WR. Hotel.
Ayyana menatap tulisan yang terpasang di depan bangunan beberapa lantai itu dengan wajah berseri."Ayo." Ajak Fakri masuk setelah menurunkan koper mereka dari bagasi, tak lupa pria itu memberi kunci mobilnya pada salah satu penjaga hotel disana untuk dibawa ke parkiran.Begitu masuk, keduanya langsung di sambut oleh Farah dan beberapa karyawan disana."Selamat datang kembali Bu Aya." Sambut Farah memberikan sebuah buket bunga berukuran lumayan besar.Ayyana terkesiap, "Kalian tau dari mana kalau kita mau datang?""Ah, itu..." Ucapan Farah terpotong sambil melirik pada Fakhri.Ayyana ikut menatap pria itu lalu mengulas senyum manis, "Terima kasih." Ucapnya pada Farah dan yang lain.Setelah sambutan hangat itu, mereka lantas naik ke kamar yang dulu pernah Ayyana tempati saat di bawa Daffa kesana.Lagi-lagi Ayyana dibuat takjub oleh kamar yang sudah dihiasi beberapa bunga hingga membuat suasananBegitu sampai di kamar, Ayyana yang merasa kedinginan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus berganti pakaian. Setelah ia keluar, Fakhri bergantian masuk dan melakukan hal yang sama.Pria itu tak menghabiskan waktu lama di kamar mandi dan keluar dengan pakaian santainya. Baju kaos putih polos dan celana pendek selutut.Namun keningnya mengernyit kala tak mendapati Ayyana di sana, pandangannya menyisir penjuru kamar sampai ia menangkap sosok perempuan berhijab itu tengah berdiri di balkon.Ayyana tampak sedang menikmati pemandangan malam dengan tenang. Di sini ini memang menjadi tempat favorit Ayyana untuk melihat hamparan laut, terlebih di malam hari keindahan laut akan semakin dipercantik dengan taburan bintang di langit malam.Fakhri mengulas senyum lalu melangkah mendekati Ayyana dan dengan pelan ia memeluk tubuh perempuan itu dari belakang, membuat Ayyana tersentak kaget."Ngapain disini?" Tanya Fakhri menyandarka
Selama beberapa hari di sana, hubungan Ayyana dan Fakhri mulai semakin dekat. Mereka sudah tidak terlalu canggung untuk sekedar berpegangan tangan atau duduk berdekatan layaknya pasangan.Hanya saja mereka belum terlalu jauh untuk melakukan kontak fisik yang lebih dari itu, hubungan mereka terlihat lebih mirip para remaja yang sedang berpacaran.Namun Ayyana sudah cukup bahagia, menurutnya hubungan mereka tidak perlu berkembang terlalu cepat. Mengingat mereka menikah karena perjodohan, tentu saja mereka harus ada waktu untuk saling mengenal lebih jauh dan saling memahami.Meski tidak bisa dipungkiri, Ayyana menginginkan hubungan layaknya suami istri yang lain, tapi ia mencoba memahami keputusan yang diambil oleh Fakhri.Di malam terakhir mereka di sana, Fakhri mengajak Ayyana untuk makan malam di tempat berbeda. Bahkan pria itu secara langsung meminta Ayyana untuk berdandan serta menyiapkan gaun khusus.Jadilah, Ayyana yang sebenarnya tid
Ayyana yang sadar akan tingkah memalukannya segera memalingkan wajah, ia bisa merasakan pipinya memanas saat ini.Setelah Bu Hasma mengambil foto lagi, Ayyana buru-buru beranjak mendekati perempuan itu dengan dalih ingin melihat hasilnya, padahal sebenarnya ia ingin menghindari Fakhri."Silahkan dipilih neng mau yang mana, jangan lupa sisakan juga untuk Ibu pajang."Dari beberapa foto, Ayyana memilih foto candid saat ia dan Fakhri bertatapan dan juga foto pertama saat mereka duduk berseberangan. Sisanya dua foto lagi di berikan pada Bu Hasma."Kayaknya itu yang paling romantis ya?" Goda Bu Hasma.Ayyana lantas mengisyaratkan perempuan itu agar berbicara pelan, tidak ingin agar Fakhri sampai mendengarnya.Bu Hasma tertawa pelan, namun ia mengikuti permintaan Ayyana."Kalau begitu, silahkan dinikmati makan malamnya. Ibu tidak akan ganggu lagi." Katanya. "Lihat itu suamimu, sepertinya sudah kelaparan."Ayyana yang
WR. Hotel.Ayyana menatap tulisan yang terpasang di depan bangunan beberapa lantai itu dengan wajah berseri."Ayo." Ajak Fakri masuk setelah menurunkan koper mereka dari bagasi, tak lupa pria itu memberi kunci mobilnya pada salah satu penjaga hotel disana untuk dibawa ke parkiran.Begitu masuk, keduanya langsung di sambut oleh Farah dan beberapa karyawan disana."Selamat datang kembali Bu Aya." Sambut Farah memberikan sebuah buket bunga berukuran lumayan besar.Ayyana terkesiap, "Kalian tau dari mana kalau kita mau datang?""Ah, itu..." Ucapan Farah terpotong sambil melirik pada Fakhri.Ayyana ikut menatap pria itu lalu mengulas senyum manis, "Terima kasih." Ucapnya pada Farah dan yang lain.Setelah sambutan hangat itu, mereka lantas naik ke kamar yang dulu pernah Ayyana tempati saat di bawa Daffa kesana.Lagi-lagi Ayyana dibuat takjub oleh kamar yang sudah dihiasi beberapa bunga hingga membuat suasanan
Jika biasanya sepulang kantor Ayyana akan langsung disambut dengan makanan jadi di meja makan, setelah menikah kebiasaan itu seakan hilang ditelan bumi. Kali ini semuanya harus ia siapkan sendiri, memasak, merapikan rumah, semuanya.Seperti sekarang, begitu sampai ia langsung bergegas mandi, berganti pakaian dan menuju dapur, bergelut dengan beberapa bahan makanan yang sempat ia beli saat perjalanan pulang tadi.Hal ini sudah menjadi rutinitas Ayyana selama beberapa hari terakhir, tepatnya setelah ia kembali masuk kantor."Assalamu'alaikum." Ucap Fakhri yang baru datang.Setelah beberapa pertimbangan, mereka memang memutuskan untuk berangkat dan pulang kantor masing-masing."Wa'alaikumusalam." Jawab Ayyana masih dengan aktivitasnya.Ia lantas menyalami tangan Fakhri begitu pria itu mendekat, "Masak apa kamu?" Tanya Fakhri melongok ke panci yang sedang mengepul di atas kompor."Sup, ayam goreng sama sambel.""Wah
"Bagaimana keadaan Jihan?" Tanya Papi Fakhri sembari menikmati secangkir kopi di ruang tengah."Dia baik." Singkat Fakhri."Papi dengar dia sakit?"Fakhri menautkan alis, "Papi tahu dari mana?"Seingatnya, ia tidak pernah membicarakan soal itu dengan sang Papi. Atau mungkin Daffa yang memberi tahu."Mami yang kasih tahu Papi." Jujur Rama.Fakhri menghela nafas lelah, jadi sampai sekarang Mami masih memata-matainya."Apa ada hal lain lagi yang Mami tahu dari hasil mengintai aku?""Ya, Mami juga tahu soal wasiat keluarga Jihan."Rama menatap putra keduanya itu dengan tatapan serius, "Papi paham bagaimana rumitnya keadaan yang berlaku saat ini, mungkin kamu belum cukup siap untuk menjalani kehidupan rumah tangga di tengah problematika yang sampai saat ini belum juga selesai dengan Jihan. Tapi bagaimana pun, Aya sudah menjadi bagian dari tanggungjawab kamu sekarang.""Papi tidak bermaksud untuk ikut campur urusan rumah tangga kalian, tapi sebagai orang tua Papi hanya ingin mengingatkan. K