Share

BAB 4-Permohonan Maaf

****

Tepat di jam 9 malam, terlihat seorang perempuan berbalut baju lengan panjang berwarna silver sedang memeluk dirinya sendiri. Wajar saja malam ini terasa sangat dingin. Di tengah kondisi seperti itu, gadis tersebut mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sayup-sayup ia berjalan dengan pelan. Keira si gadis itu takut terciduk karena sudah mengikuti Tsania diam-diam. 

“Hampir aja ketahuan,” Keira bernafas lega yang baru saja keluar dari tempat persembunyian yaitu di belakang pohon. 

Meow...meow...meow

“Uhh comelnya,” kata Keira merasa gemas melihat seekor kucing berwarna oren. Ia pun menghampiri kucing tersebut. 

“Untung ada kucing ini. Kalau ga ada kucing ini mungkin Tsania bakal memergoki aku,” kata Keira sambil mengelus-elus lembut kucing itu. 

“Eh tapi kok jalan ini arahnya ke sekolah ya,” ucap Keira menebak-nebak. 

Keira pun berdiri dan melihat ke jalan yang dilalui Tsania. 

“Kalau misalkan bener, ngapain dia malem-malem ke sekolah?” Keira bertanya-tanya. 

Karena rasa penasaran yang melanda pikirannya. Ia pun berniat untuk mengikuti Tsania lagi. Tapis sayang, baru saja ia bergerak satu langkah, suara dering telepon terdengar. Ia pun berhenti lalu mengangkat teleponnya. 

“Kei, kamu di mana? Cepetan pulang!” ucap seseorang di telepon. 

“Oh ya Allah. Iya, Bu. Ini Kei lagi di jalan. Tunggu ya, Bu.”  jawab Keira kelagapan karena yang meneleponnya adalah Bu Ajeng. 

“Iya. Hati-hati, Kei!” kata Bu Ajeng lalu menutup teleponnya. 

Perasaan Keira tak karuan. Pikirannya terasa gamang. Ia khawatir pada Nisa tapi ia juga penasaran apa yang akan dilakukan Tsania. 

“Ah, kenapa aku bisa selupa ini?” gerutu Keira yang sedang mengusap rambutnya dengan kasar. 

“Ya Allah, aku keluar kan niatnya mau beli obat. Tapi kenapa bisa lupa gini? Maafin kakak, Nis.” Lirihnya. Keira sangat menyesal karena kecerobohannya. 

Tiba-tiba ia teringat sesuatu. 

“Dasar bodoh kamu, Kei.” Ucapnya yang baru berpikir sesuatu. 

“Bisa aja kan Tsania pergi ke kafe atau mall sama teman-temannya. Searah juga jalannya, karena berdekatan.” Keira merutuki dirinya sendiri akan kebodohan dan keteledorannya hari ini.  Bisa-bisanya ia melangkah sejauh ini. Akibat dari keingintahuannya pada urusan orang lain.  

Ia merasa sangat bersalah, terutama pada Bu Ajeng yang sekarang pasti kerepotan dan ditambah lagi Kei telah membuatnya khawatir. Akhirnya ia pun menancap gas sepedanya menuju panti dengan perasaan tak karuan. Soal Tsania, ia akan menanyakannya langsung besok di sekolah. 

****

“Akhirnya sampai juga,” lirihnya. Lalu Tsania memasuki kafe tersebut. 

Dari kejauhan indra penglihatannya menangkap tiga orang perempuan sedang duduk di kursi. Satu berambut sebahu berwarna cokelat, ditemani  dua orang temannya. Mereka adalah Laura, Jessy, dan Salsa. 

“Laura!!!” panggilnya. Laura pun menoleh. 

“Hei Tsania!” panggil Laura sambil melambaikan tangannya. 

“Ayo sini!” ajaknya. 

“Ada apa dengan Laura? Tumben banget dia senyum gitu ke aku. Biasanya kan jutek,” gumam Tsania. Dengan langkah ragu ia pun berjalan ke arah Laura, Jessy, dan Salsa. 

Jessy dan Salsa tiba-tiba berdiri dan menunjukkan senyumannya pada Tsania seakan-akan menyambutnya. Tsania pun membalas senyum mereka dengan ragu-ragu. Senyumnya sangat tipis bahkan orang lain pun tidak akan menyadarinya. 

“Ayo duduk, Nia!” kata Laura mempersilakan, lalu Tsania pun menduduki kursi itu dengan canggung. 

Lima menit berlalu, tidak ada percakapan di antara mereka. Hingga akhirnya Laura mencoba buka suara dan menoleh ke arah Tsania. 

“Tsania, lo mau makan sama minum apa?” tanya Laura. 

“A-a-ku,” ucap Tsania terbata-bata dan terpotong oleh Salsa. 

“Hehehe. Tsania, ga usah gugup kayak gitu. Lo mau makan sama minum apa?” Salsa ikut-ikutan bertanya. 

“Apa aja deh, samain aja kayak kalian.” Jawab Tsania seadanya. 

“Jes, tolong pesenin langsung ke pelayannya!” perintah Laura yang langsung dikerjakan oleh Jessy. 

“Oke,” jawabnya. 

Tsania yang diperlakukan seperti itu merasa bingung. Karena tidak biasanya Laura bersikap baik padanya. Tsania hanya diam dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Padahal aslinya ia hanya scrol beranda sosial media saja.  Begitupun dengan teman-temannya, sibuk dengan ponselnya atau sibuk berselfie ria seperti yang dilakukan Salsa dan Jessy. 

“Permisi. Selamat menikmati,” kata pramusaji yang memecahkan keheningan mereka. 

“Terima kasih, Mbak.” Ucap Tsania dan direspon anggukan ramah dari pramusaji tersebut. 

“Wah bakal enak banget ini,” celetuk Jessy

“Alah semua makanan lo bilang enak, emang dasarnya aja lo gembul. Liat tuh pipi lo makin cubby,” cibir Salsa tiba-tiba. 

“Sembarangan lo,” ucap Jessy tak mau kalah. 

“Daripada lo kurus kerempeng gitu. Mending gue berisi tapi sehat,” cibir balik Jessy hingga membuat Salsa terpancing emosi. 

“What??? Apa lo bilang gue kerempeng?” teriak Salsa hingga membuat semua pengunjung kafe melirik ke arahnya. 

“Berisik lo,” amuk Laura sambil menyumpalkan gumpalan nasi ke mulut Salsa. 

Tsania dan Jessy terperangah kaget. 

Uhuk...uhuk...uhuk... 

“Gila lo, Ra. Gue jadi keselek tau,” kata Salsa memegang lehernya yang terasa sakit. 

Jessy pun menyodorkan minuman pada Salsa. Dengan kasar Salsa pun menerimanya. 

“Lagian lo bikin malu, liat deh orang-orang ngeliatin ke meja kita.” Bentak Laura. 

Salsa pun mengedarkan pandangannya. Dan benar saja pengunjung kafe terlihat menertawakan  Salsa. Wajahnga pun berubah bersemu merah. 

“Ahh gue malu,” ucapnya sambil menutup wajahnya. 

“Hahaha...Hahaha...lagian lo sih. Kalau ngomong tuh pake toa segala,” ejek Jessy. 

“Diem lo!” bentak Salsa memelototi Jessy. 

“Uh serem. Hahaha,” ejek Jessy. 

Melihat itu Tsania menggelengkan kepalanya. 

“Oh iya, Nia. Cepetan dimakan makanannya. Makan yang banyak ya,” kata Laura bersikap ramah pada Tsania. 

“I-i-ya,,Ra.” Jawabnya terbata-bata. 

“Oh iya, Ra. Dilanjut lagi makannya,” kata Salsa. “Maaf, gara-gara gue lo makannya jadi keganggu.” Jelasnya. 

“Iya, Sal. Ga apa-apa kok,” ucap Tsania sambil tersenyum manis. 

“Sebenernya mereka pada kesambet apa sih? Tunben-tumbenan jadi baik gini sama aku,” gumam Tsania merasa bingung dengan perubahan sikap mereka. 

“Ah ada apa, Nia? ” tanya Laura tiba-tiba. 

Mendengar itu Tsania kelagapan. 

°Apa tadi Laura denger apa yang aku omongin ya,” gumam Tsania dalam hatinya. 

“Tsania,” panggil Laura. Tsania bergeming. 

“Tsania,” panggilnya lagi. Tetap ia bergeming. 

Tiba-tiba...

“Ah iya, Ra” Ucapnya kelagapan. 

“Lah kok malah bengong sih, Nia.” Ucapnya. 

Tsania membeo, ia tak tahu harus jawab apa. 

“Yaudah ga usah dipikirin. Sekarang lo makan lagi ya,” ajak Laura yang dibalas anggukan Tsania. 

Laura mengedipkan mata ke arah Salsa dan Jessy lalu ia tersenyum mencurigakan. Begitu pun Salsa dan Jessy  sepertinya mengerti maksud dari kedipan mata Tsania. 

“Makan yang banyak, Tsania sayang. Bentar lagi kamu bakal ngeluarin tenaga yang lebih besar,” gumam Laura dalam hati. Dan tiba-tiba ia menyunggingkan bibirnya lalu langsung tersenyum evil saat melihat Tsania di balik punggungnya. Begitu pun Salsa dan Jessy yang sedang menahan tawa. 

“Tsania!” panggil Laura. 

“Iya ada apa, Ra?” sahut Tsania. 

“Hmm...gue minta maaf,” ucapnya tiba-tiba sambil menyodorkan tangan kanannya pada Tsania. 

“Untuk apa?” tanya Tsania kebingungan. 

“Ya gue minta maaf buat semuanya. Selama setahun terakhir ini gue ga perlakuin lo dengan baik.” Jelasnya sembari menatap intens Tsania. Begitupun dengan Salsa dan Jessy. 

“Gue capek kalau kita bermusuhan gini,” ucap Laura merasa bersalah. 

Laura masih menyodorkan tangannya pada Tsania. 

“Maaf, Tsania.” Laura pun menggenggam tangan Tsania. 

Tiba-tiba saja Tsania melepas kasar tangan Laura. Wajahnya sangat datar, tak berekspresi. 

Laura, Salsa, dan Jessy terperangah kaget melihat Tsania seperti itu. Laura tersenyum kecut. 

Tak lama dari itu, tangan Tsania memegang kedua bahu Laura. Sekarang posisinya berhadapan dengan Laura. Wajahnya masih saja datar. 

“Aku maafin,” ucapnya sambil tersenyum. 

Laura merasa tak percaya. Ia refleks langsung memeluk Tsania. Lalu ia pun tersenyum. Bukan senyuman tulus tapi senyuman palsu. 

“Dasar bodoh! Akhirnya lo masuk juga ke perangkap gue,” gumamnya dalam hati. 

**** 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status