh tenaganya seakan tersedot habis.Kalau Sania benar-benar hamil anaknya, dia tidak tahu bagaimana menghadapi Winda.Sesampainya di rumah sakit, mereka melakukan tes DNA dan hasilnya segera keluar.Ternyata, anak itu memang miliknya.Tama me

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 22

    Rizka, ibunya Tama seketika merasa canggung. "Aku nggak tahu. Tama nggak pernah bilang. Aku malah mengira…"Winda mendengus sinis."Sania menggunakan bahan berkualitas rendah sehingga banyak orang dirugikan dan hal itu merusak reputasi teknologi ini.""Tapi, ayahku sebenarnya sudah menyiapkan langkah cadangan, karena inti teknologi paten ini terus dikembangkan oleh tim luar negeri ayahku. Prostetik bionik yang kalian produksi sebelumnya memang seharusnya sudah dihentikan."Rizka yang tadi masih penuh percaya diri, sekarang merasa malu sampai wajahnya pucat pasi."Kalau begitu, kamu harusnya menjaga harga diri Tama. Dia pasanganmu. Sekarang kamu terang-terangan merebut bisnisnya, apa pantas bagimu melakukan ini?"Winda tak bisa menahan tawa."Bibi, izinkan aku mengingatkanmu sekali lagi.""Anakmu yang baik itu nggak ada hubungannya denganku. Kami nggak pernah mendaftar di Kantor Catatan Sipil. Dia menikahi Sania, mantan pengasuh yang dulu dipecat."Seketika, seluruh ruangan langsung gad

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 21

    Tama tampak sangat terkejut."Winda, maksudmu apa? Kamu ingin anak perempuanku memakai nama Farel? Apa kamu nggak tahu kalau aku dan dia musuh bebuyutan?"Farel sudah memeluk bahu Winda dan berbalik pergi, meninggalkan Tama beserta teriakannya yang terhalang pintu.Sejak hari itu, Winda mulai fokus pada kariernya.Dengan bantuan Farel, Winda mendirikan sebuah perusahaan baru atas nama putrinya, bernama Lina Teknologi.Dia memulai kembali proyek prostetik bionik pintar.Teknologi paten ini sejatinya milik ayahnya Winda. Meski sebelumnya Sania sempat menangani proyek tersebut, itu hanya memanfaatkan yang sudah ada. Teknologi inti tetap ada di tangan Winda.Begitu perusahaan baru dibentuk, media segera bergerak meliputnya.Saat Winda keluar dari gedung, banyak wartawan langsung mengarahkan mikrofon ke hadapannya."Kabarnya, Bu Winda sebelumnya juga bekerja di Grup Harto. Baru-baru ini proyek prostetik bionik mereka bermasalah besar, apa ini ada hubungannya dengan Anda?""Bu Winda, Anda da

  • Cahaya yang Tertunda   Bab 20

    Sebuah suara rendah terdengar, Farel keluar dari balik pintu.Dia berdiri di sisi Winda, keduanya saling bertukar senyum, terlihat sangat serasi."Farel!"Tama langsung mencengkeram kerahnya."Kenapa selalu kamu? Sejak kecil sampai sekarang, kamu selalu merebut segala sesuatunya dariku! Kapan kamu akan berhenti?"Farel melepaskan cengkeramannya dengan santai, lalu berbicara dengan nada mengejek."Winda adalah orang, bukan benda seperti yang kamu omongkan.""Selain itu, kamu sendiri tahu betapa kotor tindakanmu. Seharusnya orang yang Winda sukai adalah aku."Seketika, ekspresi Tama berubah.Melihat ekspresinya, Winda merasakan firasat buruk."Farel, maksudmu…"Farel mengangguk, menatap tajam ke arah Tama."Delapan tahun lalu, di pesta topeng yang diadakan oleh orang terkaya di Kota Persy, akulah yang menyelamatkan Winda, tapi kamu malah mengaku-ngaku sebagai penyelamatnya."Saat Farel menceritakan semuanya dengan terputus-putus, Winda pun teringat sesuatu.Salah satu alasan besar mengap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status